Eight : Marcell's Lost

181 6 0
                                    

Setelah kejadian tadi pagi, Leo mendadak berubah menjadi pendiam. Bahkan Marcell belum juga ditemukan. Siska sudah mencari kesegala tempat tapi tetap Marcell tidak ada. Udah kayak mayat aja, ditemukan.

"Lo kenapa si? Diem aja dari tadi kek orang buta" ucap Siska sambil duduk disamping Leo.

"Bisu kali, bego!"

"Oiya lupa ngehe" cengiran dari Siska berhasil membuat Leo tersenyum walau sekilas saja.

"Lagian diem ae kayak cewek lagi PMS. Lo kenapa dih cerita sama gue"

"Gue tadi ketemu Silvia"

"HAH?!"

Siska melongo mendengar ucapan Leo. Dia menatap Leo seolah berkata "gausah-sepik-gue-serius!"

"Gue serius elah gaboong. Tadi gue ketemu dia di taman deket sungai. Nangis lagi. Gue kira dia hantu eh kok cantik si pikir gue gitu. Yaudah gue samperin terus yaa.. Gitu" Leo sengaja tidak meneruskan ucapannya. Supaya Siska lebih kepo dan meronta dengan manja supaya dijelasin secara rinci. Menurut Leo, jika Siska sedang memohon dia terlihat lebih lucu dan menggemaskan.

"Tai banget? Ngomong yang lengkap kali begs. Lanjutin! Yang jelas!" bentak Siska. Yaelah tidak sesuai yang Leo harapkan gitu.

Anjir bukannya mohon-mohon malah bentak-bentak "ya gitu. Terus gue ngobrol yakan. Terus gue gabilang kalo gue temennya Acel. Doi sih cerita lagi nungguin temen katanya tapi gara-gara tadi dia di jambret terus uangnya ilang semua terus dia gatau mau gimana terus dia gaenak mau ngehubungin Acel takut ngerepotin terus dia jalan aja sampek villa ini. Yaudah terus mentok" jelas Leo panjang kali lebar tambah tinggi. Siska hanya melongo mendengar penjelasan dari Leo yang banyak "terus" nya itu.

"Ngomong apasi terus-terus gajelas banget curut lo. Yang bener ngejelasinnya gausah pake terus-terus"

"Penting gue udah jelasin. Gue mau tidur ngantuk. Udah sono tidur. Met bobo ea Siska tantik muah"

"Geli is najong tralala" Siska melempar bantal ke wajah Leo lalu kembali ke kamarnya. Perasaan Siska masih gelisah. Entah apa yang dipikirkan tapi dia benar-benar gak bisa tidur.

Jam menuju pukul 23:30 tepat. Siska masih memandang langit-langit kamarnya. Dia teringat sesuatu tapi tidak jelas apa yang dia ingat. Siska mengangkat satu alisnya.

"ANJIR MARCELL!"

Siska beranjak dari tempat tidurnya. Menuju kamar Leo padahal Leo sudah terlarut dalam mimpi yang sempurna. Dangdut banget kata-katanya.

"LEOOO!!! MARCELL BELOM DITEMUIN ELAH KENAPA BISA LUPA COBA GUE! ELO SIH BEGO SAHABAT SENDIRI GA INGET. LEOO BANGUN IS BANGUN" Siska berteriak sambil mengguncang-guncang tubuh Leo. Leo hanya merespon dengan deheman lalu merubah posisi tidurnya.

Siska mencoba menghubungi Marcell namun nomornya tidak aktif. Siska bingung soalnya dari tadi pagi Marcell hilang gak tau kemana. Mungkin diculik bebegig.

"Gue bingung gimana bilangnya ke tante Meri sih. Soalnya Acell kan the only one keponakannya. Entar tante Meri menye-menye lebay gitu kan gue geli"

Ucap Leo lalu bangkit dari tidurnya dan bersandar di kasur sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Dia melihat Siska yang gelisah mondar-mandir sambil melihat layar ponselnya. Leo gak mau melihat gadis yang disukainya gelisah, mendadak menarik tubuh Siska ke dekapannya.

"Lo tenang aja. Gue bakal cari dia. Lagian dia udah gede is pasti bisa jaga diri. Lo gaperlu sedih. Lo tidur aja nanti masalah Acel biar gue aja yang urus" Leo mencoba menenangkan Siska sesekali dia mengecup puncak kepala Siska.

ROLEPLAYERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang