Another Problem?

11.5K 710 147
                                    

#Sixteenth Chapter#
I'll bring you Jordan with his car. Eh wait, itu mobilnya Daniel ding. 😂😂
Enjoy.
***


Kalian percaya dengan happy ending? I don't. Mengutip kata Jane Smith, istri dari John Smith dalam salah satu film favorit gue, Mr. & Mrs. Smith, 'Happy ending is just stories that haven't finished yet', yup, you heard her right. Dan gue indeed sama apa yang diucapkan oleh salah satu karakter yang diperankan oleh Mrs. Pitt tersebut. Enggak lupa juga dengan kecantikan Angelina Jolie dalam film yang tayang tahun 2005 itu. Damn! Sudah sebelas tahun. Gue nontonnya enggak pas tahun film itu tayang kok.

Sebuah film happy ending, menurut gue hanya sebuah awal. Awal mereka memulai hal baru. Saat film berakhir dengan happy ending, kita seperti dibuat percaya bahwa ada happy ending dalam kehidupan nyata. No, honey, do not put your hope too high. Ambil contoh Snow White, kita nggak tahu apakah akhirnya mereka hidup bahagia selamanya. Gue yakin Snow White dan Pangerannya akan sering bertengkar. Tentang siapa yang akan mengganti popok anak mereka mungkin atau siapa yang akan ada diatas saat mereka berhubungan seks, atau pangeran keburu dipanggil yang maha kuasa. See, enggak ada yang sempurna.

"Lo beneran mau nambah minum lagi, Bed? Lo sudah teler lho." Koh Daniel berkata dari samping gue. Ada tiga botol wine yang sudah kosong korban kita berdua.

Jadi, kalian tahu kenapa gue ngomongin Mr. & Mrs. Smith hingga menyerempet Snow White segala macam? Gue mabok.

"Ada Kokoh yang ngawasin." Kata gue sambil mengedipkan mata gue. Koh Daniel menatap gue kasihan sebelum akhirnya mengambil satu botol lagi, membukanya dan menuangkannya kedalam gelas gue.

Kenapa gue yang enggak pernah menyentuh minuman neraka ini, bisa berakhir wasted seperti ini? Kita bisa putar waktu ke beberapa jam sebelum gue berada di ruang keluarga rumah koh Daniel dengan tiga botol wine kosong.

***

Suasana rumah papa Ruli tampak ramai. Gue datang kesini bersama koh Daniel, buat apalagi kalau bukan untuk makan malam bersama keluarga Rudi Pringadi? Anaknya, Widia Pringadi akan dijodohkan dengan Jordan Dirga. Dua keluarga ningrat, kaya raya, yang akan bersatu menjadi satu keluarga. Ironi karena mereka sama-sama berpendidikan tinggi namun masih menggunakan perjodohan sebagai salah satu bentuk pemersatu.

Oh wait Daenarys Targaryen pernah bilang, 'The best way to make alliances is with marriage'. But hey, we are not in Westeros anyway.

"Bed, elo kalau nggak siap, kita masih ada kesempatan buat pulang."

Gue menoleh kearah kokoh gue yang ganteng banget malam ini, dengan kemeja yang dibalut sweeter berwarna hijau pudar tersebut. "I'm okay Koh. Let's deal with these demons already."

"As you wish, lil bro."

Kita berdua masuk kedalam rumah. Kokoh gue langsung dicegat Andien, mereka sibuk haha-hihi dan mengobrolkan hal-hal yang gue enggak ngeh, sementara gue bingung mau ngapain. Makan malam baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Papa Ruli dan Mama sedang mengajak keluarga Pringadi menelusuri rumah. Pamer kekayaan, apalagi? Jordan dan Andrea sama sekali tidak menampakkan hidungnya. Gue akhirnya memilih berjalan memasuki rumah lebih dalam. Mengagumi foto keluarga baru yang menampakkan gue dan Andrea disana, tanpa menurunkan dua foto keluarga sebelumnya. Foto keluarga pertama, hanya ada Papa Ruli, mantan istrinya, lalu Jordan dan Andien. Foto keluarga kedua, ada koh Daniel disana, minus mantan istri Papa Ruli. Foto ketiga, ketambahan Mama, Andrea dan gue.

"Hey," Gue menoleh, melihat wanita anggun dan cantik yang sedang tersenyum kearah gue. Gue balas tersenyum, demi kesopanan. "Lo yang paling bungsu kan dari keluarga Dirga? Abednego?"

PROBLEMATIC (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang