Cinta itu candu. Sekali kau merasakannya maka kau tidak akan pernah bisa terlepas darinya. Itulah yang Haru rasakan saat ini. Bayangan gadis itu enggan terlepas dari memorinya seakan ada lem yang merekatkan bayangan tersebut untuk terus menempel di dalam memorinya. Dan sialnya, setiap memorinya mengingat gadis itu, bibirnya tidak akan mampu untuk menahan senyuman.
Semua ini karena sang gadis penyihir!
Jangan beranggapan bahwa gadis tersebut adalah seorang penyihir. Gadis penyihir adalah panggilan Haru untuk gadis tersebut. Dia berhasil membuat Haru terperangkap ke dalam mantra cinta yang diberikannya lewat pertemuan pertama. Pertemuan pertama yang merubah kehidupan Haru, namun ternyata semua perubahan tidak selalu berakhir seperti kisah dongeng.
Kisah ini bermula ketika bunga sakura mekar untuk pertama kalinya seperti kelopak cinta yang mekar di dalam hati mereka.
****
Haru mengarahkan lensa kamera polaroid ke sebatang pohon sakura yang berdiri dengan gagah di depan stasiun. Batang-batangnya yang kokoh membentuk cabang dengan bunga sakura yang menaunginya. Sapuan angin membawa terbang kelopak sakura yang telah luruh ke permukaan tanah. Aromanya merambatkan perasaan hangat yang menjelma menjadi kebahagiaan.
Dan, sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai awal yang baru-karena itulah tahun ajaran di Jepang dimulai pada pertengahan bulan-dan melupakan semua kenangan yang pernah terjadi di masa lalu.
Haru tertegun ketika matanya mengamati hasil foto tersebut. Pandangan matanya terkunci oleh wajah rupawan seorang gadis yang mengambil alih objek utama foto. Gadis tersebut berdiri di bawah pohon sakura. Tangannya yang seputih pualam mengadah untuk meraup sehelai kelopak sakura yang gugur akibat tertiup angin. Rambutnya hitam berkilauan akibat terkena sinar mentari yang keemasan. Seulas senyum sederhana tersemat di bibirnya yang kemerahan seperti warna bunga sakura. Menciptakan lubang kecil di permukaan pipinya yang memerah walau udara sedang tidak dingin.
Foto tersebut menjelma menjadi mantra sihir yang mengutuk kaki Haru sehingga tidak bisa bergerak. Haru menurunkan kamera polaroidnya untuk melihat gadis tersebut secara lebih jelas, tetapi gadis tersebut sudah menghilang. Haru tidak paham dengan cara kerja kakinya yang langsung berlari untuk mencari gadis tersebut tanpa harus diperintah terlebih dahulu.
Ia mencari gadis tersebut di antara orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya, tetapi ia tetap tidak berhasil menemukan gadis tersebut. Dan, satu lagi keanehan yang terjadi dalam dirinya, kenapa ia bersedia berlari hanya untuk menemukan seorang gadis misterius?
Sialan, mantra apa yang ia gunakan untuk menarik dirinya ke dalam sihir cintanya?
Haru mencari gadis tersebut di antara orang-orang yang akan menyebrangi jalan. Beberapa orang menoleh ke arahnya dengan wajah kesal karena Haru tidak sengaja menyinggung bahu mereka. Haru menunduk sejenak untuk meminta maaf, kemudian langsung berlari untuk mencari gadis tersebut, namun ia tidak dapat menemukan gadis tersebut. Haru merunduk untuk mengambil jeda istirahat bagi kedua kakinya. Bulir peluh menetes dari ujung rambutnya sehingga membuat kulitnya menjadi lengket. Tempo suaranya membentuk melodi yang saling bertabrakan.
Sialan! Ia tidak bisa mengtahui nama gadis itu. Sial! Sial! Kesempatannya sudah sirna begitu saja.
Ketika ia akan mendongak, matanya menemukan sehelai kelopak sakura yang tadi gadis itu genggam. Haru mengambil kelopak tersebut, kemudian menggenggamnya. Membiarkan kehangatan dari telapak tangan gadis tersebut merambat ke seluruh raganya. Senyuman lebar tersemat di bibir Haru.
Menggengam kelopak tersebut seperti sedang memandang senyuman gadis itu. Hangat dan lembut. Dan, entah mengapa hati ini seperti ingin meledak agar alam semesta tahu, perasaan apa yang sedang bersembunyi di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Semusim
Romance[Spring] Cinta itu candu, kawan. Sekali kau merasakannya maka kau tidak akan pernah bisa terlepas darinya. Bayangan gadis tersebut selalu menempel di dalam memori sang pria seakan ada lem yang membuat bayangan tersebut sulit terlepas dari memor...