Hurt

3K 106 0
                                    

Semudah itukah melupakan masa lalu?

Bagaimana caranya?

Sedangkan disini aku yang sejak dulu mencari tak pernah menemukannya.





Handphone-nya berbunyi, dan ia melihat sudah ada notification LINE dari Steffie—salah satu sahabatnya.

Ia melihat di panel notifications ponselnya bahwa Steffie mengirim sebuah foto denga sebuah caption di bawahnya. "Sabar ya beb, lo kok nggak cerita sih?"

Lalu ia membukanya dan seketika terkejut. Steffie mengiriminya foto Kean sedang bersama Emy, mantannya. Mereka terlihat sangat mesra di foto itu.

Air mata Sera jatuh lagi—sekali lagi untuk sekian kalinya. Baru kali ini ia menangisi seorang cowok sampai berlarut larut seperti ini. Gila Kei, lo tega banget sama gue. Ya Allah, sebegitu teganya dia. Ninggalin aku Cuma buat seseorang dimasa lalunya. Kenapa dia selalu ngelak saat gue ejek sama dia dan sekarang mereka malah balikan? Selama ini lo anggep gue apa, Kei? Sera membatin dengan miris.

.

.

.

.

.

Seninnya ia berangkat sekolah dengan lesu. Sampai sekolah ia melihat Kean berdiri di depan pintu kelasnya. Cih mau ngapain sih dia, bikin badmood aja,'batinnya dan melangkah masuk ke dalam kelas tanpa menghiraukan Kean.

"Ca, kemarin gue ke rumah lo lho," sapa Kean namun tak dibalas oleh Sera. Ia malah mengajak Steffie sahabatnya untuk pergi ke kantin.

Wajah Kean terlihat murung saat Sera bersikap acuh padanya. Ada rasa penyesalan telah menyakiti Sera, namun ia tak berani untuk mempertahankan ataupun meminta maaf pada Sera dan menjelaskan alasan mengapa ia memutuskannya Mungkin Ica butuh waktu buat nenangin diri, pikirnya.

Di kantin, Steffie heran dengan temannya yang terkesan menghindari Kean. Padahal ia tahu bahwa Ucil tidak pernah meghindari seseorang dan menunjukkan sikap tidak sukanya pada seseorang dengan sebegini terbukanya, sekalipun seseorang itu menyakitinya. Berarti dia udah nyakitin Ucil banget kali ya, tebak Steffie.

"Hey, Cil. Apaan sih, dari tadi cemberut. Udahlah, lo enggak perlu mikirin dia lagi, lo punya Tuhan kan? Lo percaya karma kan? Lo tuh ya, baru kali ini gue tau lo sesedih ini. Sabar aja deh Beb Ucilku, karma masih berlaku 'kan. Buat laki-laki semacem dia, karma bakal jadi hal yang berat buat dia."

"Fi, gue sakit hati banget. Tapi gue nggak pengen keliatan sedih di depan orang lain; tapi ini terlalu sakit. Gue enggak tahan, Fi," kata Ucil dan setetes air matanya turun, namun ia tetap tersenyum pada Steffie. Hatinya terasa sakit sekali saat ia mendengar nama Kean disebut.

"E-eh udah lah, nggak usah nangis. Emang kalo lo nangisin Kean dia bakal balik ke lo? Mending lo move on, deh. Gue udah nggak suka banget sama sikap dia. Brengsek banget tuh orang. Sini sini gue peluk." Hibur Steffie. Steffie memang selalu dapat diandalkan Ucil.

"Makasih ya Fi. Gue sayang sama lo," ucap Ucil. Ia bersyukur karena Tuhan memberi dia sahabat sepengertian Steffie.

Gue bakal lupain lo Kei, dimulai dari hari ini. Gue bakal tunjukin kalau gue bisa lebih bahagia dari lo. Lo semangat, buat jadi yang lebih baik lagi ya, Kei.


LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang