Because Of You

28 4 0
                                        

Because Of You

Ini ke 18 kalinya lagu Officialy Missing You terputar dalam playlist ku. Pelajaran kosong, jadi aku hanya di bangku ku duduk dan mendengarkan lagu. Ingin marah, menangis, kesal, entah segala rasa ingin aku luapkan dalam tangisan. Tapi hanya sesak di dada yang ku rasakan.

Mereka pernah bilang untuk berhenti. Mereka pernah bilang untuk jangan pernah memulai hal gila. Tapi aku terlalu naïf untuk melakukannya maka mengabaikannya dan hasilnya, ya sesak di dada ini. Pernah merasa jantungmu seperti di tekan dan semakin di tekan hingga udara di paru-paru mu menipis. Pita suaramu tercekat dan yang kau lakukan hanya menangis.

Ini salahku memulainya harusnya aku bisa mengatasinya tapi lagi-lagi hanya perbuatan sia-sia. "Janish, bel istirahat, ayo ke kantin." Aku menyeka air mataku di sudut dan berjalan keluar. Dan mungkin salah satu keputusan terbodoh. Aku disini, kantin sekolah menatap 5 bangku dari ku dan mendapati Wine dengan seorang perempuan, entah siapa mungkin adik kelas atau anak baru, aku hanya menghela nafas. "Maaf," aku menoleh mendapati Gween, sahabatku yang mengajakku kesini. "Jangan. Gue baik-baik saja." Ucapku.

"Dia Friska, anak baru, dan ya mantan lo itu emang doyan yang lugu-lugu gitu." Aku melototinya."Sorry," ucapnya. "Trus lo gimana sekarang?"tanyanya. aku menaikkan alis. "Ralat, gimana kabar hati lo sekarang?"ucapnya sakratis. "Sekarang pecahan, dengan kobaran api di tiap sudut,"ucapku dia menatap ku dan memengang tanganku. "Gimana ya Jan, dari awal gue udah bilang jangan pernah melihara hewan buas, saat lo lupa kasih makan naluri membunuh mereka masih ada," ucapnya. Aku hanya menunduk.

Harris memang playboy. Sejak kelas 1 aku memang sering memperhatikannya. Entah saat di kelas atau istirahat, bahkan saat ekskul-padahal kami berbeda- aku selalu memperhatikannya. Daranya tersenyum, tertawa, terkekeh, mengerutkan dahi dan hal favoritku adalah saat dia mengangkat sebelah alisnya. Dia terlihat indah meski sulit di gapai.

Hingga saat kami duduk di kelas 3 dan kami harus terpisah kelas, dia datang menghampiriku dengan senyum 1000 voltnya dan membuatku terpanah. Ini yang aku inginkan, dia mengenaliku, menganggapku ada dan dia berhasil ku gapai. Tapi bagai menggenggam ujung tombak, justru aku yang tertusuk. Awalnya Gween mengingatkan, tapi aku mengabaikannya. Dan kini luka tak dapat di hindari.

Mungkin saat ini aku masih rapuh. Mungkin pecahan ini tak kan pernah utuh. Tapi tak ada salahnya jika harus memperbaikinya. Mungkin tak akan sama fungsinya tetapi lebih baik daripada kau harus menginjaknya dan melukai yang lain. kedepannya, aku akan lebih kuat dari hari ini. Kedepannya aku akan lebih bijak dari hari ini. Dan kedepannya aku akan lebih baik dari ini.

Maka aku berjalan menghampirinya dengan segelas the manis dingin yang baru tiba dan menyiram tepat di wajahnya. "Thanks for everything, asshole!" yeah, ini baru langkah pertama.


Cerpen AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang