Rumah keluarga Banu sangat sibuk sekarang, Merry sang Mama sibuk memasak, Galvin sibuk menata meja makan, bahkan sang pemimpin keluarga sekarang sibuk mengupas buah apel. Hanya satu yang berdiam diri duduk di meja makan, memperhatikan seluruh keluarganya sibuk mempersiapkan makan malam. Memangku wajahnya dengan tangan kanan, bibir tipisnya manyun, mungkin kamu bisa menggantung pakaianmu di sana.
Jia sama sekali tidak bersemangat, setelah tiga hari yang lalu ia dengan berat hati menerima perjodohan dari orang tuanya. Hari ini adalah hari di mana Jia akan dipertemukan dengan sang calon suami yang tidak ia harapkan. Walaupun Jia sudah tahu namanya dan mobil yang ia bawa. Tapi itu sama sekali tak mempengaruhi tekadnya untuk berbahagia. Lelaki busuk itu telah mempermainkan keluarganya.
"Jia! Mana senyumnya?" sergah Galvin yang sedang menyusun sendok dan sumpit di meja.
"Hee..." menunjukkan barisan giginya dengan paksa, lalu kembali menunjukkan ekspresi merengut.
"Semangat dong! Hari ini kamu akan bertemu calon suamimu." Sambar Banu sembari meletakkan potongan buah di meja makan.
"Papa, celemekmu keren." puji Jia asal-asalan pada celemek polkadot yang dipakai Ayahnya dengan mengangkat kedua jempolnya.
"Wah anakku cantik sekali." Puji Merry yang baru datang, membawa semangkuk sop daging hangat, memuji anaknya dengan setelan kaos pink loose polos rok shifon berlipat bermotif bunga membuat kulit putihnya makin kontras. Rambut legam ikalnya diikat setengah menegaskan wajah cantiknya.
Jika saja Jia lebih perhatian bukannya memberengut. Tentu dia akan menemukan keanehan bahwa semangat yang ditunjukkan keluarganya tidak wajar untuk takaran menyambut seseorang yang bakal membuat mereka bangkrut. Bahkan ini terlalu bersemangat namanya, senyum semringah selalu terpampang di wajah mereka. Jia lihatlah!
"Mama bikin pai coklat?!" Seru Jia ketika melihat makanan penutup yang baru di angkat dari oven. Mulutnya menganga melihat makanan favoritnya.
"Karena ini hari spesial, kan?" timpal Merry dengan senyuman lebarnya.
"Gimana Mama bisa berbaik hati sama mereka. Mereka 'kan jahat." Gerutu Jia mengingat kue yang Jia suka itu jarang di masak Ibunya bahkan saat Jia meminta-minta, memelas-melas dengan segenap jiwanya.
"Sebentar lagi mereka datang?" Galvin melihat jam tangannya. "Saat mereka datang, jaga sikapmu, ok? Jangan mendumel, teriak, menjerit dan sebagainya, jadilah cewek manis, ok?"
"Hm." Jia hanya menjawab dengan gumaman.
"Ma, mereka sudah datang." Galvin memperhatikan layar kecil interkom yang menempel di dinding ruang keluarga, ia memencet sebuah tombol agar kunci pintu terbuka otomatis di sebelahnya, kemudian berjalan menuju ke pintu utama untuk membuka pintu itu untuk menyambut tamu spesial mereka.
"Selamat datang, Om, Tante dan... Lanna," Sapa Galvin pada keluarga itu, dia tersenyum akrab pada Lanna. "Mas Azlan mana?"
"Dia lagi ambil sesuatu di bagasi Kak, nanti juga muncul." Jawab Lanna sedikit menggerakkan kepalanya ke arah mobil mereka terparkir.
Galvin ber-oh ria, "silahkan masuk, Papa, Mama dan Jia sudah menunggu di dalam." Galvin mempersilahkan.
Ketiganya masuk, menuju ruang makan keluarga Banu, sementara Galvin menunggu Azlan di depan pintu masuk.
Azlan datang dengan tangan memegang sebuah parsel dengan ukuran besar, wajahnya mengintip dibalik benda itu.
"Mas Azlan," sapa Galvin.
"Bawa ini," Azlan menyerahkan parsel yang lumayan berat itu ke tangan Galvin, membuat lelaki itu cukup kepayahan mengangkatnya. "dari Papa untuk kalian."
"Wih, makasih Mas! Ayo masuk, mereka sudah nunggu, Mas Azlan dan Jia adalah bintangnya malam ini." Galvin terkekeh.
+++
Di ruang makan, semuanya telah duduk di tempatnya masing-masing, tinggal menunggu dua lelaki yang belum muncul. Mereka menyisakan tempat kosong di sebelah Jia dan Lanna, dua kursi yang berhadapan.
"Merry anak gadismu benar-benar cantik, kurasa Azlan akan langsung jatuh cinta padanya." tukas Riana, memperhatikan wajah Jia yang menunduk seakan malu-malu, padahal dia melakukannya karena kurang minat dengan pertemuan ini.
"Benarkah? tentu saja, dia mirip aku, 'kan?" Canda Merry tertawa kecil diikuti tawa-tawa yang lain. Suara-suara itu membuat telingan Jia berdenging.
"Ahh ini dia anak tampan kami, dia sudah datang." Tukas Riana saat melihat anak laki-lakinya datang dengan Galvin.
"Selamat malam!"
Azlan menyalami Adam dan Merry dengan penuh kesopanan sedangkan Jia yang duduk membelakangi Azlan, malas untuk sekadar menoleh dan membalas sapaan lelaki itu. Calon suaminya? Beneran?!
Suara lelaki itu tegas namun dingin. Rasanya Jia pernah mendengar warna suara semacam itu. Di mana ya?
"Mas Azlan duduk di sini." Galvin menunjuk ke arah kursi di sebelah Jia sedang dia sendiri memilih duduk di sebelah Lanna.
Azlan sudah duduk nyaman di kursinya, belum sadar dengan seseorang yang duduk di sebelahnya. Dia belum melihat wajahnya karena sibuk berbasa-basi Banu dan istrinya dengan bahasa ramah dan sopan. Jia sendiri masih menunduk, tidak ada keinginan untuk mengetahui bagaimana wajah pria yang kelak menjadi... suaminya?! Ya ampun!
"Azlan, kamu lihatlah di sebelahmu, sapa gadis yang malu-malu itu." goda Banu pada Azlan, diikuti tawa menggoda lain, riuh. Azlan hanya tertawa kecil, berusaha untuk tak canggung. Mau tak mau, ia menoleh ke sebelahnya meski bingung harus bereaksi bagaimana.
"Hai—" Azlan menghentikan sapaannya saat menyadari siapa yang duduk di sebelahnya, dia ingat gadis ini. Bukankah dia bocah yang berdebat dengannya di bandara kemarin, siswa yang menabraknya dan menumpahkan, "Kamu? Si Bocah es krim?" pekik Azlan tertahan.
Mendengar kata es krim, Jia mengangkat kepalanya, melihat siapa yang duduk di sebelahnya, wajah itu seakan tertempel jelas di otaknya. Munculah kilasan-kilasan kejadian di bandara. Lelaki yang sama dengan yang waktu itu. Meski kini tak ada kaca mata hitam yang melapisi mata yang dalam nan tajam itu, "HAH? O... Om..." gagapnya hampir tak terdengar, menahan apa yang akan di sumpah serapahkannya mengingat ini makan malam keluarga.
HEI!! Tunggu dulu! Makan malam keluarga? Ini makan malam perjodohannya, itu berarti? BERARTI!!?? Om jelek ini adalah calon suaminya! Ini bercanda kan? Ada orang lain di sini selain dia? Adakah? NGGAK ADA!! Jadi benar, pria tua menyebalkan ini adalah calon suaminya? Adakah hal buruk selain ini, pria menyebalkan yang membuat keluarganya hampir bangkrut dan menumpahkan gelato-nya tanpa bertanggung jawab menggantinya adalah CALON SUAMINYA.
Mati saja kamu Jia!
KAMU SEDANG MEMBACA
My High School Bride
Genç Kurgu[SUDAH DITERBITKAN] [Cerita di Posting Ulang] Azlan Adipta dipaksa menikah oleh orang tuanya karena tak memiliki keinginan untuk mencari pendamping hidup. Tapi dia tidak menyangka orang tuanya menikahkannya dengan anak SMA. Namanya Giana (Jia) sifat...