Seventh : Bad Feeling

216 6 0
                                    

Marcell masih terlelap dalam tidurnya. Leo pun sama. Sepertinya mereka kelelahan karena kemarin mereka bermain arung jeram di sungai. Siska sudah bangun sejak tadi. Dia duduk di teras sambil mendengarkan lagu dengan earphonenya. Menikmati udara pagi yang sejuk dan menenangkan. Dia melirik jam yang menempel di tangannya. 09.30. Dan kedua sahabatnya belum juga bangun. Siska enggan membangunkan mereka karena dia tau, mereka kelelahan.

"Pagi onyetku!" ucap Marcell sambil merangkul pundak Siska.

Blush! Seketika pipi Siska memerah. Jantungnya tidak stabil. Darahnya berhenti mengalir dan waktu seakan berhenti berputar. Oke ini lebay.

"Eh udah bangun? Leo mana?" ucap Siska basa-basi. Padahal yang ada di fikiran siska ia ingin bertanya "lo udah makan? Kalau belum, gue masakin sini"  tapi apa daya mulut tidak mampu mengucapkan.

"Cie nyari Leo. Belom noh masih tidur. Eh nyet, lo kok gak sering on parodi lagi? Gue kan nungguin lo on" ucap Marcell sambil membuka aplikasi twitter di ponselnya. Marcell mengecek akun twitter Siska dan benar saja, tweet terakhir Siska satu minggu yang lalu. Marcell menyeritkan dahi sambil menatap Siska seolah berkata "kenapa-kok-lo-jarang-ngetweet?"

Siska hanya melirik Marcell seklias. Lalu membuka aplikasi twitternya dan mengetweet  "ada yang kangen gue?" lalu menutup ponselnya kembali. Siska melirik Marcell seakan berkata "gue-udah-ngetweet.-puas-kan-lo?"

"Bego! "

Ucap Marcell sambil pergi meninggalkan Siska yang sedang tertawa puas. Marcell berjalan menuju taman dekat villa lalu duduk di sebuah batu besar di dekat pohon. Dia melirik sekitar dan tidak ada orang sama sekali. Sekilas Marcell mengingat keberadaan Silvi. Gadis yang diharapkan bisa berliburan dengannya itu. Marcell kembali membuka aplikasi twitternya. Melihat akun roleplayer Silvi berharap bisa mendapatkan informasi tentang Silvi.

"Gue kangen lo gulla!"  pekik Marcell dalam hati sambil memandangi chat mereka beberapa hari yang lalu. Saat Marcell hendak pergi ke villa tiba-tiba ponselnya bergetar dan memunculkan sebuah notif sms.

Silvia : cel
Marcell : Silvi? Lo dimana? Gua pusing nyariin elo
Silvia : hahaha. Gausah dicariin. Gue baik-baik aja. Have fun liburannya!
Marcell : elo dimana wey? Gua panik nyariin -_-

Setelah beberapa menit Marcell menunggu balasan dari Silvi, tidak ada balasan apapun. Marcell menutup ponselnya lalu kembali ke villa. Marcell pergi ke ruang tengah lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa. Marcell memejamkan matanya. Bingung. Ya marcell bingung apa yang sudah terjadi. Seolah-olah Silvi sudah menyusun ini semua.

Siska yang melihat marcell gelisah hanya bisa menatapnya dari balik pintu kamarnya. Dia enggan untuk menemui sahabatnya itu karena dari dulu kalau Marcell sedang bete dia tidak mau di ganggu. Siska merogoh ponsel yang ada di sakunya lalu membuka aplikasi twitternya. Dia membuka direct message lalu mengirimkan beberapa pesan ke Silvi. Loh? Kok Silvi? Iya. Walaupun Siska sangat mencintai Marcell, tapi dia tidak mau melihat sahabatnya sedih.

From : @cindygullai

Siapapun elo. Gue gak kenal elo. Tapi plis gue mohon jangan giniin rufael. Gue gamau dia sedih. Gue harap lo bisa bikin dia bahagia. Thanks!

Setelah itu Siska melempar ponselnya ke kasur lalu pergi ke kamar Leo. Terlihat Leo sedang serius main PSP-nya.

"Ngapa kesini? Kesambet?" ucap Leo tanpa memalingkan pandangannya dari PSPnya. Dalam hati Leo berdebar karena Siska tiba-tiba masuk ke kamarnya.

"Gak gak. Gue gak kesambet. Itu Marcell masih galau aja gara-gara Silvia. Masa kita sebagai sahabatnya cuma diem aja?" Siska terlihat sangat perduli dengan Marcell. Ini membuat Leo sedikit risih mendengarnya. Tapi dia tidak mau membuat Siska kecewa atas keegoisannya.

