Falling In Love

3 0 1
                                    

Rasanya seperti jantung berdetak lebih kencang.

Senyum tak pernah hilang dari wajah, hingga orang memanggilku gila.

Lagu yang ku putar pun seakan aku menjadi pelakon utamanya.

Mereka bilang aku mengalami proses alami yang di sebut jatuh cinta.

Mendengar namanya saja membuat ku menari girang.

Mendengar suaranya membuat darahku berdesir.

Memikirkannya saja membuat ku seperti mendapat energi tambahan.

Dia yang membuat ku datang lebih pagi. Membuat ku menunggu kedatangannya tuk sekedar ia sapa. Mendengar suaranya menjadi musik yang paling indah, terutama saat lidahnya fasih mengucap namaku. Tak hanya sekali.

Dirinya yang menurut ku sempurna. Sangat jauh dari diriku yang terlalu biasa. Dia mungkin bukan bintang, tapi dia punya cara sendiri tuk bersinar. Dia mungkin dingin, tapi tak ada satu pun orang yang membenci dingin. Dia si sempurna menurutku.

Caranya berbicara, caranya berfikir, bahkan caranya melihat setiap masalah. Ketika aku memandang semuanya sebagai anugrah pada dirinya. Dia mungkin bukan berada dalam lingkup yang sempurna. Dia juga manusia. Tapi caraku melihatnya, seperti caraku melihat kesempurnaan yang nyata.

Lalu dia hilang.

Tak lagi melihatnya.

Tak lagi mendengarnya memanggil namaku fasih.

Tak lagi berada dekatnya.

Rasa cemas melandaku. Apa kabar dengan dirinya. Bagaimana dirinya kini. Apa dia tidak lupa memotong rambutnya. Apa dia makan dengan baik. Apa hari-harinya baik.

Kepalaku hanya berputar tentang dia. Seolah dia menjadi intiku. Poros yang selalu mendampingiku hingga aku hanya memikirkan dirinya. Setiap saat.
Dirinya yang seperti es. Terlihat dingin tetapi bisa hangat. Sekarang saat kita telah berpisah hati ku masih saja terpaku pada dirinya. Terpaku pada cara pandangku melihatnya.

Ini bagian dari ilusiku atau kau memang nyata?

Cerpen AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang