SEBELAS

421 19 0
                                    

Daniel sudah berdiri diambang pintu menatap lurus kearah Salsha. Reva berdeham canggung, Salsha membuang pandangannya seakan enggan melihat laki-laki itu. Bingung bagaimana bisa dia ada disini.

"Boleh gue masuk?" Ulang Daniel sekali lagi, tapi tanpa menunggu jawaban Daniel sudah masuk ke kamar bernuansa biru laut milik Salsha.

Salsha melirik Daniel yang tersenyum hangat kepadanya seolah semalam tidak terjadi apa-apa. Tidak sadarkah laki-laki ini bahwa Salsha sakit karna dirinya, Salsha membuang napas kasar seolah tidak tahan lagi. Ia bosan menjadi gadis lemah, ia bosan selalu mengharapkan orang yang tidak mengharapkannya, ia bosan menjadi gadis cengeng. Ia benci kepada dirinya sendiri yang tidak bisa menolak diperlakukan seenaknya oleh laki-laki itu, jiwanya memberontak tapi hatinya tak bisa menolak.

"Lo ngapain disini?" Reva mendelik tidak suka kearah Daniel.

"Jenguk Salsha." kata Daniel santai sambil menatap Salsha yang bahkan enggan berbicara.

"Kok lo bisa masuk?" Reva bertanya lagi, terlihat dari suaranya bahwa Reva tidak suka keberaaadan Daniel disini, Daniel tidak menjawab.

"Lo marah sama gue?" Salsha menoleh kearah Daniel yang sedang menatapnya, Salsha hanya diam.

"Lo pikir aja sendiri." Reva mejawab dengan ketus, ia sangat tidak suka melihat sahabatnya dipermainkan perasaannya.

"Rev Please, biarin gue ngomong sama Salsha." Daniel seolah meminta ruang kepada Reva agar ia bisa berbicara kepada Salsha.

Pintu terbuka dan menampilkan ibu Salsha dengan nampan berisi dua gelas minuman berwarna orange dan meletakan minuman itu di meja disamping ranjang.

"Buat Reva sama Daniel, diminum ya—"

"Makasih tante, jadi ngerepotin" Tukas Daniel cepat.

"Nggak apa-apa, Salsha nggak pernah cerita sebelumya kalau punya teman laki-laki setelah SMA, terakhir ada teman laki-laki yang main saat Salsha masih SMP" ibu Salsha tersenyum hangat seolah kata-katanya tidak memberikn efek apapun.

"Apaan deh, Ma," kata Salsha petotes, ibunya malah terkekeh.

"Masa tante?" Kata Daniel antusias.

"Iya bener—" belum sempat ibunya menyelesaikan ucapannya Salsha menyela.

"Udah deh Ma." kali ini suara Salsha nyaris seperti merengek. Ibunya terkekeh lagi lucu melihat ekspresi putrinya.

"Tante, Reva mau pamit pulang dulu. Tadi Reva nggak izin sama mama takutnya ditungguin." Sebenarnya itu hanya alasan Reva karena ia pikir memberikan ruang dan membiarkan Daniel dan Salsha bicara berdua mungkin lebih baik.

"Minuman nya aja belum diminum, Re." ucap ibu Salsha lembut, Reva tidak enak lalu meneguk segelas minuman bagiannya hingga habis.

"Tau nih Reva buru-buru banget" Salsha menimpali, seolah melarang Reva pergi. Ia tidak bisa membayangkan akan secanggung apa jika ia hanya berdua dengan Daniel.

"Cepet sembuh Sha" Ucap Reva memeluk Salsha sekilas menghiraukan ekspresi yang seolah memohon agar dia tetap disini. Dan Reva pun keluar bersamaan dengan ibu Salsha yang juga keluar dengan membawa piring bekas makan Salsha tadi.

Sekarang hanya tinggal Salsha berdua dengan Daniel, tapi sedari tadi laki-laki itu tidak mengeluarkan suara membuat Salsha nyaris berteriak karena keheningan yang ada.

Tidak tahan dengan keheningan yang ada akhirnya Salsha beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju balkon, mengabaikan kepalanya yang masih sedikit pusing. Salsha menatap halaman rumahanya yang tampak jelas dari atas. Daniel sudah berdiri di sampingnya, tapi Laki-laki itu masih bungkam. Meraka menatap arah yang sama dengan pikiran masing-masing yang berkecamuk.

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang