Setelah aku selesai membersihkan badan dan berganti baju, aku langsung melajukan motorku menuju kos nya Rahmat yang berada di daerah Cisitu Dago. Tidak terlalu padat jalanan pada sore hari ini sehingga aku bisa memacu kendaraanku dengan kecepatan tinggi.
Suasana bangunan hotel yang sudah beralih fungsi menjadi kos ini terlihat sangat sepi. Hanya ada seorang lelaki berumur sekitar 50 tahunan sedang menyapu daun-daun kering yang berserakan di halaman depan lobby. Aku parkirkan motorku di samping bangunan utama, kemudian aku bergegas menuju kamar yang bertuliskan angka 105 yang menempel di pintu kamar.
Tok... Tok... Tok...
Kudengar ada seseorang dari dalam kamar sedang membuka gagang pintu. Setelah pintu terbuka, munculah Rahmat dari balik pintu yang hanya menggunakan kaos singlet dan masih bercelana seragam SMA.
"Masuk Gam..." Rahmat mempersilahkanku masuk ke dalam kamarnya.
Jantungku mulai berdetak kencang ketika melihat Ipung yang sedang duduk dengan kaki terbaring di atas kasur berukuran king size sambil melihat televisi yang menanyangkan acara gosip-gosip.
"Hai Pung..." Sapaku sambil tersenyum.
Ipung hanya melirikku sejenak kemudian memalingkan mukanya ke arah televisi tanpa sedikitpun membalas sapaanku dan senyumanku. Rupanya dia masih marah kepadaku.
"Kamu mau minum apa Gam?" Tanya Rahmat sambil menutup pintu kamar kosnya.
"Air putih aja Mat.. Eh loe ntar malam mau kemana?" Tanyaku kepada Rahmat yang sedang berjalan menuju kulkas kecil yang berada di bawah meja televisi.
"Biasalah Gam... Mau ke rumah si Babeh. Jam 6 sore berangkatnya." Jawab Rahmat yang kemudian memberikan sebotol air mineral dingin berukuran sedang kepadaku.
"Thanks Mat. Gue tadi siang habis dari sana, ketemu Babeh sama si Zabeth. Kenapa si Zabeth nggak suruh ke sini aja Mat?"
"Kalau Zabeth ke sini, Ipung tidur di mana?" Tanya Rahmat sambil meletakkan pantatnya di kursi belajarnya.
Tanpa ragu aku pun langsung merebahkan diriku di atas kasur dan perutnya Ipung dijadikan ganjal untuk kepalaku. Ipung terlihat kaget dengan perlakuanku ini, tetapi dia tidak berontak atau mengeluarkan suara sedikit pun.
"Malam ini kan gue mau culik dia ke rumah gue Mat. Mumpung mulutnya lagi bisu, jadi gue nggak perlu repot-repot ngebekep mulutnya."
"Emangnya mau si Ipung diajak ke rumah kamu?" Tanya Rahmat sambil tersenyum ke arahku.
"Namanya juga diculik Mat, mau nggak mau ya harus mau nginep di rumah gue nanti malam." Aku pun membalas senyuman Rahmat, senyum antagonis yang tidak terlihat oleh Ipung.
"Nggak.. Nggak.. Aku ngga mau nginep di rumah kamu." Ipung mulai bersuara, namun dia tidak merubah posisi kepalaku.
"Eh ada suaranya Mat..." Mataku sedikit terbelalak mengisyaratkan kekagetan yang dibuat-buat.
"Hehehehe....." Rahmat hanya tertawa melihat ekspresi wajahku.
"Emangnya gue minta pendapat atau persetujuan loe Pung?" Ucapku sambil memalingkan mukaku ke arah mukanya dia.
Ipung memandangku tajam dengan sedikit emosi.
"Pokoknya aku nggak mau kalau nginep di rumah kamu!!!" Bentak Ipung.
"Deeeuuuhhh.. .masih marah euyy. Udah ya jangan marah-marah melulu." Ucapku sambil mengelus-elus dadanya.
Ipung kembali memalingkan mukanya ke arah televisi. Aku pun kembali mengarahkan pandanganku ke Rahmat dan kepalaku masih di posisi yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kebon Waru
Ficción General*Another Repost Gay Story *Original Writer : @Chocolate010185 *LGBT HATERS GO AWAY!!