Closer........????

979 24 4
                                    

Hari ini perpisahan kelas. Yup... Perpisahan kelas itu berarti ada dia dan temanku dan aku.... Hmmm actually aku tidak berpikir akan ada kejadian yang berkesan. Namun, aku rasa aku salah. Bahkan malah banyak kejadian yang masih melekat di pikiranku sampai sekarang.

--------------------------------------------------

Jakarta, 19 Juni 2013

Perpisahan kelas ini sangat sangat sangat sangat mengesankan. Aku dan teman sekelasku seharian bermain sepuasnya di Dufan. Siapa yang tidak kenal Dufan? Awalnya rombongan cewek berpisah dari cowok. Namun, karena ini moment perpisahan jadi kami semua memutuskan untuk selalu bersama.

Wahana permain yang kami coba pertama kali adalah Rumah Kaca. Saat aku dan temanku yang lain baru ingin memulai "petualangan" justru rombongan cowok baru menyelesaikan petualangannya disini. Akhirnya mereka memutuskan untuk ikut andil dalam "petualangan" ini. Setelah selesai wahana yang kami coba adalah Roller coster namun versi kecilnya.

Awalnya aku ingin duduk di barisan paling belakang bersama temanku. Namun, entah kebetulan atau apa, Dia duduk di barisan kedua dari belakang. Tapi, akhirnya aku dan temanku memutuskan untuk duduk di barisan ketiga dari belakang. Posisi ku tepat depan belakang dengan dia. Apa ini kebetulan? Bagaimana menurutmu jika kamu menjadi aku? Apa ini bisa disebut sebagai kebetulan? Ku rasa... Aku tak tahu.

Setelah selesai bermain aku langsung melanjutkan bermain kora-kora yang tidak jauh dari wahana permainan sebelumnya. Aku duduk di barisan paling depan kanan bersama ke tiga temanku. Namun, apa ini kebetulan lagi? Ia duduk tepat di belakangku? Kebetulan? Oh cukup aku mengulangi kata "kebetulan" tapi memang ini sebuah kebetulan yang di sengaja atau justru tidak disengaja? Kita tunggu skenario Tuhan selanjutnya. Selanjutnya, kami melanjutkan untuk menonton cinema Happy Feet. Tapi, mengapa aku selalu mengantri paling depan dan dia selalu di belakang rombongan? Entahlah.

Setelah selesai menonton inti dari isi film kami lanjut ke theater yang sebenarnya. Aku duduk di kursi paling belakang pojok kiri sedangkan dia di kursi paling depan pojok kiri. Aku memerhatikannya. Namun, diam-diam. Tapi, mengapa dia selalu menoleh ke belakang? Apa dia sedang mencari seseorang? Entahlah. Setelah puas menonton Happy Feet kami pergi ke wahana-wahana lainnya. Hingga di puncak detik-detik terakhir perpisahan kami memutuskan untuk bermain 3 permainan yang cukup seru jika dibilang. Rumah miring, Niagara dan Arung Jeram, 3 permainan itu. Pertama kami memutuskan untuk masuk ke rumah miring terlebih dahulu yang lokasinya tidak jauh dari Niagara.

Aku memasuki rumah miring di rombongan terakhir sedangkan dia di rombongan cowok yang sudah jauh ada di depan. Aku heran kenapa ia tidak ikut dengan rombongan yang ada di depannya? Sepertinya aku tidak ada waktu untuk berpikir. Aku masuk tanpa mempedulikannya. Namun, saat aku masuk justru dia ikut masuk. Apa dia ingin menungguku? Agar aku masuk duluan? Eh tapi tidak mungkin. Setelah selesai akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Bermain Niagara!!!

Antrian yang cukup panjang membuat bosan. Lalu, terbayarkan dengan bermain basah-basahan dengan teriakan teman-teman. Dengan canda tawa karena mereka basah. Dengan hasil jepretan foto entah siapa yang memfotonya. Semuanya terbayarkan. Setelah semua sudah terkumpul kami memutuskan untuk segera ke wahana Arung Jeram karena waktu semakin sore. Kami mengantri lumayan lama saking tidak ingin berpisah kami membiarkan orang lain duluan. Lalu, saatnya kami bermain basah-basahan.

Perahuku ada didepannya. Sedangkan perahunya ada di belakangku. Jadi, setelah permainan usai aku mengusulkan untuk bermain Arung Jeram lagi. Namun, dari 8 cewek yang ikut di perahuku hanya ada 6 orang yang tersisa dan ada satu cowok yang ikut jadi yang ikut rombongan pertama 9 cowok dan 6 cewek. Saat mengantri aku melihat ada orang lain juga sedang mengantri di depan dia dan teman-temannya. Aku bermaksud untuk menyuruh orang lain itu terlebih dahulu maju di depan teman-temanku. "Woii woii!!" ujarku sedikit berteriak. Tidak ada yang mempedulikan semuanya hanya menengok lalu melihat ke arah semula. Kecuali, dia. Dia justru bertanya padaku. Meskipun, bukan dari bibirnya yang mengeluarkan suara itu namun matanya berkata seolah-olah "Kenapa?" jelas aku yang mengetahui apa maksud dari tatapan itu langsung menjawab. "Woii bapak-bapaknya suruh duluan aja." namun ia justru tetap melihatku, tanpa berkedip. Hingga ku ulangi dua kali kalimat itu. Aku sudah tidak kuat untuk berteriak. Jadi, aku memutuskan untuk menyerah berkata padanya. "Tau ah susah ngomong sama lo." ujarku akhirnya.

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang