CHANHUN ALERT [!!!]
so basically, gua udah gatahan untuk ngepost part ini cause yeah, menurut gua ini terlalu greget--buat gua, karena sendirinya ngetik sambil teriak2 tijel-- dan gua mau tau apa yang lu lu pada pikirin, jadi jangan lupa vote&comment! [terutama commentnya ya plsplspls]
Sehun POV
Genap 3 bulan sudah kini aku menjadi teman sesosok Kim JongIn. Bisa kau katakan aku adalah teman dekatnya. Mungkin? Aku menganggapnya sebagai sahabat dekat sedangkan ia? entahlah, masa bodoh. Berkat Chanyeol dan Luhan, yang dulu beralasan mencari keperluan dan tak kunjung kembali. Berkali-kali aku berterima kasih pada mereka. Waktu itu, sahabatku (read: Chanyeol&Luhan), ternyata menyadari ada 'sesuatu' diantara aku dan dia. Sebelumnya aku memang tak pernah menceritakan soal percintaan pada mereka. You know, gay people's problem.
Mereka memang sudah merancang kejadian itu. Jadi tidak bisa dibilang hal yang lampau itu adalah sesuatu kejadian tak disengaja. Dan yap, memberiku waktu berduaan dengannya memang usaha yang tidak sia-sia.
Aku duduk di bangku kafetaria menunggu kehadiran Luhan. Sesekali aku melirik sekilas ke arah jam tanganku. Belum ada satupun tanda-tanda kedatangannya. Ia bilang ia akan kesini pada waktu istirahat kedua. Namun sepertinya dia lupa. Luhan sialan.
Grek
Seseorang menarik kursi di hadapanku dan segera duduk.
"Sehun, kau makan sendirian?" Tanya lelaki itu dengan suara bass-nya. Aku menoleh cepat sebelum kembali ke makananku.
"Seperti yang kau lihat, Chanyeol" Jawabku mendengus pelan. Pertanyaan bodoh begitu masih saja ditanya. Dasar Yoda. Aku memainkan garpu, sesekali memutarnya lalu menusuk-nusukkannya pada kentang yang ada di piring.
"Yak! Itu makanan!" Sergah Chanyeol sewot. Bilang saja kau lapar, Chanyeol.
"Kau lapar, Park Chanyeol?" Tanyaku dengan nada sedikit menggoda. "Hm?"
Ia menelan ludahnya lalu dengan gugup menggeleng. Aku sudah mengenalnya dari kecil. Bagaimana mungkin aku bisa tidak tau gerak-geriknya?
Kruk
Aku tergelak lalu segera menutup mulut menyadari muka Chanyeol yang berubah kusut. "Maaf maaf". Lelaki bertelinga panjang itu melengos. Kelihatannya ia merasa malu dan kesal pada saat bersamaan. Perutnya berbunyi sangat keras, tentu saja dia akan malu.
How cute
Kusendok makananku lalu segera mengarahkannya ke mulut Chanyeol.
"Aaa..." Aku menganga seperti menyuapi anak balita. Chanyeol menatapku jengkel namun beberapa saat kemudian ia tertawa dan membuka mulutnya. Teman dekatku ini benar-benar...
Suasana kafetaria kali ini lumayan sepi, tidak seramai biasanya pada jam-jam istirahat begini. Hanya beberapa murid yang makan dan berbincang-bincang di pojok ruangan. Maka dari itulah aku sedikit merasa awkward berduaan bersama Chanyeol. Walaupun aku sudah mengenalnya lama, aku bahkan belum pernah hangout berdua dengannya, tidak sepertiku dan Jongin dahulu lakukan.
Chanyeol selalu bersikap baik padaku. Ia memerlakukanku seperti adiknya sendiri. Dia sangat berbeda denganku. Chanyeol seorang pribadi yang ceria, mood-ku berkali-kali terselamatkan olehnya. Apa-apa yang terjadi selalu kuceritakan pada kakakku itu, namun ia tak pernah memberiku solusi yang masuk akal.
