Dari: Kim Hyun-Jae
Bisakah kita bertemu di tempat seperti biasanya?
Jika kau tidak datang, aku akan menunggumu sampai kau datang.
Choon-Hee kembali membaca pesan yang tadi siang terkirim ke nomor handphonenya. Rasa sesak menyelimuti relung dadanya membuat ia kesulitan bernapas secara normal. Ada keraguan yang menyusup ke dalam hatinya, namun langsung ditepis kuat-kuat oleh akal sehatnya.
Semuanya telah berakhir Choi Choon-Hee, ingat itu!
Jangan membiarkan hatimu mengambil alih akal sehatmu.
Choon-Hee mematikan handphonenya untuk menghapus keraguan yang perlahan mengikis pertahanan dalam dirinya. Ia memejamkan matanya sembari mengatur alur pernapasan dalam dadanya. Jiwanya kembali mengucapkan mantra sihir yang akan memperkuat pertahanan dalam dirinya.
Ini adalah pilihan yang terbaik, Choi Choon-Hee.
Choon-Hee kembali membuka kedua matanya, lalu mengalihkan kedua matanya ke arah pemandangan di luar jendela bus. Bola-bola kecil selembut sutra berguguran dari cakrawala dan meninggalkan jejak pada permukaan kaca yang dingin. Choon-Hee bisa melihat pantulan wajahnya pada uap air di permukaan kaca. Namun perlahan, pantulan tersebut menjelma menjadi sesosok bayangan dari masa lalu.Bisakah sehari saja, aku melupakanmu, kim Hyun-Jae?
****
Choon-Hee memejamkan kedua matanya. Benaknya membayangkan not balok yang akan ia pentaskan akhir minggu ini. Semuanya harus berjalan lancar kalau tidak ia akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa di universitas seni bergengsi di Seoul.
Namun, tiba-tiba sebuah suara asing menyusup ke dalam benaknya sehingga nada-nada yang sedang terangkai dalam kepalanya saling berbenturan dan menghasilkan melodi yang membuat kepalanya sakit. Choon-Hee membuka kedua matanya untuk melihat sang pemilik suara yang sudah menghancurkan musik dalam kepalanya.
Seorang murid laki-laki berseragam serupa dengan Choon-Hee terdorong ke arahnya. Kedua tangannya dengan sigap menahan pegangan kursi supaya wajahnya tidak berbenturan dengan wajah Choon-Hee. Hyun-Jae langsung berdiri tegak saat melihat wajah Choon-Hee yang terlihat kesal. Mata hitamnya mengerling ke arah teman-temannya yang sedang tertawa sembari memberikan kode yang tidak Choon-Hee mengerti.
Choon-Hee memiringkan wajahnya sembari mengamati Hyun-Jae yang menggaruk-garuk tengkuknya. "Aku tidak punya banyak waktu jadi jika kau ingin mengatakan sesuatu kepadaku, cepat katakan," ujar Choon-Hee sambil melipat kedua tangannya. Murid tersebut mengangguk cepat. "Kau akan kuberi waktu lima menit."
Ekor mata Hyun-Jae bergerak meminta bantuan kepada teman-temannya yang malah menertawakannya. Tangannya terkepal kuat-kuat untuk menutupi kegugupan yang sudah bersarang dalam dirinya. Ia menghela napas panjang, lalu menatap tajam mata Choon-Hee. "Maukah kau menjadi kekasihku?" tanya Hyun-Jae dengan suara yang tenang seperti riak air, namun mampu membuat hati Choon-Hee tenggelam ke dalamnya.
Choon-Hee memainkan arah pandangan matanya, tidak berani menatap mata Hyun-Jae yang tepat mengenai manik matanya. Ia mencoba terlihat tidak peduli untuk menutupi suara detak jantungnya mengeras. "Kenapa kau ingin menjadi kekasihku?" tanya Choon-Hee sembari melirik murid tersebut yang kian gugup. "Karena aku mencintaimu, Choi Choon-Hee."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Semusim
Storie d'amore[Spring] Cinta itu candu, kawan. Sekali kau merasakannya maka kau tidak akan pernah bisa terlepas darinya. Bayangan gadis tersebut selalu menempel di dalam memori sang pria seakan ada lem yang membuat bayangan tersebut sulit terlepas dari memor...