14 : You can find other, fish in the sea

116K 3.7K 60
                                    

Vote and comment please.
***
[Kianna PoV]

Semua rentetan fakta itu menamparku begitu kuat hingga aku tak mampu lagi mengukur diri sampai mana aku akan bertahan. Aku bahkan tidak tau bagaimana matahari sudah kembali dan bersinar terang. Titik di mana semuanya berakhir telah ada di ujung mataku. Semua janji dan kepercayaan sekarang hanya tinggal nama.

Omong kosongnya tentang cinta dan keinginan kuat atas diriku terdengar seolah lelucon menggelikan yang telah berhasil membuatku tampak seperti keledai dungu yang begitu mudah ditipu.

Aku tidak berselera lagi untuk menangis setelah menyadari kebodohanku. Apa yang telah dilakukannya padaku tidak sebanding dengan apa yang telah dirasakan wanita sesenggukan di depanku itu.

Aku bisa merasakan apa yang dialaminya lebih menyakitkan dari apa yang telah aku rasakan. Mungkin jika dia kehilangan akal baiknya, sekarang—di detik ini juga—aku tidak akan lagi sudi wajah pria yang telah menipuku itu.

Napasku benar-benar tersengal. Aku tidak mampu mengeluarkan suara sedikit pun dalam mansion ini yang juga berdominasi dingin, hitam dan putih. Aku jadi teringat, saat itu dia berkata padaku bahwa alasan ruangan dan apartemennya berwarna dingin seperti ini adalah karena ibunya pun menyukai warna yang sama.

Tuhan tahu bahwa aku nyaris mengira mansion ini adalah milik keluarganya, sebelum Tuan Abraham berkata padaku bahwa kami akan menuju ke rumah utama Brian.

Aku bertanya pada diriku sendiri, apa wanita itu selama ini tinggal di sini?

Aku membayangkan hari-hari buruk wanita itu dalam mansion sebesar ini. Apa dia tidak merasa kesepian setelah selama ini tidak bertemu Brian? Bagaimana pula perasaannya saat tahu prianya berkata bahwa dia telah mencintai wanita lain dan terang-terangan mencela bahwa bayi yang dikandungnya bukan anaknya? Bukankah Brian tak lebih dari pria berengsek yang telah menghancurkan kehidupannya?

Aku menyeringai.

Berarti selama ini aku juga telah tertipu oleh pria berengsek itu. Bagus, aku sudah nyaris termakan dengan semua omong kosongnya yang mengatakan bahwa Tuan Abraham dan wanita itulah yang telah menjebaknya.

Lihat, sekarang apa? Sebuah bukti tes DNA di depanku dan pengakuan dari seluruh pelayan Brian sudah sangat membuatku yakin bahwa Brian adalah jenis pria yang tidak akan mau repot-repot dengan omong kosong tentang cinta, keinginan besar atasku, atau apa pun bedebah yang dipakainya untuk mengotori isi otakku.

Setelah beberapa saat berlalu, aku mulai memikirkan untuk apa sebenarnya aku di sini labih lama lagi. Jangan harap Brian akan menemuiku untuk menjelaskan kekacauan ini., dia bahkan telah menghindar untuk menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi padanya dan wanita yang tengah mengandung anaknya ini.

Aku bangkit dari dudukku, menunjukkan kesopananku pada Mr. Abraham. Aku baru saja akan melangkah untuk undur diri saat suara bariton khas yang begitu kukenal itu terdengar di balik pintu masuk yang dijaga oleh pengawal.

"Di mana Bedebah sialan itu?!"

"Tuan Brian, Mr. Abraham sedang ada tam—"

"Minggir!"

Pintu besar itu berderit dan kami semua menoleh. Pria itu terlihat begitu emosional di ujung sana. Bahunya naik turun dan air mukanya keruh.

YS [2] // ANIMALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang