Freak Brother

3.2K 96 0
                                    

Minggu pagi tanggal 5 Oktober, adalah hari pertama Sera berstatus 'bukan siapa-siapa Kean'. Seperti rutinitasnya setiap hari Minggu, ia bangun jam lima pagi, lalu bersiap untuk jogging di taman kota.

Mungkin hari ini, bakalan jadi hari yang paling nyebelin banget buat gue. Tapi—semangat! Gue nggak boleh keliatan sedih di mata orang lain. Bismillah, Allah always with me, katanya dalam hati sambil memandang cermin kamarnya.

"Kak, temenin jogging dong," katanya pada Rey, kakak kandungnya.

"Biasanya juga pergi sama Kean, dimana tuh orang? Putus ya lo? Haha, kasian deh Cinderella di-PHP sama Iron Man. Mata lo udah kayak habis digigit tawon gitu, nangis ya lo?" ejek kakaknya.

"Apaan sih Kak enggak nyambung banget deh Cinderella sama Iron Man. Gue enggak bakalan kali jadian sama Kean, dianya aja belum move on dari mantannya." balas Sera.

"Curhat, Mbak? Jadi dianter enggak nih?" tanya Rey.

"Jadilah. Cepet sana ganti baju, Kak."

"Iya deh iya, buruan siapin mobil." Perintah kakaknya.

"Udah sono buruan. Enggak pake lama, ya." Kata Sera sambil keluar rumah untuk menyiapkan mobil.

Setelah tiga menit, kakaknya keluar dan sudah lengkap dengan pakaian olahraga dengan sepatu kebanggaannya—yang nampak begitu lusuh di mata Sera.

"Cih, sepatu itu lagi. Enggak punya yang lain ya, Pak?" ejek Sera pada kakaknya, sembari menjulurkan lidah.

"Sepatu keramat nih, jangan macem macem."

"Iya, iya, Pak. Ampun deh. Sungkem," keduanya tertawa.

Di dalam mobil, Rey hanya memandang kasihan ke arah adiknya. Gila segitunya ya Ucil sakit hati, batinnya.

"Cil, jadi cewek yang kuat ya, cowok emang suka seenaknya gitu. Lo harus jadi Wonder Woman, gue nggak bisa bantu apa apa Cil cuma bisa doa-in lo dari sini. Jangan sedih ya, Ucil." ucap kakaknya sambil mengelus puncak kepala Sera.

"Iya, Kak. Thanks ya." Jawab Sera sambil memasang ekspresi menangis terharu. Ya Allah terimakasih telah memberiku kakak sebaik Kak Rey, batin Sera. Meskipun enggak salah kalau fakta dia emang nyebelin.

Setelah 15 menit perjalanan, mereka pun sampai di taman kota. "Parkir sana aja deh kak, deket warung makan, nanti sekalian sarapan di situ. Gue biasanya gitu," kata Sera.

"Heh, masih kebawa masa lalu aja nih Cinderella. Di sana aja deh, di perjalanan pulang."

"Aelaah Kak, di sana aja kenapa sih? Gue udah langganan makan di sana."

"Enggak ah, nanti lo kebawa masa lalu, lagi. Entar keinget lagi, entar nangis-nangis lagi. Cil, dikira gue seneng apa liat lo cirambayan mulu?" dengus Rey.

Priiiit. Sebuah suara peluit menginterupsi perdebatan Rey dan Sera—membuat keduanya menoleh ke sumber suara.

"Mas mau parkir dimana, nih? Lama banget," kata petugas parkir dengan nada kesal.

"Tuh 'kan, jadi dimarahin. Lo sih, belum juga jam tujuh udah bikin orang marah aja. Dosa noh," seloroh Rey pada Sera.

"Ya maaf deh, Kak. Lo juga bikin emosi."

Priiiiiiiiittt. Untuk kedua kalinya, terdengar kembali sebuah seruan bunyi peluit. Kali ini lebih panjang dan menekan.

"Enggak ngerasa ditunggu ya, Mas?" tanya petugas parkir, kali ini dengan nada emosi yang lebih nampak.

"Eh, iya pak. Maaf, maaf, parkir dekat warung yang di sana aja, Pak," kata Rey.

Mereka pun memarkirkan mobil dan langsung keluar mobil untuk jogging bersama.

Setelah jam setengah delapan mereka sarapan di sebuah warung kecil yang jadi perdebatan mereka berdua sedari tadi. "Lumayan, sih. Pantes aja kalo lo ngotot, Cil," ucap Rey dengan tangan terulur untuk mencubit pipi adik perempuannya itu.

"Adududuh," Sera menepis cubitan Rey. "Makanya, nurut dong sama Ucil. Ucil itu selalu benar."

Rey mendecih mendengar ucapan adiknya itu, lantas melanjutkan makannya.

Jam sepuluh pagi, mereka pun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Sera langsung menyiram bunga dan membersihkan kamarnya. Seperti biasanya. Ia termasuk cewek yang rajin, ia tidak suka melihat kamarnya berantakan. Ia juga sangat menyukai tanaman sehingga ia merawatnya dengan baik. Setelah semuanya selesai, ia pergi kekamarnya untuk mandi lalu tidur.

"Oi lo tadi dicariin Kean, tapi lo dibangunin susah banget," kata kakaknya ketika Sera keluar kamar untuk makan.

"Biarin," jawab Sera singkat dan langsung pergi ke dapur untuk makan.


LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang