Tubuh Azlan gemetar dan gelisah. Jia tidak mengerti kenapa Azlan memiliki tubuh yang gagah ini bisa menggigil gelisah, tak berani mengangkat wajahnya dan tak bersuara. Jia sempat tidak percaya yang dipeluknya adalah Azlan. Apa mungkin Azlan yang dia kenal sebagai Mr. Perfect bisa seperti ini.
Jia ragu untuk mengangkat tangan yang setengahnya terkungkung oleh lengan Azlan. Berusaha untuk menepuk-nepuk pelan punggung Azlan lembut. Dia tidak tahu apakah ini membantu atau tidak. Hanya saja dia ingin melakukannya, karena, hatinya agak terganggu melihat Azlan seperti ini.
Kian detik pelukan Azlan semakin erat, Jia tidak merasa sesak sama sekali. Rasanya, sampai pun remuk sekali pun Jia rela, asal Azlan merasa lebih baik setelahnya.
Nah... Ada apa ini? Apa dia sudah gila? Kenapa dia bisa berpikir untuk mengorbankan tulang-tulangnya demi Azlan.
Jia mengernyit alisnya ketika seluruh penerangan tiba-tiba kembali berfungsi, menyinari seluruh penjuru ruangan hingga suasana kembali terlihat terang benderang. Dengan ini Jia dapat lebih jelas melihat nyata bagaimana posisinya dengan Azlan. Sangat dekat, sangat erat, bahkan udara pun tak mampu memisahkan tubuh mereka.
Ragu-ragu Jia berbisik, "Mas, listriknya udah nyala..."
Spontan Azlan mengangkat kepalanya untuk memeriksa sendiri, melepaskan dekapannya yang langsung membuat Jia terbebas. Jia mundur dari pangkuan Azlan, duduk tepat di hadapan lelaki itu, dia bersiap untuk menerima apa yang akan di katakan Azlan padanya. Dipandangnya Azlan yang sedang mengurut keningnya. Dan tanpa diduga, Azlan hendak beranjak dari tempatnya tanpa berniat mengatakan apa pun.
Jia merasa tertampar, segara rasa kesal dan marahnya pada Azlan yang tadi terlupakan kini kembali teringat karena sikap dingin Azlan. Kenapa dia sengaja tidak pulang cepat, kenapa dia tidak ingin bertemu Azlan, tidak ingin bertatap muka dengan Azlan.
"Gitu ya? setelah meluk aku sampe sesek, Mas Alan mau pergi tanpa kasih tahu aku apa alesannya?" ucapnya berhasil membuat Azlan berhenti, menatap Jia dan kembali menyandarkan tubuhnya ke dinding.
Mata itu mengintimidasi Jia, kemarahan dan emosi masih terlihat di sana. Jia tidak menyerah, hanya balas menatapnya geram. Menggambar mimik kesal di wajahnya.
"Setelah bentak-bentak aku, ngatain gampangan, ninggalin aku sendirian di parkiran, dan sekarang peluk-peluk tanpa alesan jelas, gitu cara Mas Alan natap aku?"
Jia melempar ponsel yang di pegangnya ke dada Azlan. Lalu melanjutkan dengan tinju-tinju kecil di lengan yang kokoh itu. Berusaha menyalurkan sesak yang mengganja di dadanya.
"Apa di mata Mas Alan aku gampangan? Tinggal di kasih makanan terus aku mau ngapain aja? Dengan begitu Mas Alan bisa seenaknya bentak-bentak, ninggalin aku sendirian... terus Mas Alan boleh meluk aku sesuka hati... terus... ditinggalin lagi..."
Azlan merubah tatapannya yang sadis itu ketika melihat cairan bening mengaliri pipi tirus Jia. Wajahnya menunduk, mengigit bibirnya untuk menahan isakan. Air mata itu seakan menyiram kemarahannya pada Jia. Membuatnya bertanya-tanya apa benar dial ah yang salah dalam hal ini? Dia terlalu kasar? Padahal dia sendiri sudah tahu dari Lanna bahwa semua itu bukanlah salah Jia, melainkan Juna yang memaksanya untuk ikut. Tapi kenapa dia tetap tidak bisa menerimanya? Kenapa dia tetap sinis pada Jia dan melukainya lagi.
Lagi pula, yang membuat Azlan kesal adalah Juna, bukan Jia. Entah kenapa, Azlan justru ikut marah pada Jia. Emosi menguasainya ketika melihat anak ingusan yang berengsek itu, dan karena Jia bersama Juna itu membuatnya agak...
"Jia..."
"Harus berapa kali Mas Alan bentak aku terus bilang 'maaf' setelah nyesel, aku tahu Mas Alan nggak pernah serius anggap aku sebagai istri Mas Alan... tapi, bisa nggak Mas Alan anggap aku lebih baik dari sekadar itu, seseorang yang gam—"
KAMU SEDANG MEMBACA
My High School Bride
Novela Juvenil[SUDAH DITERBITKAN] [Cerita di Posting Ulang] Azlan Adipta dipaksa menikah oleh orang tuanya karena tak memiliki keinginan untuk mencari pendamping hidup. Tapi dia tidak menyangka orang tuanya menikahkannya dengan anak SMA. Namanya Giana (Jia) sifat...