"Kak, jalan. Panas ni, udah mau masuk waktu dzuhur." Gerutu seorang pria yang ku rasa, sejak tadi menahan emosi karna kebodohan ku.
Tanpa berlama mempertahankan posisi ku, aku bergegas melangkah menuruni anak tangga, dan ketika anak tangga terakhir, konsentrasi ku terpecah. Akhwan itu kini berada tepat di depan ku. Ini kesempatan ku untuk mengenalnya.
Baru saja aku hendak memanggilnya, aku tersentak ketika Annis, memukul pundak ku.
"Yak, kau liatin apa sih? Ayo buruuu, udah telat. Aku laper sumfah. Kita cari makan dulu, baru ke masjid."
"Ehh jangan nis, kita ke masjid dulu. Ntar dimarahin sama senior" wajah ku masih saja memandanginya meski kini yang terlihat hanyalah tasnya.
"Aulia zahra, gausah sok patuh. Kita memang maba, tapi gaada salahnya kalo kita kabur beli makan sebentar, ntar kalo ditanya kenapa kita makan, bukan sholat. Bilang aja lagi mamnuk. Gampang kan?"
Annis kini bertindak sebagai hakim yang menghakimi ku, belum lagi aku mengkonfirmasi permintaannya untuk kabur mencari makanan Annis berhasil membuat ku bak karung beras, menarik ku tanpa perduli rok yang ku kenakan saat itu.
"Nis, pelan dong. Rok ku sempit."
"Udah diem, nurut aja. Ehh ada bakso bakar tuh, yukkk"
Annis langsung menarik ku dan kami berhasil mendarat dengan mulus di depan penjual bakso bakar, di depan masjid kampus.
"Om, pesen 5 ya. Yang pedes, gak pake lama, udah laper nih om"
Mata ku lagi-lagi terpusat pada rombongan yang kini mendekat. Terlihat dari jauh, akhwan yang sedari tadi ku perhatikan.
"Yak, liatin apasih?"
Annis kini bercita-cita mengetahui apa yang ku perhatikan sejak tadi.
"Ini dek, 5 ribu."
"Makasih om"
5 tusuk bakso bakar kini berada di tangan Annis.
"Yak, nih" Annis menyodorkan bungkusan bakso bakar yang dibelinya.
"Enggak nis, aku kenyang"
Sebenarnya bukan karna kenyang aku menolak penawaran Annis. Tapi kali ini aku tak boleh kehilangan kesempatan untuk berkenalan dengan akhwan itu.
"Yaaak, bantuin aku makan. Cepetan, ntar lagi sholat yaak. Ayo dong."
Terpaksa aku mengambil setusuk bakso bakar ditangan Annis. Dan tak ku pungkiri, perut ku memang sejak tadi berdendang tak sopan.
Tak terasa, kini rombongan telah sampai di depan masjid.
"Kok udah disini dek? Yuk langsung masuk. Sudah adzan"
Seorang senior mengingat kan kami, bahwa kini Adzan sudah berkumandang. Tapi, kemana dia? Kenapa dia tak terlihat? Apa dia sudah masuk ke dalam masjid?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Dekap Kau Dalam Doa
RomanceProlog Menjaga mata tak semudah mengunci pintu rumah. Begitupun menjaga hati yang lebih memiliki hasrat untuk jatuh dan mencinta. Pandangan ku sekejap terpusat pada seorang Akhwan berwajah lembut nan cerah yang menuntun ku dan teman-temanku untuk s...