Diva terus terdiam sambil menatap ke luar kaca jendela mobil Andre, sudah hampir lima menit mereka berdua berada di dalam keheningan, yang membuat Andre hampir frustrasi dibuatnya. Sebenarnya Andre ingin menanyakan beberapa pertanyaan untuk Diva, namun ia sangat tidak berani untuk membuka mulutnya kala melihat Diva yang sepertinya sedang tidak ingin berbincang. Andre menolehkan kepalanya sekali lagi ke arah Diva, dan sepertinya gadis itu masih tetap terdiam yang membuat Andre menghela nafas berat.
"Mau sampe kapan melamun kaya gitu mba?" Tanya Andre.
Diva mengedikkan kedua bahunya tanpa menatap ke arah Andre sedikitpun.
"Kalo kangen sama abang lo, gue bisa anter lo sekarang," ucap Andre yang membuat Diva terdiam sejenak.
Namun, Diva menggelengkan kepalanya, lalu kembali menatap keluar jendela mobil. "Gausah, gue bisa nanti, kapan-kapan."
"Tadi kenapa lo sama Kevin?"
Tanya Andre yang tiba-tiba membuat Andre mengutuk dirinya sendiri, karena pertanyaan itu berhasil keluar sangat mulus tanpa berfikir panjang.
"Dia temen deket bang Givan, tadi gue sama dia ngobrol-ngobrol tentang abang doang, emangnya kenapa?" Jelas Diva.
Andre mengedikkan bahunya. "Gapapa, cuma nanya doang. Btw laper ga, Div?"
Diva menggeleng. "Gue sih ga laper, tapi kalo lo mau makan gue temenin, mau ga?" Tawar Diva.
Andre mengangguk semangat. "Boleh yuk, perut gue udah keroncongan."
Diva mengangguk, lalu tersenyum menatap Andre. Akhirnya Andre mencari tempat makan yang pas untuknya berbincang dengan gadis yang sudah lama di idamkannya ini, menurutnya inilah saat yang pas untuk memberi tahu gadis yang sedang sibuk memainkan permainan di ponselnya.
"Makan dimana maunya, Div?" Tanya Andre dengan senyum manisnya.
Diva menatap jam tangannya, lalu kembali menatap Andre dengan senyumnya yang mampu membuat laki-laki manapun jatuh hati pada gadis ini.
"Di restoran yang biasa gue makan aja deh, Dre. Soalnya disitu tempatnya enak, view-nya juga bagus banget," ucap Diva meyakinkan Andre.
Akhirnya laki-laki tampan itu mengangguk sambil menatap Diva dengan senyumnya yang membuat jantung Diva tak karuan.
Setelah lima belas menit diperjalanan, Andre langsung memakirkan mobilnya di parkiran yang telah disediakan pihak restaurant, lalu dengan percaya diri, laki-laki itu keluar dari mobilnya, dan langsung membukakan pintu mobil di kursi Diva.
"Lho? Ini dimana, Dre? Kayanya salah tempat deh," ucap Diva dengan heran.
Andre terdiam dengan senyum yang merekah, lalu dia langsung mengunci mobilnya, dan menggandeng tangan Diva untuk masuk ke dalam restaurant.
Diva sempat terdiam saat Andre menyebutkan namanya pada seorang pelayan yang sedang menghampirinya, lalu pelayan tersebut tersenyum dan menunjukkan meja yang telah Andre pesan sebelumnya.
"Terima kasih," ucap Andre kepada pelayan itu.
Diva masih tidak bisa berkutik, bahkan saat Andre menatapnya dengan senyuman, gadis itu tetap tidaj menyadarinya dan malah memandangi interior restaurant yang tengah didatanginya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Called Love
Teen Fiction[MASA REVISI] Dalam sebulan terakhir dia berusaha untuk bisa membuat Diva bahagia, agar dia bisa menunjukkan betapa besarnya rasa sayang yang ia berikan untuk Adik perempuan yang ternyata bukan Adik kandungnya itu. Namun Andre membantu keluarga mere...