"Ya gue bisa apa dong? Gue aja gatau gimana bentuknya si Silvia itu. Yang gue tau dia deket sama Acel aja. Gimana?" Leo menatap Siska sinis.

"Seenggaknya kita bisa bantu apa gitu, gue risih aja liat dia yang biasa petakilan sekarang jadi diem gitu. Asing banget gue" Siska menyenderkan tubuhnya di punggung Leo. Membuat Leo tidak konsen dengan game nya. Sebenarnya Leo sedikit risih juga melihat Siska terlalu ikut campur dalam persoalan ini.

"Perasaan gue gak enak. Gue takut Marcell nekat" ucap Siska sambil menatap Leo.

"Ha? Nekat? Bunuh diri maksud lo? Otak si Marcell ga se-cetek yang lo bayangin kali" Leo melempar PSPnya ke sembarang tempat kemudian menatap Siska serius.

Kedua orang itu saling berdebat apa yang harus mereka lakukan. Leo yang sebenarnya tidak terlalu perduli dengan masalah ini menjadi ikut campur karena melihat perubahan Marcell yang drastis. Setiap Leo mengajak Marcell untuk bermain basket, Marcell selalu menolak dengan berbagai alasan. Hari ini, hari terakhir mereka di puncak. Leo dan Siska benar-benar niat untuk mencari Silvia dengan segala bantuan yang mereka punya.

Saat Siska dan Leo hendak keluar dari villa, Siska sempat melirik kamar Marcell. Kosong. Tidak ada pemiliknya. Kemana Marcell? Melirik seisi ruangan dan tidak menemukan batang hidung Marcell. Leo juga sudah mencari di sekitar villa namun tidak ada.

"Lo nyusahin gue banget bro. Untung gue baik" gumam Leo sambil berjalan lunglai menuju villa setelah berkeliling untuk mencari Marcell. Leo mencoba menghubungi Marcell namun nihil, nomornya tidak aktif.

Saat Leo sudah dekat dengan villa, dia melihat seorang cewek sedang duduk di batu dekat taman. Leo sempat bergidik karena dia berfikir cewek itu hantu. Awalnya Leo mengira itu Siska tapi setelah dilihat badannya kecil tidak seperti Siska yang tinggi. Leo menghampiri cewek itu dengan raut wajah yang aneh. Dalam hatinya dia takut bahwa cewek itu benar-benar hantu. Yakali hantu siang-siang nangkring di batu.

"Eh?" ucap Leo watados sambil menepuk bahu cewek itu. Yang di tepuk malah nangis sesenggukan gatau kenapa. Gajelas!

"A.. Lah? Lo kenapa si?" Leo menyeritkan dahinya, mencoba menenangkan diri. Berharap dia bukan hantu. Hantu lagi? Plis deh.

"Gue gapapa. Lo siapa? Begal ya? Gue ga punya apa-apa jadi kalo mau begal lo salah orang" ucap cewek tadi masih tetap menunduk sambil mencoba mnghapus air matanya.

Anjir Leo dikira begal. Yakali!

"Et? Lo siapa lah gue nemuin lo nangis disini kek gembel gamakan sebulan gini. Gue bukan begal begs! Lo siapa?" Ucap Leo sedikit kesal karena dikatain begal.

Cewek itu kemudian menatap Leo. Matanya masih merah akibat nangis. Tapi dia mencoba untuk tetap tegar.  Dengan rasa was-was yang masih ada dalam benaknya, dia mencoba untuk merespon Leo dengan baik.

"Gue bukan gembel is! Gue Silvia. Lo siapa?" ucap cewek yang namanya Silvia itu sambil menjulurkan tangan.

"Leo. Bukan Leo keripik kentang aseli. Tapi Leo Brahmantyo" ucap Leo sambil menjabat tangan Silvi. Dan ekspresinya tetap datar.

"Gue gananya plis"

"Lah bodoamat si"

"Is! Lo cowok ngeselin banget si. Pergi lo! Lagian dateng-dateng ngagetin aja gajelas curut" Ucap Silvi sambil mencoba mengusir Leo.

"Bacot aja tai. Udah baik gue kesini. Kalo gak bisa-bisa lo bunuh diri kali" ucap Leo santai sambil duduk di sebelah Silvi

"Cetek kali otak gue bunuh diri. Lagian ya gue gabutuh lo samperin. Anak mana si lo belagu banget kayak ba-"

"Batman!"

"Babi, bego!"

******

Eh gue lupa ngasih tau masa. Itu username twitter yang gue pake disitu semua ngarang. Jadi maaf kalo ada yang punya salah satu akun dari nama itu. Maaf banget. Abisan bingung mau pake uname gimana wkwk._.

ROLEPLAYERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang