First Chapter

43.6K 1.4K 168
                                    


Pic diatas adalah Abednego Ganendra, tokoh utama.

***

Gue suka Digimon, Pokemon, Fairy Tail, One Piece. Dulu gue enggak pernah melewatkan satu episode pun dari Digimon-nya jaman Taichi sama Yamato, lanjut Daisuke sama Takeru adiknya Yamato, dan di Digimon Tamers lah gue mulai merasa bosan ama serial kartun Digital Monster tersebut. Pokemon gue masih nonton, siapa sih yang enggak gemes sama Pikachu? Apalagi kalau udah ngomong, pika, pika?

Fairy Tail, gue suka Gray. Seksi plus cool aja.

Kalau One Piece, tetep dong Zoro. Polos, terus pikun, buta arah. Pokoknya, Zoro itu manly banget buat gue. Dia enggak mata keranjang kayak Sanji, dia juga enggak terlalu kekanakkan dan seenaknya sendiri macam Luffi. Di lain sisi gue juga suka sama Robin. Kepeduliannya sama temen-temennya, namun tetap kalem itu bikin Robin cool, sekaligus misterius.

Lalu kenapa gue mesti muter-muter ke anime buat nyeritain hidup gue? Karena ini bakal ada hubungannya bro! Hidup gue itu simple, sesimple gue suka anime-anime tadi.

Ritual gue setiap hari juga sederhana. Gue bangun, cuci muka, mandi, sarapan bareng mama dan Andrea, lalu berangkat sekolah diantar mama. Pulangnya, gue jogging sore sebentar sambil ngajak Husky, anjing gue jalan-jalan, lanjut ngegym kalau gue lagi mood-nya bagus. Pulang, mandi terus lanjut makan malam bareng mama dan Andrea. Nonton tv sebentar, ke kamar, cek jadwal selanjutnya untuk besok sekalian ada tugas atau PR. Tekan tombol repeat. Habbit dari Senin sampai Sabtu. Kalaupun melenceng, ya cuman sedikit-sedikit. Gue ini sangat teroganisir. Minggu beda lagi. Tapi paling aku habiskan dengan jalan-jalan bersama Timo dan Andini.

"Abe, kamu sudah bangun kan?" Kalian dengar gedoran didepan pintu kamar gue barusan itu? Iya, itu nyokap gue. Yang selalu heboh dan berisik setiap pagi supaya gue, sama Andrea, kakak gue enggak terlambat buat pergi ke sekolah. Nyokap gue udah janda sepuluh tahun. Ngebesarin gue sama Andrea sendirian.

"Iya Ma. Bentar lagi Abe kebawah." Gedoran didepan pintu gue sekarang sudah berhenti. Actually, gue udah bangun dari tadi, udah mandi dan rapi malah. Hari ini akan menjadi sebuah sejarah. Well, bukan sejarah yang bakal mempengaruhi laju ekonomi negara Indonesia. Atau, membuat buruh tertawa lepas karena tuntutan UMKnya bakal disetujui.

Ini sejarah yang bakal ngerubah hidup gue. Hidup keluarga gue, sebenarnya.

Nyokap gue, yang barusan gedor-gedor pintu itu, bakal ngenalin pacarnya ke gue dan Andrea malam ini. Mereka sudah pacaran lama sebenarnya, dan gue juga udah kenal sama calon ayah tiri gue ini. Chinese, putih, matanya agak sipit, masih gagah di usianya yang sudah menginjak lima puluhan lebih. Dia berkharisma. Selalu menghadiahi mama kecupan di kening sebelum pulang. Gue tahu dia pria baik. Dan sangat mencintai mama.

Malam ini, dia akan membawa tiga anaknya untuk makan malam disini. Pengenalan secara formal. Mereka akan menikah bulan depan. Hanya keluarga dekat yang tahu dan di undang. Mengutip apa yang mereka berdua katakan, bahwa mereka terlalu tua untuk pesta pernikahan yang mewah. Jadi, hanya pemberkatan di gereja, lalu secara sipil. Syukuran, done.

Namanya Ruli Dirga. Dia duda, delapan tahun.

Dia akan menjadi ayah tiri yang baik. Gue yakin. Yah, sebenarnya enggak seyakin apakah calon saudara tiri gue bakal sebaik ayah mereka. Kita nantinya akan tinggal bersama. Rutinitas gue akan kacau. Kata Om Ruli, anaknya dua laki-laki, satu perempuan. Itu artinya, rutinitas gue main game, nonton anime, bisa saja terganggu, kalau mereka ternyata enggak sama kayak gue hobinya. Belum lagi, mereka yang usianya jauh diatas gue. Bisa jadi gue di bully. Saudara tiri kan biasanya gitu.

Namun masalah terbesarnya adalah, gue jatuh cinta dengan Om Ruli. Jatuh cinta saat pertama kali dia berkunjung ke rumah dan membawakan es krim rasa coklat buat gue dan rasa stroberi buat Andrea.

PROBLEMATIC (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang