[14]

7.5K 362 15
                                    

Keesokan harinya ketika aku pulang sekolah, pada saat aku sedang menuju parkiran motor, Fajar menyapaku dari belakang tubuhku.

"Gam.. Nanti sore kamu ada acara nggak?" Tanya Fajar.

"Gue di rumah aja kok Jar. Emangnya kenapa? Ada yang bisa gue bantu?" Tanyaku dengan semangat.

"Aku boleh main ke rumahmu nggak?"

"Main aja Jar, loe juga boleh kok nginep di rumah gue."

"Ya udah, aku sekalian bawa baju seragam kalau gitu. Ntar malam aku nginep di rumah kamu."

"Bener ya Jar. Gue tunggu loh di rumah, loe mau datang ke rumah gue jam berapa?"

"Mmmmm.. Jam 4 sore aku sudah sampai sana." Ucap Fajar. Dia tidak pernah telat jika sudah membuat janji.

Sepanjang siang hari setelah aku sampai di rumahku, aku ditemani Gilang yang sedang membaca komik City Hunter. Aku tidak mengijinkan dia untuk membaca lebih dari 1 komik per hari, dan membacanya harus di kamarku. Hal itu kulakukan demi kebaikkan Gilang, dia harus banyak belajar, karena sebentar lagi akan menghadapi ujian tengah semester.

Dari mulai kelas 1 SD sampai dengan kelas 3 SMP, dia tidak pernah masuk dalam urutan 10 besar, sebagus-bagusnya berada pada urutan 13 pada saat kelas 2 SMP, dan setelah itu anjlok ke urutan 20. Tapi mau bagaimana pun, dia tetap adikku yang selalu harus kubimbing.

Aku perhatikan Gilang yang sedang serius membaca komik City Hunter yang kepalanya diletakkan di atas perutku. Terkadang dia tersenyum sendiri bahkan sampai tertawa. Sesekali kukucek rambutnya untuk memberinya kenyamanan.

"Bang Agam.. Aku boleh baca satu komik lagi ya?" Mukanya Gilang menghadap ke arahku. Komik City Hunter yang dia pegang rupanya telah selesai dibaca.

"Nggak boleh Dul. Kan peraturannya sehari cuma satu buku yang boleh loe baca. Loe harus banyak belajar, bentar lagi kan ujian tengah semester."

"Boleh ya Bang. Satu buku lagi aja? Nanti malam kan aku mau belajar Bang." Rengek Gilang.

"Tapi janji ya nanti malam loe harus belajar. Ambil sendiri sana di rak buku" Ucapku.

"Asikkk.. makasih ya Bang."

Gilang bangkit dari kasur dan berjalan menuju rak buku untuk mengambil komik City Hunter yang kususun di sana. Setelah itu, dia kembali lagi ke atas kasur, dan merebahkan dirinya sama dengan posisi sebelum dia beranjak. Karena semilir angin yang menerpa wajahku, membuat mataku akhirnya tertutup.

"Bang Agam...."

Sayup-sayup aku mendengar suara adikku memanggil namaku. Lambat laun mataku terbuka. Dia sedang berdiri di depan pintu. Kulihat Fajar sedang tersenyum ke arahku.

"Maaf ya Gam, ganggu istirahat kamu." Kata Fajar sambil melangkah menuju meja belajar, kemudian duduk di atas kursi.

"Nggak apa-apa Jar, gue ketiduran kayaknya. Dul, tolong ambilin minum buat Mas Fajar ya." Aku bangkit dan duduk di ujung kasur.

"Iya Bang.." Gilang berlalu dari kamarku.

Aku memperhatikan Fajar yang hanya mengenakan celana selutut dan kaos oblong berwarna hijau. Mengapa aku tidak pernah bosan memandang wajahnya yang menawan, ada sedikit bulu halus di atas bibirnya yang berwarna kemerahan. Rasanya pasti sangat lembut sekali.

"Kok liat aku kayak gitu sih Gam?" Tiba-tiba Fajar membuyarkan lamunanku.

"Eh.. anu Jar, loe kok ganteng banget sih." Spontan aku langsung berkata seperti itu dan langsung menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku.

Rumah Kebon WaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang