Lima

3K 247 9
                                    

[REVISI]

Ruangan itu tampak sepi, hanya ada meja-meja dan bangku-bangku kosong, entah kemana guru-guru yang meninggalkan lapak mereka begitu saja. Rafa mendengus kesal karena tidak ada siapa-siapa di ruangan itu.

Karena malas hanya berdiri layaknya orang bodoh, akhirnya cowok itu pun mendudukan diri pada kursi milik salah satu guru bp yang ada di ruangan itu. Tanpa merasa canggung Rafa menaikkan kedua kakinya pada meja besar di hadapannya dan melipat tangan di depan dada. Cowok itu tidak perduli dimana ia berada sekarang, yang terpenting posisinya saat itu cukup nyaman untuk tidur siang.

Belum sampai tiga menit Rafa memejamkan matanya, deritan pintu yang terbuka membuatnya tersadar. Cowok itu segera membuka mata dan menoleh ke sumber suara. Benar-benar mengganggunya.

"Astaga nak Rafa, ngapain tidur di situ? Nanti mamang kena marah." Mang Diman tampak menggaruk tengkuknya bingung saat mendapati murid satu itu yang sudah langganan mendapat peringatan dari para guru. Dan, dengan santainya sekarang dia malah menikmati acara tidur siang. Di ruang bp pula!

Jangan ditanya lagi soal pandangan warga sekolah tentang Rafa, iya sih dia itu keren, hebat futsal, basket juga tidak kalah pro dan ditambah lagi oleh tampangnya yang sangat sangat sangat mendukung. Tapi, sayangnya cowok satu itu sedikit bengal. Salah, bukan sedikit, tapi sangat bengal terutama dengan aturan-aturan yang ada.

Sebenarnya sih, hal utama yang membuat Rafa menjadi se-terkenal itu sejak hari pertama MOS adalah, karena cowok itu membantah perintah ketua osis yang menyuruhnya untuk memunguti sampah-sampah.

Waktu itu, Riko yang memegang jabatan sebagai ketua osis memerintahkan Rafa untuk memunguti sampah-sampah bekas makan teman-teman satu pletonnya, dan sangat kebetulan sekali saat itu Rafa kebagian berada di pleton B yang diketahui anak-anaknya rajin dan teladan semua. Jadi, kontras sekali dengan tingkah cowok itu yang sedikit melenceng alias badung. Ditambah lagi Rafa datang terlambat hampir satu jam saat hari pertama MOS! bukannya memasang tampang ketakutan, dia malah cuek-cuek saja. Dan yang paling menyulut emosi Riko adalah gelagatnya si Rafa ini! Seolah-olah mendeklarasikan diri kalau ia tidak sudi di suruh-suruh.

"Lo ketua OSIS apa preman? Gak usah sok hebat lah.", Rafa menatap enteng tepat di manik mata Riko, tapi cowok itu tetap berkata lantang tanpa ada rasa takut. Begitulah kira-kira ucapan Rafa yang membuat orang-orang yang melihat kejadian waktu itu tak berkutik. Jadi, sudah tidak salah lagi dengan aturan-aturan sekolah yang tidak cowok itu gubris.

Mang Diman masih diam di tempatnya, pria itu tampak berpikir keras. Sedangkan Rafa, ia hanya tersenyum kecil—seperti tidak tersenyum— lantas menurunkan kakinya dan berdiri. Cowok itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir lima menit tapi Bu Menot tidak menampakkan batang hidungnya. Sepertinya guru yang satu itu ingin mengelabuinya atau apa? Rafa benar-benar tidak selera jika harus dibuat menunggu lama oleh beliau.

Karena tidak mau membuang-buang waktu, Rafa segera melangkah menuju pintu. Rasanya mati bosan berada di sana lama-lama.

"Eitt.. eit... mau kemana? Nak Rafa ndak boleh kabur." Mang Diman meletakkan sapu dan sekop yang ia tenteng sebelumnya, "Pasti nak Rafa sedang dilaporkan oleh Bu Menot ya? Nak Rafa ndak boleh kemana-mana." Dengan sigap pria berumur empat puluh tahunan itu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, mencoba menghadang Rafa. Yang dihadang hanya bisa berdecak malas sambil menggelengkan kepala, apalagi sekarang?

Melihat reaksi Rafa yang adem ayem dan tidak memberontak, membuat mang Diman segera menutup pintu ruangan itu cepat-cepat dan menguncinya.

Rafa melotot terkejut dengan perbuatan sang penjaga sekolah, astaga orang itu benar-benar. "Mang, Buka pintunya." Rafa berucap pelan, namun tajam.

Di Antara [Sedang dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang