Chapter 2 : What Do You Think?

4K 305 7
                                    

CHAPTER 2

[Mingyu's house] 8.00 P.M. KST

"Mingyu, kenapa kau baru pulang jam segini? Darimana saja kamu nak?"

Aku berlalu menaiki tangga tanpa berucap satu patah kata pun kepada ibuku.

Aku tau ibuku khawatir, tapi aku sedang tidak mood melakukan apapun bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaannya. Aku ingin tidur melupakan sejenak semuanya.

_______________

[FLASHBACK]

"Jiho, jelaskan semua padaku. Apapun yang kau sembunyikan dariku!" ucapku berusaha tenang pada yeoja dihadapanku.

"Jelaskan apa, Mingyu-ah? Aku tak mengerti." tanya Jiho, tapi raut wajahnya mulai terlihat panik.

"Aku yakin aku tidak salah lihat, tadi kau bersamanya di atap sekolah." kataku memancingnya.

"Huh? Siapa? Kau jangan berkata yang aneh-"

"Jackson. Jackson Wang."

"Tenang dulu sayang, kau jangan--"

Aku menepis tangannya yang mencoba mengelus wajahku.

"Jangan apa? Jangan mengganggu acara privasimu dengannya?" Aku menggertakkan gigiku, menahan emosi.

"A-apa? Ma-maksudmu?"

"Tak perlu bohong, Jiho-ssi. Aku melihatnya."

Walaupun aku tidak membentaknya, dia tau aku sedang emosi. Siapa yang tidak marah, jika melihat pacarnya berciuman dengan namja lain di atap sekolah?

Dia sudah berkali-kali tertangkap basah bermesraan dengan namja itu, tapi masih saja tidak mau mengaku.

Kenapa saat itu aku tidak memutuskannya saja?
Ck, dia memiliki segudang alasan yang bisa membuatku bungkam seketika.

Ini sudah kesekian kalinya aku melihat ia bertingkah seenaknya. Jadi, lebih baik aku akhiri semua ini.

"Aku beri kau waktu untuk mengatakan semua sejujur-jujurnya, Kim Jiho." ucapku berusaha tenang dengan memasang wajah datar.

"K-kau bicara apa? Aku tak menyembunyikan apapun darimu. Aku ini menyayangimu, Mingyu-ah. J-jackson itu hanyalah temanku. Kau percaya padaku kan?"

Ia mendekat, gerak-geriknya seperti akan memelukku.

Aku mundur beberapa langkah.

"Tak perlu berpura-pura bersikap manis padaku, Jiho-ssi. Kalau kau tidak mau menjawab, tak apa. Aku sudah melihatnya tadi, jelas sekali."

Ia diam, tak bisa menjawab.

"Jackson? Jika kau memang mencintainya, kau tak perlu memintaku untuk menjadi pacarmu tiga bulan lalu. Buat apa kau memohon sampai menangis di depan teman-teman ku, hanya untuk ingin menjadi pacarku? Kalau akhirnya kau yang bermain di belakangku?!!" bentakku. Aku sudah tak bisa lagi mengontrol emosiku.

"Mingyu-ah, aku tidak-"

"Sampai kapan kau mau mencari alasan? Apa mulut manismu itu hanya bisa berbohong saja, Jiho-ssi? Ckck." potongku

FOUND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang