Pagi harinya aku terlebih dulu mengantarkan Ipung ke kosnya Rahmat. Ketika aku masuk ke dalam kamarnya, Zabeth terlihat sedang tidur-tiduran sambil melihat televisi yang menyiarkan acara berita pagi. Sedangkan Rahmat sudah mengenakan baju seragam SMA ketika dia membukakan pintu untukku dan Ipung.
"Pung... Mukamu kok lesu gitu? Abis diapain aja sama si Agam?" Tanya Zabeth yang hanya mengenakan celana boxer dan bertelanjang dada.
"Nggak tau ah.." Ucap Ipung yang langsung merebahkan diri di samping Zabeth.
Aku hanya tersenyum kepada Rahmat yang gerak-geriknya sudah ingin mendengarkan penejalasanku.
"Kamu apain dia Gam?" Lanjut Zabeth.
"Gue tidur kok semalem, nggak berbuat macem-macem. Dianya aja yang nggak bisa tidur."
"Ya iya lah nggak bisa tidur, lebih dari 4 jam aku disiksa sama kamu!!!" Bentak Ipung sambil menatap wajahku.
Aku hanya cengengesan saja. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya.
"Kamu bisa bayangin Beth, setiap aku mau keluar, dia lepasin emutannya. Dan itu berlangsung lebih dari 4 jam. Jahat banget nggak tuh nyiksa orang semena-mena."
"Hahahahaha.. Kan dulu aku udah pernah bilang kalau dekat sama Agam, hidup akan susah." Ucap Rahmat sambil tertawa lepas.
Zabeth pun ikut tertawa mendengar keluhan Ipung. Seperti biasa Ipung kembali membisu. Aku pun mendekatinya dan merebahkan diri di samping Ipung, kini kasur Rahmat yang berukuran king size terasa lebih sempit karena ada 3 orang yang terlentang di atasnya. Sesaat kemudian Ipung hanya mengucek-ucek rambutku untuk melampiaskan kekesalannya.
"Kalau gue sekolah loe ngga boleh macem-macem sama Ipung ya?" Ucapku kepada Zabeth.
"Paling colek-colek dikit lah Gam.. Hehehehe.." Zabeth tertawa sambil memegang pahanya Ipung.
"Mmmmm.. Siap-siap aja hidup loe bakal lebih susah, selain fisik gue akan nyiksa loe secara mental kalau berani macem-macem."
"Awas Beth.. Siksaan bathin si Agam jauh lebih menyakitkan dibanding siksaan fisik. Kamu kan udah pernah tuh disiksa fisik sama dia, rasanya jauh lebih menyakitkan dari itu. Manusia paling ganas!" Ucap Ipung sambil membenamkan kepalaku ke dadanya yang bidang.
"Gam.. Berangkat sekarang yuk." Ajak Rahmat yang sudah memakai sepatu sekolah.
Aku pun bangkit dari tempat tidur kemudian berpamitan kepada Ipung dan Zabeth. Pada saat aku melewati gerbang sekolah, banyak siswa-siswi yang heran dan saling berbisik melihat aku yang berboncengan dengan Rahmat. Aku sedikit bangga jika mereka fikir aku sekarang berpacaran dengan Rahmat. Seenggaknya reputasiku sebagai lelaki 'normal' pulih kembali.
"Mat.. Mereka pikir kita pacaran kali ya." Bisikku ketika aku sudah memarkirkan motorku di tempat parkir.
"Nggak mungkin lah Gam. Mereka pada aneh ngeliat kamu mau bergaul sama aku. Reputasiku kan nggak baik di sekolah ini." Rahmat memberikan helm yang tadi dia gunakan.
"Sama lah Mat. Reputasi gue juga nggak baik gara-gara si Indah. Mereka pikir gue pacaran sama Indah."
"Hehehhe.. kamu tuh ya, jadi homo malah bangga."
"Bukannya bangga Mat, tapi itu kan udah kodrat, masa gue mesti malu sih. Masuk ke kelas yuk Mat."
"Makasih ya Gam.." Ucap Rahmat.
Kami berdua pun berpisa di tempat parkiran motor karena arah kelas kami berbeda. Pada saat aku berbelok menuju kelasku, ada yang menarik tanganku dari belakang. Kutengokkan kepalaku ke belakang, ternyata Indah yang menarikku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kebon Waru
Ficción General*Another Repost Gay Story *Original Writer : @Chocolate010185 *LGBT HATERS GO AWAY!!