[5]

11.9K 454 41
                                    

Ketika aku baru masuk ke dalam kelas di senin pagi, sudah ada beberapa siswa yang datang terlebih dahulu. Indah pun sudah duduk di bangkunya sendiri. Tetapi ada sesuatu hal yang membuat jantungku berdegub lebih kencang, kulihat Fajar sedang bercengkrama dengan Rina yang duduknya sejajar denganku, namun beda dua baris.

Sambil berjalan menuju tempat dudukku, pandanganku tak lepas dari sosok yang sangat menarik menurut mataku. Andaikan Fajar putus dengan Rina, aku siap untuk mengganti posisinya Rina.

"Gam....Mata kamu itu loh, kayak mau nerkam aja." Ucap Indah menghardikku.

"Eh... Gue mauuuuu..."Ucapku tanpa harus menjelaskan apa yang kumau. Indah sudah pasti tau apa yang kumaksud.

"Iya... Aku tau kok. Tapi liat dulu dong sebelahnya ada siapa." Bisik Indah sambil mendekatkan kepalanya ke arahku ketika aku meletekkan pantatku di bangku kelasku.

"Iya..iya...Gue ngejar yang lain aja kalau gitu."Kataku sambil membalikkan badanku ke arah Indah.

"Jumat kemarin jadi ketemu sama Ipung?"

"Jadi dong.... Eh gue juga punya kenalan baru. Mantan napi."

"Haaa....serem banget sih kenalan kamu? Siapa Gam?" Tanya Indah penasaran.

Aku pun menceritakan tentang perkenalanku dengan Babeh, kemudian aku menjelaskan kenapa Babeh bisa jadi narapidana. Tidak lupa juga aku menceritakan tentang Zabeth dan prilakunya yang langsung kontradiksi denganku.

"Kamu mesti hati-hati Gam.....Terus kenapa Zabeth kayak gitu ya?"

"Gue juga ngga tau Ndah, kenapa dia langsung bersikap begitu. Atau gue kepret aja kali ya..."

"Husss....Kamu tuh ya, nggak semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan."

"Iya sih...padahal pertama gue liat, lumayan juga mukanya. Tapi masih jauh lah sama Ipung."

"Lumayan gimana Gam?"

"Lumayan buat dipukulin sampai babak belur. Hehehehe....."

"Kebiasaan berantem melulu... Kapan lagi mau ketemu sama Ipung? Aku pengen tau orangnya kayak apa. Cakepan mana sama itu tuh?" Tanya Indah sambil memberikan isyarat mata dengan melirik ke arah Fajar.

"Ehmmm... Walaupun dua-duanya menarik, tapi kalau Ipung keliatan macho banget. Nanti siang rencananya gue mau ke rumah si Babeh lagi. Ipung biasanya nongkrong disana."

"Si Rahmat tau nggak kalau kamu lagi ngedeketin Ipung?"

"Nggak Ndah...Gue belum kasih tau dia."

"Pasti dia kaget banget ya kalau tau kamu lagi ngejar si Ipung."

"Eh tapi si Rahmat itu sebenernya baik orangnya. Perlakuannya di kos dan di sekolah beda banget."

"Tapi dia suka mabok Gam....Kamu nggak boleh ikut-ikutan."

"Mungkin cuma pelarian aja, gue sih liat sepertinya ada masalah yang dia sembunyiin. Tapi gue males ikut campur urusan orang lain."

Sedikit demi sedikit aku mulai mengenal Rahmat. Memang hanya penampilan luarnya saja dan kelakuan di sekolah yang urakan, namun di dalam hatinya seperti menyimpan suatu beban yang aku sendiri tidak tahu.

Sepertinya akan menjadi kegiatan rutin setelah pulang sekolah, aku langsung menuju jalan BKR bersama Rahmat. Tujuanku selain ingin mendengarkan cerita dari Babeh tentang kehidupan di penjara, aku juga mempunyai misi untuk menaklukkan Ipung agar dia mau bertekuk lutut dihadapanku.

Sesampainya disana kulihat Babeh sedang menghembuskan asap rokok sambil menonton berita yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta.

"Siang Beh..." Sapaku sebelum masuk ke dalam rumah. Sedangkan Rahmat langsung masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.

Rumah Kebon WaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang