Fourteenth Chapter

14K 695 216
                                    

Fourteenth Chapter

"This is your room?"

Gue mengangguk. Iya, gue memang membawa Jordan kedalam kamar gue. Bukan, bukan supaya kita berdua khilaf. Tapi lebih supaya apa yang mau diobrolin Jordan nggak sampai diketahui koh Daniel atau kak Uki. Gue pengen ini akan tetap menjadi rahasia diantara kita berdua.

"Gue nggak inget lo punya sepatu sebanyak ini?" Jordan menyentuh rak bawah, tempat sepatu-sepatu gue berjejeran.

"Gue nggak inget tiap kali lo ke kamar gue lo perhatiin jumlah sepatu yang gue punya."

Jordan berbalik, menatap gue dengan intens kemudian mengembangkan senyumnya. "Perhatian gue teralihkan ke elo soalnya."

Gue menghembuskan nafas pelan. Lalu menarik kursi meja belajar gue, dan duduk disana. Meanwhile, Jordan tampak kikuk dan ini nggak biasanya. Jadi kesimpulan gue, apapun yang akan dibicarakan oleh Jordan, pasti serius. Bisa jadi masalah perasaan.

Tapi gue enggak akan ngomong atau mulai membuka percakapan duluan. Ini Jordan yang mau ngomong sama gue, bukan sebaliknya. Disini dia yang butuh, bukan gue.

"Gue suka sama lo."

Gue nggak kaget, maksut gue, gue menampilkan mimik muka datar. Padahal jantung gue sudah berdebar tiga kali lipat normal. Itung aja lha ya kalau degup jantung normal itu 70 per menit, makan detak jantung gue sekarang ini 210 per menit. Well, nggak bakal secepat itu juga kali ya. Udah jantungan kali gue.

"Soalnya elo lucu." Sambung Jordan.

Ha? "Wait, ini lo bilang gue lucu itu lucu as in lucunya Aziz Gagap atau lucunya Tom Holland?"

"Nah kan, baru jawab pertanyaan gue aja lo udah lucu."

Okay, berarti mungkin lucunya Aziz Gagap. But really? Sarkas sih iya kadang-kadang, tapi lucu? Jordan kebanyakan makan babi nih, otaknya jadi melemah. "Jadi lo suka sama gue karena gue lucu?"

Jordan mengangguk dengan semangat.

"Kenapa lo nggak suka Sule aja kalau gitu? Dia lebih lucu dari gue."

"Sule lawakannya garing sekarang."

"Sakayuv deh."

Jordan mengerutkan keningnya. Sepertinya dia nggak tahu siapa itu Sakayuv. Iya, gue aja baru tahu barusan tadi setelah di tag oleh Timo. Dan pas gue stalk, ternyata Sakayuv memang lucu. Masih lucu as in lucunya Aziz Gagap.

"Gue nggak tahu Sakayuv. Ya udah, gue cuman mau bilang itu. Gue pulang dulu."

"Nggak nginep sini?" Ya Tuhan, gue baru saja ngomong apa ini? Nggak nginep sini? Ini terkesan mengundang nggak sih? Gue berdeham, agak keras supaya mengembalikan wibawa gue. "Nggak pengen tahu jawaban gue?"

Jordan menggeleng. "Gue tahu lo sayangnya sama Denny." Jordan diem agak lama. "Lagipula, gue nggak deserve buat jadi pacar lo. Lo sendiri yang pernah bilang, udah banyak kontol yang pernah nacep di pantat gue."

Yailah, waktu itu kan gue lagi emosi. Sewaktu emosi, mengeluarkan kata-kata menyakitkan itu hal yang lumrah, bukan?

"Tapi boleh deh gue nginep sini. Tapi gue mau mandi dulu." Ha? Ini seriusan gue mangap nggak berdaya. Dan tambah mangap lagi, karena Jordan langsung masuk kedalam kamar mandi. Gue kirain dia bakal melucuti semua pakaiannya didepan gue kayak biasanya.

Ish! Bukan! Bukan gue ngarep ya! Ini kan gue basic-nya ke kebiasaan Jordan dulu.

Setelah Jordan masuk kamar mandi, gue malah blingsatan. Tawaran gue tadi agak spontan, tanpa mempertimbangkan efek yang akan ditimbulkan. Gue mungkin bisa menahan diri, bagaimana kalau Jordan yang enggak bisa menahan diri, lalu gue ikut-ikutan?

PROBLEMATIC (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang