20 : So if I run, it's not enough

70.5K 2.9K 88
                                    

Vote and comment please.
Backsound : Maroon5 - Payphone
***
[Author PoV]

Brian tahu, dia tidak akan bisa menang bertarung melawan ajudan-ajudan manusia keparat itu. Perbandingan jumlah mereka terlalu jauh. Dia tentu saja akan kalah telak. Namun, setelah berkali-kali tinjuan mendarat tepat di rahang kanan dan kirinya, entah mengapa dia sama sekali tidak merasakan sakit.

Dia terlalu fokus untuk mencari satu kesempatan saja agar dia bisa membawa Kianna keluar dari ruangan ini.     

Brian benar-benar ingin menghentikan ini semua. Dia mulai muak dengan perbuatan ayahnya. Dia ingin hidup biasa, bekerja yang biasa, dan memiliki keluarga yang biasa selayaknya orang-orang pada umumnya. Namun, hal seperti itu sungguh tidak mungkin terjadi.

Brian memang terlahir dari keluarga keparat yang seluruh kehidupannya hanya diukur oleh uang dan kekayaan. Dia ingin berhenti sampai di sini walau dengan konsekuensi dia tidak mendapat sepeser pun kekayaan keluarganya.           

Maxwell melangkah perlahan mendekati Brian yang sudah tersungkur tepat di depan kakinya. Pelipis Brian tampak memar dan sudut bibir membiru mengeluarkan darah.

Maxwell mengangkat kakinya pada dagu Brian, untuk membuatnya mendongak. Dia berdesis. "Berhentilah bergaya seolah kau mampu menyelamatkan gadis itu, Brian. Kita semua tahu  gadis itu hanya seorang penghibur, pelacur yang bekerja untuk memuaskan nafsu laki-laki melalui media dan majalah-majalah sialan itu."

Sama sekali tidak ada rasa sakit yang terpancar dari mata lebam Brian. Dia malah tersenyum, menyeringai, dan besumpah akan segera membuat keparat itu mati di tangannya. Brian meludah tepat di sepatu kulit itu. "Tidak. Bahkan dalam mimpi busukmu itu, sialan!"

Maxwell menggeram. "Kau tahu, Brian. Setelah selama ini pun kau masih terlalu polos untuk percaya bahwa kau adalah seorang pangeran berkuda putih yang akan menyelamatkan tuan putrinya. Sayang sekali. Padahal, ayahmu adalah seorang penguasa yang bisa memberikanmu beribu-ribu gadis."

Maxwell lalu menatap para ajudannya. "Selesaikan dia!" 

Mereka menyeret Brian pada ruangan kedap suara yang terhubung dengan kamar itu. Lalu kembali menghajar Brian, seiring Maxwell meninggalkan ruangan itu. Mereka memberikan tinjuan keras tepat di ulu hatinya hingga membuat darah terbatuk dari mulutnya, lalu menendang rahangnya dan kembali menginjak tulang keringnya.     

"Kau lihat ini, seorang pangeran lemah yang bermimpi menyelamatkan gadisnya. Hahaha," kata seorang ajudan memperolok sebelum kembali menendang pelipis Brian.       

Brian terbatuk memegangi ulu hatinya.

Ajudan lainnya tertawa. "Ayolah Pangeran, kau tidak berniat membiarkan gadismu disakiti orang lain kan?"

Brian tertatih-tatih mencoba untuk bangkit, lalu mengangkat wajahnya yang mengeras. Dia benar-benar ingin membuat orang-orang bodoh ini diam.

Brian menyeka darah di sudut bibirnya, lalu menatap ajudan-ajudan Maxwell secara beringas. Dia harus menyelesaikan ini dan harus segera keluar dari sini bagaimanapun caranya. Namun, sebelum Brian melayangkan kepalan tangannya di rahang ajudan Maxwell itu, tiba-tiba dia mendengar jeritan gadisnya. Suara itu membuatnya tersadar akan alasan Maxwell membiarkan pintu ruangan penghubung itu tetap terbuka.

YS [2] // ANIMALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang