First : Bad Day

695 22 0
                                    

"Marcell banguuunnnnn!!!"

Teriakan seorang perempuan dengan centong nasi di tangannya. Rambutnya penuh dengan roll dimana-mana. Tubuhnya tinggi, wajahnya sangat cantik. Dia adalah tante meri. Dia tinggal di sebuah rumah di kota Tangerang. Dia tinggal bersama keponakan satu-satunya yaitu Marcell Pratama. Marcell atau yang akrab disapa Acell ini masih duduk di bangku SMA kelas 12. Walaupun Marcell satu-satunya keponakan tante Meri, tapi anehnya Marcell dan tante Meri tidak pernah akur. Ada saja hal yang selalu mereka ributkan. Tante Meri ini bukan tante biasa, dia tante gaul yang hitz banget. Sifatnya sama Marcell nggak jauh beda. Sama-sama nggak mau ngalah.

"brisik banget lu toa mesjid. Iya gue bangun kali" ucap Marcell sambil melirik sinis tantenya yang sedang melotot didepan wajahnya. Dengan santai, Marcell berjalan kekamar mandi yang berada didalam kamarnya. "mau nemenin gue mandi tan? Kok masih disitu aja" ucap Marcell watados. Sontak tante Meri langsung melempar centong nasinya ke wajah Marcell. Tante Meri semakin geram. "yakali tan lo kira gue apaan dilemparin pake centong. Gue ganteng gini bisa turun pamor gue kalo ada yang tau gue di lempar centong sama tante-tante kebelet gaul kayak elu" ucap Marcell sambil masuk kamar mandi dan menutup pintunya sedikit keras.

"bangsat! Dasar keponakan setan!" umpat tante Meri dalam hati sebelum meninggalkan kamar Marcell. Kali ini ia sengaja tidak menyiapkan sarapan untuk Marcell. Ia lebih memilih menonton DVD Girlband korea favoritnya yaitu Girls Generation atau yang lebih tenar dengan nama SNSD. Sejak dulu, Marcell dan tante Meri ini penggemar SNSD. Jadi tidak heran jika banyak DVD SNSD bergeletak dirumah mereka.

"sarapan buat cogan mana nih tan? Masa gue udah ganteng gini kalo gak sarapan ntar di sekolah tiba-tiba pingsan kan gak lucu" ucap Marcell sambil menata buku yang berserakan di sova. "masak aja sendiri. Lu kira gue babu yang tiap pagi kudu wajib nyiapin sarapan buat lu? " sahut tante Meri kesal. Marcell yang tidak mau ribut segera meninggalkan tempat itu.

"gue berangkat!" Ucapnya sambil menutup pintu sekencang mungkin yang membuat tante Meri kaget. "dasar anak setan!" lagi-lagi tante Meri mengumpat dalam hati melihat kelakuan keponakannya itu.

****
Sesampainya di sekolah, Marcell selalu menyempatkan waktu 10 sampai 15 menit untuk main basket. Tidak perduli dia telat atau bagaimana, tapi itu sudah menjadi rutinitas Marcell sebelum ia masuk kedalam kelas. Saat Marcell bermain basket, pasti banyak sekali cewek-cewek yang sekedar untuk melihat atau bahkan memberikan minum dan handuk untuknya. "Marcell ini ada minum buat lo. Gue tau lo pasti capek habis main basket" ucap Rara, primadona di SMA Merdeka. Sudah tidak lagi rahasia bahwa Rara sudah menyukai Marcell sejak kelas 1 namun Marcell tidak pernah menanggapinya atau kesannya bodoamat."makasih Ra, lo tau aja gue lagi haus. Gak ada makanan sekalian? Gue belum sarapan nih" ucap Marcell sambil membuka botol minuman pemberian Rara. "ada kok ada. Apa sih yang gak ada buat lo. Nih bekal gue makan aja" ucap Rara sambil memberikan nasi goreng didalam kotak makan. Tanpa ba-bi-bu Marcell langsung melahap nasi goreng itu tanpa tersisa sebutir nasi pun tertinggal. Rara yang melihanya hanya bisa melongo sambil menelan ludah. "eh udah abis nih. Yaudah gue pergi dulu ya mau ke kelas. Bay!" ucap Marcell sambil menyerahkan kotak makan kepada Rara dan berlari menuju kelas.

Di koridor, sudah banyak cewek-cewek yang menunggu hanya untuk sekedar melihat Marcell. Marcell yang menyadari dirinya sedang menjadi pusat perhatian spontan langsung sok cool. "gue tau gue ganteng. Gue sadar gue tampan. Yatapi biasa aja dong, ngehalangin jalan gue kampret!" ucap Marcell sambil menerobos kerumunan cewek-cewek itu. "selamet dah gue!" ucapnya sambil berjalan menuju kelasnya. Jam pertama adalah pelajaran Bahasa Inggris. Pelajaran yang amat sangat dibenci sama Marcell. Bu Eni, guru Bahasa Inggris Marcell sudah masuk kedalam kelas. "anak-anak, keluarkan tugasnya. Ibu mau mengecek satu-persatu" ucap bu Eni sambil membawa penggaris besar seperti biasanya. "Marcell, mana pekerjaan kamu?" Mampus! Ucap Marcell dalam hati. Jangankan tugas, buku tulis saja dia tidak membawa. "gak ngerjain bu males" ucapnya watados. Bu Eni yang mendengarnya langsung melotot. "dasar kamu ya. Sekarang juga--"

"sekarang juga saya mau jelasin ya bu, buat apa sih kita belajar Bahasa Inggris susah-susah sedangkan kita udah jelas dilahirin di Indonesia. Kita murni anak Indoneisa. Terus buat apa kita belajar Bahasa Inggris? Yakalau kita setelah lulus bakal tinggal di luar negeri mah gapapa. Kalau kita stuck di Indonesia terus selama ini kita belajar Bahasa Inggris buat apa bu? pak presiden aja enggak wajibin kita pinter Bahasa Inggris. Orang belum tentu juga pak presiden bisa Bahasa Inggris. Sekarang kalau presidennya aja gabisa Bahasa Inggris apalagi rakyatnya?" ucap Marcell nerocos di depan bu Eni. Bu Eni yang mendengarnya langsung melotot. Wajahnya sangat merah seperti gunung yang mau meletus.

"saya permisi ke belakang bu" ucap Marcell tanpa perduli perasaan Bu Eni. Dia langsung pergi meninggalkan kelas. Bu Eni hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Marcell.

ROLEPLAYERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang