We Are Close Yet So Far

964 32 2
                                    

Jakarta, 31 Mei 2013

Aku duduk di pojok kelas menutup wajahku dengan tirai yang menutupi jendela. Kala itu aku sangat mengantuk dan tertidur di balik tirai. Sampai akhirnya aku terbangun melihatnya sedang mencolokkan chargernya. Aku melihatnya sambil tertegun.

Apa yang dilakukannya? Hanya diam dan tetap berusaha untuk memasukkan chargernya ke colokannya. Aku tertegun lalu langsung membetulkan posisi dudukku.

Hah, bagaimana bisa ia duduk tepat di depanku. Oh, Tuhan tolong jaga detak jantungku ini. Jangan sampai aku kena serangan jantung karena moment ini umpatku.

Kami bercanda. Ya meskipun bukan hanya aku dan dia namun juga ada 3 temanku yang lain. Sampai akhirnya aku mengucapkan kata-kata hmmm.... Yang bisa dibilang selalu ingin aku ucapkan di depannya. Agar ia sedikit peka dan tahu perasaanku. Apa ini satu alasan yang masuk akal? Kurasa tidak atau mungkin iya?

"Gue pengen mati deh." ujarku. Lumayan keras. Ia langsung menatapku dengan tatapan........ Heran mungkin? Namun, berusaha untuk tenang dan cuek. Aku berkata seperti itu ini fakta karena aku tahu persis sifatnya. Temanku yang duduk di sebelahku langsung meledekku. "Lo mau mati gara-gara cinta lo nggak kesampean ya?" ledeknya sambil tertawa. Aku bisa dibilang salah tingkah saat temanku berkata seperti itu. Bukankah itu menyindir?

Aku melirik ke arahnya. See.. Dia tertawa. "Nggak lah lebay lo." ujarku. Ia malah semakin keras tertawa. "Ya kan gue pengen mati karena pengen liat siapa yang nangisin gue." ujarku. Ia langsung berhenti tertawa. Yup, secara tak langsung aku menyindirnya. M-E-N-Y-I-N-D-I-R-N-Y-A. Sesuatu yang ingin aku lihat jika aku pergi nantinya. Apa dia akan menangisiku? Apa mungkin? Aku rasa tidak. Tapi, mungkin di pikirannya ia berkata "Ngapain lo ngomong gitu? Pamali." Tapi, kurasa tidak mungkin.

Apa perilaku ini salah? Uh ku harap tidak. "Kita" kembali meneruskan bercanda karena salah satu temanku sedang menonton program musik yang cukup terkenal, di kelasku. Aku tertawa bersamanya. Sesekali ia keluar kelas sekedar melihat keadaan di luar mungkin? Dan kembali duduk di depanku. Sampai akhirnya orang yang ku tunggu-tunggu datang. Kedua temanku yang aku tunggu. Aku bermaksud untuk melepas charger temanku. Namun, aku justru hampir membuat chargernya rusak lagi.

Aku memanggil namanya ia langsung menoleh. "Yah gimana dong nih. Chargeran lo gini nih." ujarku ketakutan. "Nggak papa kok." jawabnya enteng. Aku berusaha untuk membetulkannya. Sampai akhirnya chager itu bisa betul seperti sedia kala. Leganya.

Aku langsung pamit pulang dengannya. Apa cerita ini akan berakhir bahagia? Entahlah. Aku juga tidak tahu. Kita lihat nantinya. Apa malah dugaanku selama ini salah. Justru ia memilihnya. Entahlah.

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang