Aku merasakan ada sesuatu hal yang mendorongku untuk membuka mataku. Perlahan kubuka mataku yang terasa masih lengket. Fajar terlihat masih terlelap di sampingku dan menghadap ke arahku yang sedang terlentang.
Pada saat aku melihat ke arah selangkanganku yang setiap pagi selalu membuat tenda pramuka, aku sangat terkejut. Salah satu tangannya Fajar masuk ke dalam celana boxerku dan menggenggam erat tiang pancang yang tegak menjulang. Perlahan-lahan kucoba untuk menggeser tangannya Fajar dari selangkanganku. Agak susah juga karena cengkramannya agak sedikit kuat. Tiba-tiba aku terlonjak.
"Aaarrrggghhh.."
"Waaaa!!!" Fajar menjerit sambil mencengkram kemaluanku lebih kuat. Satu detik kemudian dia langsung menarik tangannya dari dalam celana boxerku.
"Apa yang kamu lakuin Gam?!" Tanya Fajar.
"Eh...Anu.." Kataku terputus karena Fajar memotong kalimatku.
"Kalau mau, bilang aja Gam, aku kan bisa siap-siap dulu!" Ujarnya ketus.
"Duh.. Kok jadi gue yang salah ya.." Ucapku sambil menggaruk kepalaku.
"Kamu sih sukanya iseng! Kenapa juga tanganku kamu masukin ke dalam celanamu?" Fajar terlihat cemberut dengan muka sedikit merah. Matanya dia arahkan ke tiang pancang yang masih berdiri tegak menantang.
"Iya deh.. gue ya salah. Maafin gue ya Jar. Loe mandi dulu sana, gue nyiapin sarapan dulu." Kataku sambil beranjak dari kasur, kemudian membetulkan posisi kemaluanku yang selalu dilirik Fajar.
Setelah itu aku berlalu dari kamarku menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untukku dan Fajar. Kubuatkan roti bakar dengan olesan mentega, telor dadar, dan teh manis untuk menemani sarapan pagi. Baru saja sarapan pagi selesai kubuat, Gilang terlihat baru keluar dari kamarnya dengan rambut yang sangat berantakan.
"Bang Agam, rotinya buat siapa?" Tanya Gilang dengan suara yang parau.
"Buat gue sama Mas Fajar, Dul.." Jawabku singkat.
"Yang punya Bang Agam, buat aku aja ya.. Bang Agam buat lagi yang baru." Pinta Gilang.
Dengan terpaksa aku memberikan roti bakar yang di dalamnya sudah kusisipkan telor dadar untuk Gilang. Kubuatkan lagi roti bakar dan telor dadar untuk sarapanku. Seteleh jadi, aku berjalan menuju kamarku.
Fajar terlihat sudah segar dengan aroma sabun sedang duduk di ujung kasur sambil melihat siaran berita pagi. Aku meletakkan nampan yang berisi 2 cangkir teh dan 2 piring roti bakar.
"Jar, sarapan dulu ya, gue mau mandi dulu." Kataku sambil berjalan menuju kamar mandi.
Pada saat aku selesai melakukan kegiatan rutin pagi hari di kamar mandi, aku keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggangku. Fajar sama sekali belum menyentuh sarapan yang aku siapkan.
"Jar...kok belum dimakan sarapannya?" Tanyaku sambil mengenakan baju dan celana seragam sekolah.
"Nunggu kamu beres mandi Gam, sarapannya barengan aja." Katanya sambil tersenyum kepadaku.
"Ya udah kita sarapan sekarang yuk." Ajakku setelah aku selesai mengenakan seragam sekolah.
Setelah selesai menghabiskan sarapan pagi, aku mengantar Fajar menuju kosnya yang berada di jalan Aceh dengan menggunakan motorku. Selama dalam perjalanan yang lenggang, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulutnya Fajar. Dia hanya melingkarkan tangannya di pinggangku dan kepalanya dia senderkan di punggungku. Dia hanya sekali berbicara pada saat menunjukkan lokasi kosnya.
Sesampai di kosnya Fajar yang terlihat sederhana, aku parkirkan motorku di depan rumah bercat putih yang sudah berubah warna karena terkena sinar matahari. Aku diajak Fajar memasuki lorong yang berada di samping rumah ini. Kamarnya Fajar ada di belakang dan terpisah dari bangunan utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kebon Waru
General Fiction*Another Repost Gay Story *Original Writer : @Chocolate010185 *LGBT HATERS GO AWAY!!