15 : You can pretend it's meant to be

93.4K 3.4K 65
                                    

Vote and comment please.
Backsound : Beyonce - Haunted
***
[Brian PoV]

"Kau bisa memilih sekarang, wanita itu atau kariermu."

Aku menatap diriku sendiri di depan cermin. Aku melihat seorang bocah kurus yang seperti pesakitan, tampak begitu menyeramkan dengan tanda merah dan lebam di sekitar bahu dan sepanjang lengan serta kakinya.

Bibir biru serta kulit putih pucat penambah kesempurnaan untuk melengkapi definisi kekacauan yang terjadi padanya. Pencahayaan remang di kamarnya selalu menjadi temannya di saat seperti ini.

Desah kecil orang yang tertidur di kasur miliknya seperti nyanyian mengerikan untuk didengarkannya.

Kesalahan yang fatal, aku berbisik dalam kepalaku. Sayangnya, bocah pria yang telah kudeskripsikan itu adalah diriku sendiri.

Sepanjang delapan belas tahun kehidupanku, hal yang paling ingin kusesali adalah kenyataan bahwa diriku begitu lemah. Seperti pecundang yang tidak mampu melakukan apa pun. Tuhan tahu, aku membutuhkan perlindungan untuk menghadapi semua ini. Namun, perlindungan yang kuharapkan itu justru membawaku dalam penyesalan ini.

Air mataku meluncur bebas tanpa kusadari. Sudah hampir sepanjang tiga bulan ini, aku selalu menangisi diriku sendiri. Hal yang memalukan untuk seorang ahli pewaris dari perusahaan yang tengah naik daun. Aku mengakuinya. Namun, tidak ada satu hal lagi yang mampu kulakukan selain menangis. Di kamarku sendiri, milikku, kepunyaanku.

Tanganku tergantung di gantungan besi yang kuminta dari kepala pelayan untuk menggantung tirai tile tepat di atas kepalaku, dengan tali tambang yang disimpul kuat, dan juga tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku.

Aku merasa diriku seperti budak yang tak berharga diri, diperlakukan seperti layaknya binatang yang tidak memiliki pikiran oleh tangan kanan ayahku sendiri.

Ironi yang menyedihkan. Aku sempat
berpikir, apakah memang aku dilahirkan hanya untuk menjadi budak oleh ayahku seperti halnya ibuku yang telah meninggal dunia sebulan yang lalu?

Hawa dingin AC di kamar ini menusuk kulitku. Air mataku secepat itu juga mengering. Aku sudah terlalu lama mengeluarkan air mata sehingga aku tidak menyadari bahwa air mataku tidak mampu keluar lagi.

Takdir yang disuguhkan di garis tanganku ternyata tidak sebahagia yang dikatakan oleh penjaga sekolahku beberapa tahun silam—malah sebaliknya. Takdirku begitu menyeramkan sampai-sampai aku berani bersumpah, orang lain tak akan sanggup menghadapi hal seperti ini di kehidupannya.

Drrt... Drrt....

Aku bersitegang. Kepalaku menoleh langsung pada asal suara. Ponselku bergetar. Dalam hati aku mulai berdoa semoga tidur orang itu tidak terusik. Aku benar-benar lelah, bahkan sepertinya aku akan segera pingsan menghadapi semua perlakuan yang diperbuatnya padaku.

"Ugh."

Aku semakin keras berdoa dalam hati, rasanya ajalku akan kembali mendekat di depan mata. Lelaki itu bergerak dari tidurnya. Suara ponselku tidak juga berhenti sampai beberapa saat kemudian. Dia mulai menggeram. Di ujung mataku dia terlihat memaksakan diri untuk bangun dengan wajah murka yang membuat nyaliku seketika jatuh pada tahap yang paling bawah. Aku mulai bergetar.

YS [2] // ANIMALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang