xi. Unanswerable Questions

81.5K 3.7K 41
                                    

"Buat kamu..." cowok indo bernama Juna itu mengulurkan sekotak donat ke arah Jia.

Jia menggerutu berusaha untuk tak terdengar oleh Juna, sedari tadi ia mencoba untuk menghindari cowok yang sejak jam terakhir menungguinya keluar kelas. Jia mengabaikannya, dan kini saat Jia menunggu jemputannya, Juna malah membuntutinya.

Bagaimana jika sang Mama melihat dirinya dan Juna berduaan makan donat? Hell no! Bukan berarti dia mengakui pernikahannya dengan Azlan. Hanya saja, Jia tidak suka jika dicap macam-macam oleh Mamanya saat melihatnya bersama cowok setengah bule di dekatnya.

"Kamu menolak donat?" Juna heran karena jurusnya lagi-lagi tidak manjur. "Tapi ku dengar dari orang kepercayaanku, dia bilang kamu suka ngemil makanan manis... apa aku salah orang ya?"

"Orang kepercayaan?" Jia mengernyitkan keningnya, merasa terhina. "Maksudnya kamu mata-matain aku?"

"Bukan, bukan gitu. Aku cuma tanya sama salah satu murid yang sering nyapa aku, dia bilang dia tahu baik kamu."

Jia menatap serius Juna, menimbang apakah Juna bersungguh-sungguh atau tidak. Dia yakin yang dimaksud Juna adalah penggemar dadakan Juna yang menginginkan alasan untuk mengobrol bersamanya. Lalu dia menjawab lagi, "Maaf tapi aku udah makan sembilan buah donat semalem." tolak Jia halus tanpa memandang Juna lagi melainkan ke ujung jalan di mana Merry— mamanya—akan datang menjemput.

"Wah... too bad! Okay, mau gimana lagi..." Juna menjauhi segera Jia setelah berucap demikian.

Jia mencuri lihat, penasaran ke mana Juna pergi karena dia masih bisa mendengar suaranya yang berat mengobrol dengan seseorang. Dia berdiri di depan pos sekuriti sekolah di dekat gerbang dan terlihat mengulurkan kotak donatnya pada salah satu sekuriti yang senang dengan pemberian Juna. Dia tersenyum sopan sembari melambaikan tangannya pada securiti sebelum kembali mendekati Jia—yang sudah melengos dari Juna.

Sejenak Jia merasa ragu, dia pikir Juna adalah orang yang benar-benar buruk karena Lanna tidak menyukainya. Tapi, sikapnya barusan menunjukkan hal yang berlawanan...

"Apa jemputannya masih lama Jia? Mau ku antar saja?"

"Nggak tahu, nggak usah repot-repot."

"Kamu haus nggak? Mau ku belikan sesuatu?" Tawar Juna lagi, berusaha membuat Jia memandang ke arahnya.

Jia menggeleng, "nggak,"

Alunan musik yang teredam terdengar dari saku Juna. cowok itu merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponsel dari sana.

"Halo! Manis ada apa?... Iya, aku jemput kamu sekarang sayang, wait for me, okay?..."

Duh? Sayang? Jia merinding mendengarkannya. Lihat betapa playboynya Juna! Di depan Jia, seseorang yang ingin didekatinya saja masih berani menelepon kekasihnya yang lain dengan panggilan mesra? Mulai sekarang dia akan belajar mempercayai gosip-gosip yang beredar dari mulut-mulut siswi rempong di sekolahnya.

Untung saja Jia tidak terpancing oleh kegenitan Juna. Hanya saja terkadang sikap Juna sama sekali tak menunjukkan keasliannya. Memberikan donat pada sekuriti? Bisa jadi Juna ingin mendekati satpam agar diizinkan keluar masuk sekolah saat dia ingin.

"I have to go Jia, ada urusan, sorry nggak bisa lama-lama nemenin kamu." Juna melambaikan tangannya seraya berlari ke dalam gerbang sekolah. Terakhir lelaki itu mengedipkan sebelah matanya sebagai penutup godaannya.

"Siapa minta ditemenin sama kamu! Dih, aneh banget jadi orang!" geram Jia saat Juna menghilang dari pandangannya.

+++

Jia sudah berganti pakaian dari seragam dengan sebuah dress biru tua selutut, berbahan brukat cantik di lapisi furing sewarna berbentuk tube, di pinggangnya terikat sebuah pita yang mempertegas pingganggnya yang kecil. Kakinya di percantik dengan heels perak bertali tipis. Sedangkan wajahnya hanya di beri hiasan natural, mempertegas warna-warna yang sudah ia miliki di wajahnya yang cantik.

My High School BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang