"Nih minum dulu."
Andre memberikan Diva satu botol air mineral dingin, lalu duduk di samping gadis itu.
"Thanks," Diva langsung membuka tutup botol air mineral tersebut.
Andre menatap lekat-lekat gadis di sampingnya itu. Sepemikiran Andre, gadis di sebelahnya itu sebenarnya adalah gadis yang cantik, tapi karena gadis itu selalu risih jika ada yang memberitahunya jika dia cantik. Jujur saja, pertama kali melihat Diva di bangku SMP, Andre langsung menatap Diva tanpa kedip, lalu bersyukur dalam hati, jika Tuhan menciptakan manusia yang indah seperti Diva.
"Lagi ada masalah? Kok diem aja?" Tanya Andre sambil kembali meneguk air mineralnya.
Diva menggeleng. "Ga ada apa-apa, gue cuma heran aja, kenapa keluarga gue bisa berubah drastis."
Andre tetap terdiam, mendengarkan apa yang akan dikatakan gadis itu selanjutnya setelah terhenti beberapa detik.
"Gue yang gaboleh ketemu abang, mama yang ngeluh terus, papa yang benci banget sama abang, sampe-sampe gue gaboleh ke penjara cuma buat nemuin abang gue sendiri. Bokap gue jahat ya, Ndre? Asal seenaknya sendiri, padahal dia gatau abang berusaha nyari uang buat keluarga, walaupun caranya salah," Diva menatap Andre dengan matanya yang berkaca-kaca.
Seumur hidup Andre mengenal gadis itu, Andre tidak pernah menemukan setitik pun air mata di mata gadis yang sudah menjadi bagian dalam dirinya tersebut. Yang Andre kenal hanyalah Diva yang periang, Diva yang gegabah, Diva yang sangat usil, semuanya yang ia tahu tentang gadis itu hanyalah hal yang membuat semangat dalam diri Andre juga ikut berkoar. Tapi saat melihat kondisi gadis itu sekarang, rasanya Andre ingin memukul siapa saja yang berani menyakiti hati gadis yang sangat disayanginya itu.
"Semenjak eyang meninggal, kadang gue suka bilang ke abang gue Ndre, apa bakal keluarga gue terus harmonis tanpa ada eyang yang ngelerain semuanya kalo ada masalah? Apa papa bakal terus jadi papa yang ga pernah marah kalo gue buat salah? Apa papa bakal terus sayang sama abang kalo gue juga buat kesalahan yang sama kaya yang abang gue buat? Sampe-sampe segitu bencinya papa sama bang Givan.
Andre hanya bisa tersenyum, dan terus mendengarkan kata demi kata yang keluar dari bibir mungil Diva.
"Untung lo selalu tenangin gue ya Ndre, walaupun gue gabisa terima cinta lo sekarang, walaupun gue belum bisa ngaish lo kebahagiaan kaya yang lo kasih ke gue, tapi gue bersyukur banget, lo ada buat gue saat gue bener-bener butuh lo. Gue selalu bersyukur bisa terus bareng sama lo. Makasih ya, Ndre."
Diva tersenyum kepada Andre setelah gadis itu menghapus air matanya yang terus berjatuhan keluar dari mata teduhnya itu. Entah mengapa Diva terus tersenyum saat menatap Andre, walaupun gadis itu tersenyum, Andre masih merasakan sakit hatinya saat masih terus melihat air mata terus jatuh ke pipi mulus gadis di hadapannya.
Andre menangkup kedua pipi Diva. "Lo punya gue, dan gue janji, gue akan selalu ada buat lo, sampe kapanpun lo minta gue terus ada di samping lo. Dan satu lagi, gue gasuka lo yang nangis terus kaya sekarang Div, keluarga lo emang berubah, tapi bukan berarti seorang Diva harus berubah hanya karena ada masalah?"
Tak lama Diva tersenyum, sambil menjambak rambut Andre yang tertiup angin itu. Saat Diva berlari, Andre mengejarnya, dan menangkap gadis itu dari belakang tubuh Diva. Mereka berdua tertawa lepas bersama, tanpa sadar jika ada yang memperhatikan mereka dengan tatapan tak suka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Something Called Love
Teen Fiction[MASA REVISI] Dalam sebulan terakhir dia berusaha untuk bisa membuat Diva bahagia, agar dia bisa menunjukkan betapa besarnya rasa sayang yang ia berikan untuk Adik perempuan yang ternyata bukan Adik kandungnya itu. Namun Andre membantu keluarga mere...