Ch 11

519 49 0
                                    

Jhun

Dari segala arah, mayat hidup itu mulai merangkak dan melakukan penyerangan yang begitu cepat. Satu per satu peperangan yang sedang terjadi, seakan berbalik keadaan. Semuanya kacau, teriakan terjadi dimana-mana. Dari kejauhan aku melihat Elle terpojok oleh serangan mayat hidup. Aku segera berlari, melancarkan serangan kejut dan jeratan ke arah mayat hidup itu.

"Jhun!"

"Kita harus segera mundur Elle, kita tidak bisa terus disini."

Aku berlari berdampingan dengan Elle, menembakkan beberapa kali serangan kejut kearah mayat hidup maupun roumagimus yang hendak menghalangi kita. Yang kupikirkan sekarang hanyalah bagaimana cara untuk dapat keluar dari sini. Kita tidak bisa lagi bertarung mempertahankan posisi ini. Entah bagaimana keadaan teman-teman yang lainnya.

Berlari dan terus berlari, nafasku terdengar bagaikan irama dengan jeritan-jeritan peperangan yang tak jauh dibelakang. Kakiku mulai lemas, di belakangku Elle, jatuh tersungkur. Dengan cepat aku membalikkan badanku dan memapahnya.

"Tidak disini Elle, kita masih belum aman."

Elle, kembali bangkit, aku menariknya untuk berlari bersamaku. Tanpa terasa kami berdua telah berlari masuk hingga ke batu Altra. Menyembunyikan diri kita berdua ke dalam semak-semak rerumputan dan kumpulan pohon. Aku memasang beberapa perangkap sihir, sedangkan Elle sibuk dengan menempelkan beberapa mantra pelindung dan mantra kamuflase agar kami tidak terlihat oleh orang lain.

Aku merebahkan badanku jatuh ketanah. Seluruh tubuhku lemas dan benar-benar tidak bisa digerakkan sama sekali. Elle pun sama menjatuhkan badannya disebelahku. Entah apa yang harus kita berdua lakukan sekarang. Kosong, pikiranku kosong, untuk pertama kalinya aku merasa takut dan tidak mampu melakukan apapun.

"Bagaimana dengan yang lainnya Jhun?" suara Elle bergetar.

"Kita hanya bisa berharap bahwa yang lain juga sama dengan kita berhasil melarikan diri untuk sementara waktu."

Aku berbaring disana lama, kami berdua sama sekali tidak mengeluarkan suara apapun. Semua ketegangan yang kurasakan seakan mengalir dengan deras menderu, membuat detak jantungku ini berdentang dengan kencang, keringat dingin membasahi tubuhku. Aku sama sekali berbaring kaku disini.

Aku dapat mendengar suara tangisan Elle yang tersedu disampingku. Secara naluriah aku memeluknya, mencoba untuk menenangkannya. Aku pun sadar, ketakutan pun menghantui dirinya. Aku tidak tahu sebenarnya apa lagi yang harus aku lakukan. Kita pun tidak bisa hanya terpaku disini. Aku harus memikirkan bagaimana untuk lepas dari sini. Mataku mulai terpejam, dengan sesekali masih terdengar suara ledakan dari kejauhan.

***

Sinar matahari menyinari mataku, membuatku tersadar dari tidur. Elle tertidur didalam pelukkanku. Aku mencoba untuk bergerak sedikit mungkin, mencoba untuk tidak membangunkannya. Ternyata usahaku sia-sia, Elle sudah terbangun. Walau sebenarnya aku menginginkannya untuk istirahat lebih. Peperangan ini tidak mudah.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang Jhun?"

"Entahlah. Yang pasti kita tidak boleh berdiam disini."

"Ava, menghilang entah kemana. Sedangkan teman kita yang lainnya entah selamat atau tidak."

"Mungkin sebaiknya kita berdua mencoba mencari teman-teman kita yang lainnya."

"Tapi bagaimana mungkin bisa, mereka ada dimana-mana."

Perkataan Elle, membuatku tersadar, melihat keadaan sekitar. Banyak gerombolan mayat hidup yang mulai berjalan memasuki batu altra. Aku dan Elle memperhatikan mereka dari kejauhan. Mayat hidup itu mengelilingi komplotan roumagimus. Seorang gadis cilik, 4 orang laki-laki dan seorang wanita paruh baya. Di tangan wanita paruh baya itu terdapat sebuah belati kecil.

WARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang