Bulan Pertama

384 15 4
                                    

Tak terasa, sebulan sudah aku resmi menyandang status mahasiswa baru. Beradaptasi dengan lingkungan kampus dan seisinya. Tapi anehnya, kejadian bulan lalu, saat pertemuan ku dengannya, seolah masih saja membayang di ingatan. Sampai sekarang, aku masih minim informasi tentangnya, siapa namanya, fakultas apa dan bahkan jurusan apa pun aku belum menemukan titik terangnya.
Sudah sebulan juga, aku hanya bertegur sapa dan bergelut dengan gosip seputar Korea dengan Annis, melalu Line. Aku dan Annis memang bukan teman satu jurusan, Annis lulus di jurusan Bahasa Asing, sementara aku, di Jurusan Bahasa Inggris. Dan kami juga berasal dari sekolah yang berbeda, tapi entah mengapa, Annis lah yang ku temukan saat seminggu sebelum ospek.

***
"Halo yaak, aku hari ini kosong, meet up yuk. Kangen nih"
"Ehh sebentar, aku masih ada kelas. 15 menit lagi keluar" sahut ku lirih, takut terdengar dosen.
15 menit berlalu, hand phone ku kembali bergetar, Annis seperti menghitung waktu, tepat 15 menit sejak janji ku di telpon tadi, kini panggilan Annis kembali menyerang ku.
"Yak, udah 15 menit. Dimana? Aku tunggu di lorong dekat tangga, di jurusan mu. Gak pake lama."
"Iya sip, tunggu disitu"
Aku bergegas menuju lorong yang tampak dari jauh sudah hampir 95% bangkunya terisi.
Terlihat Annis melambai ke arah ku, tapi mata ku tertuju pada seorang akhwan berbaju batik coklat yang duduk dua bangku di sebelah Annis.
Aku seolah tak memperdulikan Annis  yang kini menatap ku nanar.
"Yak, oyyyyy yaaak"
Aku masih saja menatap akhwan itu, ketika aku tepat berada di sebelah Annis, dia beranjak pergi, dan menghilang di kerumunan mahasiswa lain di gedung B.
"Itukan yang waktu itu..."
"Siapa yak?"
Lagi-lagi Annis berhasil memecah konsentrasi ku.
"Bukan siapa-siapa. Yaudah yuk kantin, temenin makan."
Aku langsung menarik Annis menuju kantin di sebelah lorong.
"Buk, nasi gorengnya 1, jus alvukat 1, terong belandanya 1"
"Kok pesen jusnya dua yak?"
"Aku yang traktir. Lg ada rezeki nis"
"Serius yak?"
"Kapan aku bohong?..."
Mata ku masih saja beradu pada beberapa pasang mata di lorong. Satu persatu ku perhatikan, tak ada tanda kemunculannya. Lagi-lagi, aku belum berhasil mendapatkan infonya.
"Yakk, cari siapa sih? Perasaan gelisah amat"
"Enggak, aku penasaran aja sama orang"
"Siapa yak? Kenalan baru? Dihh lancar amat udah dapet kenalan aja"
"Hus, ngawur... Bukan..."
"Bukan apa yak? Bukan kenalan mu?"
"Bukan urusanmu..."
Seketika tawa ku membelah heningnya percakapanku dengan Annis. Annis hanya memanyunkan bibirnya, membentuk bulatan yang tak sempurna.

***
"Aulia, udah sholat?"
Halim bertanya dengan gaya alaynya. Tawa ku berdengung di antara kami, aku lucu mendengar halim memanggil ku Aulia, itu memang nama ku, tapi aku lebih senang dipanggil Ayak.
"Lim, panggil aku Ayak aja. Aku lebih nyaman dipanggil Ayak."
"Yaudah ku ulangi, Yak udah sholat?"
"Oke. Aku belum sholat."
"Mau bareng?"
"Boleh, yuk."
Tanpa berlama-lama, aku bergegas menuju musholla di lantai 2 gedung c. Di musholla ini, hampir tidak pernah kehabisan air, meskipun sudah pukul 5 sore.
Selesai sholat, ketika hendak kembali ke kelas di lantai satu, aku tak sengaja melihat ke kiri, lagi-lagi ku temukan seorang yang wajahnya familiar. Dan, dugaan ku benar. Itu adalah dia. Akhwan yang sampai saat ini aku belum tau siapa.
"Lim, kita lewat situ yuk."
"Mau apa? Kelas kita kan lebih deket dari sini"
"Udahhh, sini aja."
Halim pun Tanpa bantah menuruti kemauan ku.
Ketika aku melewatinya, tak ada reaksi apapun darinya. Sepertinya ia tenggelam pada buku yang dibacanya. Tapi aku yakin, dia mahasiswa di fakultas ini, tepatnya di jurusan di lantai ini, Bahasa Indonesia.

Ku Dekap Kau Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang