Unexpected Savior
(Penyelamat Tak Terduga)
Mino duduk menegang, dia sedang bertanya-tanya dalam otaknya. Ada apa gerangan Jia mengajak Lanna makan siang bersama mereka. Akibatnya Mino terlalu memikirkan hal-hal kecil yang tidak penting seperti, apakah dia duduk sempurna atau apakah ada jerawat yang tumbuh di mukanya pagi ini yang berujung dengan kegelisahannya. Oke, tidak setiap hari dia bisa mengalami kurang pede, biasanya dia kelewat pede di depan orang lain, namun tidak pada Lanna yang diam-diam ditaksirnya.
"Aku mau kasih tahu sesuatu, tapi aku minta kamu jangan kaget apalagi teriak ya..." buka Jia. Dia melirik sedikit-sedikit ke arah Lanna.
"Bilang aja... emang kamu punya rahasia apa? Aku 'kan sudah tahu semua tentang kamu." Mino menyepelekan. Dia menjawab pernyataan Jia tapi menatap ke arah Lanna.
"Nah justru itu, aku juga baru tahu." Lanna memutar kedua bola matanya melihat reaksi cuek Mino. Dia tahu Mino bakal bersikap begini. Tapi keputusannya mengajak Lanna mungkin membantunya meringankan beban untuk membuka rahasia pada sahabat dekatnya yang satu ini.
Mino mengerutkan keningnya, "Emang apaan?"
"Aku... mmm... aku... duh gimana enak ngomongnya ya, Lan.." Begitu sulit diucapkan, padahal rasanya sudah di ujung lidah. Jia meraba lengan Lanna meminta solusi, gadis manis itu hanya mengangguk meyakinkan.
"Hamil?" Potong Mino asal ketika Jia hampir menyampaikan perkataannya. Sontak gadis itu langsung memukul kepala Mino tanpa memperhitungkan kekuatannya.
"Adaw!! Sakit Jia!" erang Mino meraba-raba kepalanya yang malang. Tak terima kepalanya dilecehkan begitu saja oleh Jia.
"Woi enak aja! Jangan sembarangan dong Minooo. Nanti ada yang denger dasar omprengan kamu!" cecar Jia emosi, dia yang merasa tenang namun gelisah kini berganti dengan rasa gemas ingin menjambak rambut Mino sampai ke akar-akarnya. Mentang-mentang ada Lanna, Mino jadi suka lupa daratan!
"Terus apa? Jangan lama-lama!" balas Mino ikut sebal, perih kepalanya.
"Sabar dong Kak Mino, yang mau disampaikan Kak Jia emang sulit." Lanna akhirnya menengahi.
Nah, inilah alasan Jia mengajak Lanna. Dia lebih muda namun sikap dan pemikirannya justru lebih dewasa. Berbeda dengan keluarga Adipta yang lain, Jia tidak bisa membenci Lanna. Lanna selalu bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu, wajahnya terkesan polos dan murni membuat keadaan di sekitarnya menjadi adem termasuk hati Mino.
"Eh iya Lanna? Sorry..." Mino tersadar, dia merasa tak enak telah membuat dirinya sendiri terlihat jelek di mata Lanna.
"Aku dijodohkan sama kakaknya Lanna. Aku bakal nikah dalam waktu dekat ini." Sambar Jia begitu saja ketika Mino masih dalam suasana canggung pada dirinya sendiri.
Cowok itu cengengesan mendengar ucapan Jia. "Ini tanggal 1 April ya? Nggak lucu ah..." Mino mengibas tangannya tak percaya. Dia serius mengira lawakan Jia nggak lucu sama sekali.
"Dan Kakaknya Lanna itu adalah yang harusnya aku jemput ke bandara waktu itu." sambung Jia.
"Boong nih? Kok tumben tampangnya keliatan aseli pas bohong." Mino agak cengo, tapi dia masih tidak percaya juga.
"Namanya Azlan, dan dia adalah orang yang waktu itu aku tabrak di bandara." Jia melanjutkan dan tampangnya serius.
"Wow, kamu lagi bikin naskah drama? Klise tauk, kebanyakan kebetulan."
Jia mendesah melihat reaksi Mino. See? Berita ini memang kejadian langka dan mustahil. Sampai-sampai seorang anak SMA seperti Mino tidak percaya saat Jia berkata jujur bahwa dia dijodohkan dan akan menikah. Satu kata yang akan dipikirkan orang lain saat mendengarkan semua ini adalah.... konyol!
KAMU SEDANG MEMBACA
My High School Bride
Novela Juvenil[SUDAH DITERBITKAN] [Cerita di Posting Ulang] Azlan Adipta dipaksa menikah oleh orang tuanya karena tak memiliki keinginan untuk mencari pendamping hidup. Tapi dia tidak menyangka orang tuanya menikahkannya dengan anak SMA. Namanya Giana (Jia) sifat...