COWOK SETENGAH BULE
Jia sudah mulai tenang saat hujan mereda dan petir mulai jarang terdengar. Azlan sudah menyadari sesuatu, Jia memiliki astraphobia—fobia petir—sama seperti Lanna. Dia biasanya menenangkan Lanna dengan menyuruhnya tenang dengan memeluk dan membantunya bernapas rileks. Berbeda dengan Lanna yang jadi diam dan gemetar saat mendengar petir, Jia justru histeris dan berteriak. Azlan memandang Jia tak tega, aneh sekali saat ketakutan begini Jia sama sekali tak mau disentuh. Jadi bagaimana bisa Azlan menenangkan gadis ini.
Tak punya pilihan lain, Azlan menyeret tangan Jia, membawa gadis yang kebingungan itu ke ruang kerjanya, mendudukkan Jia di kursi kerja empuknya. Azlan meraih iPhone-nya lalu memasang earphone ke telinga Jia. Memaksimalkan volumenya sehingga yang didengar Jia hanya alunan musik.
Azlan meraih air minum dan obat nyeri di mejanya lalu menyodorkannya Jia. Jia menatapnya dengan sendu lalu menerima dan meneguk obatnya. Ketika kilatan cahaya datang lagi dan itu mengagetkan Jia. Spontan dia menutup matanya rapat, tak berani membukanya lagi. Dia yakin apabila earphone ini di buka maka suara-suara menyeramkan itu akan menyumpal telinganya dengan suara yang seakan menusuk jantungnya.
Dari dulu Jia tidak suka petir dan kilat, semua itu menyiksa dirinya. Saat melihat kilatan cahaya, itu seakan menusuk matanya, dan mungkin membuatnya dapat menunjukkan sesuatu yang mungkin tak bisa ia lihat. Dan saat gelegar keras terdengar, itu mengagetkannya. Suara itu seperti akan menyerangnya, merobohkan bangunan yang melindunginya lalu menyambarnya...
Jia takut, sejujurnya ia sangat takut sekarang. Karena memejamkan mata dengan alunan musik keras di telinganya—yang tak disangkanya akan berguna—benar-benar membuatnya merasa sendirian di antara cahaya kilat yang dapat menembus kelopak matanya.
Di antara lagu-lagu itu tiba-tiba Jia merasakan hatinya nyeri, bukan karena takut lagi, tapi karena dia mengingat apa yang di alaminya. Jia merasa mengalami malam yang amat berat, dia sedang datang bulan, dan harus berlarian sekeliling rumah, menangis-nangis, sakit perut, tembus lalu saat sendirian di rumah tiba-tiba puluhan petir menggelegar memekakkan telinga. Kalau saja Azlan langsung mengerti keinginannya tadi mungkin malam ini tak akan seberat sekarang, dia tidak tahu Azlan begitu lamban dan bodoh untuk seukuran kepala manajer sepertinya. Jia tidak suka Azlan menyentuhnya, itu membuatnya marah dan kesal. Sungguh Jia tak tahu ini sebuah kebetulan atau ketidaksengajaan. Karenanya dia jadi menangis lagi...
Jia benar-benar merasa sendiri hingga dia merasakan sebuah tangan hangat menyentuh punggung tangannya, membalik tangan telapaknya itu lalu menjalin jari-jari rampingnya dengan jari-jari yang lebih besar, menggenggam tangannya erat. Sedetik kemudian, tangan lain menyentuhi kulit pipinya. Menghapus titik air mata yang berceceran di sana perlahan. Tangan itu berpindah melepas earphone di telinga Jia. Di saat yang sama Jia mendengar desahan napas hangat di telinganya dan membisikkan sesuatu...
"Jangan takut, aku ada di sini..."
+++
Dentuman musik terdengar keras dalam ruangan kedap suara berbentuk persegi luas. Satu sisi ruangan terdiri atas kaca yang memantulkan bayangan seluruh aktivitas yang ada di ruangan ini. Di dalamnya tak ada perabotan melainkan tas-tas ransel yang tergeletak di sudut ruangan dan speaker besar yang tergantung di empat sudut ruangan dengan kabel menjuntai di salah satu sisi yang terhubung ke sebuah ponsel.
Dua gadis cantik menari meliuk mengikuti gerakan musik, lagu berjudul 'Note' dari SHINee itu mengiringi setiap gerakan mereka. Terlalu indah untuk dinikmati, Lanna dengan poppin'-nya yang lincah dan Giana dengan freestyle yang menggoda. Tak peduli, saat peluh-peluh bercucuran di seluruh wajah dan tubuh mereka. Hingga membasahi baju kaos yang mereka pakai. Mereka malah makin agresif menari mengiringi ketukan beat musik yang menuntut mereka untuk menunjukkan dance terbaik mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My High School Bride
Novela Juvenil[SUDAH DITERBITKAN] [Cerita di Posting Ulang] Azlan Adipta dipaksa menikah oleh orang tuanya karena tak memiliki keinginan untuk mencari pendamping hidup. Tapi dia tidak menyangka orang tuanya menikahkannya dengan anak SMA. Namanya Giana (Jia) sifat...