Suara langkah seseorang terdengar dari kejauhan. Kualihkan semua perhatianku ke arah sumber suara. Di sudut sana, terlihat Jongin berjalan sendiri mendekati jejeran makanan. Jujur, aku sangat jarang-bahkan mungkin tidak pernah- melihatnya berada di kafetaria sekolah. Tumben sekali.
Chanyeol menatapku aneh, "Ada yang salah?"
Aku menggeleng cepat. Sepertinya ia tak menyadari kehadiran Jongin karena ia sendiri sedang duduk membelakanginya. Aku bangkit berdiri bermaksud menyapa Jongin, yea mungkin sekedar basa-basi, menanyakan kau sedang apa disini, atau entahlah.
Kakiku menyandung sesuatu ketika aku melangkah. Di saat yang cepat itu aku hanya memejamkan mataku, siap menghadapi apa yang akan menghantamku. Bodohnya.
1 detik
2 detik
3 detik
Mana bunyi benturannya?
Aku perlahan membuka mata. Kulihat wajah Chanyeol sudah tepat berada di depanku. Oh, ini sangat memalukan. Ini terlalu dekat. Ya. Terlalu dekat. Aku tak bisa bergerak, lebih tepatnya takut jatuh, karena tangan kekar Chanyeol-lah yang menyangga tubuhku. Ia menatap mataku tajam. Memperhatikan mataku, lalu turun ke hidung, dan... bibir?
Oh God. Sadarkan dia sekarang juga.
"C-Chanyeol?" Panggilku untuk mengembalikan kesadarannya dengan sangat teramat awkward. Namun ia tetap melanjutkan aksi penelaahannya itu. Ia menjilat bibirnya sendiri sambil terus menatap bibirku. Tidak lama, ia mulai mendekatkan wajahnya kepadaku.
God. Apa yang terjadi padamu, Yoda? Bukankah kita teman?
Sebelum ia dapat melandaskan bibirnya di bibir suciku ini, aku mendorong dadanya. Tetapi, tenaga Chanyeol sepertinya terlalu besar untuk dapat kusaingi. Aku memutar otakku cepat. Apakah aku harus memukulnya? Menendangnya? Menggigitnya? Tidak mungkin. Ataukah aku harus berteriak? Ah itu pilihan yang sangat bagus tapi akan membuatku malu jika aku benar-benar berteriak. Pilihannya hanya dua: satu, aku akan mengorbankan bibir suciku ini tapi aku tak akan malu seumur hidup atau dua, aku akan berteriak dan harus dapat menanggung malu. Dan di pilihan kedua itu, tentunya aku bisa kehilangan seorang Chanyeol di hidupku.
Aku memejamkan mataku. Tidak berani membuka mata. Aku tidak mau kehilangan seorang teman baik seperti Chanyeol. Tapi aku juga tidak ingin mengorbankan bibirku ini.
"Yak Sehun-ah" Ujar Chanyeol santai seperti tidak terjadi apa-apa. Aku dengan cepat membuka mataku ketika ia mengembalikanku ke posisi semula. Ini mimpi?
"PARK CHANYEOL APA YANG KAU LAKUKAN, HA?" Seruku sedikit membentaknya. Mataku menatapnya intens. Dia memang pantas mendapatkan ini, dia keterlaluan tadi.
Chanyeol duduk kembali kemudian membenarkan bajunya yang sedikit tidak rapi karena tadi kutarik, "Aku menyelamatkanmu, bodoh. Kau bahkan tidak berterima kasih?"
Aku menghela napas kasar. "Ya terima kasih". Aku tak berani bersuara lagi. Terlalu canggung untukku untuk menanyakan hal yang baru saja terjadi. Jadi aku pilih untuk bungkam saja dan melupakan kejadian barusan.
Ah Jongin, aku lupa tujuanku untuk berjalan tadi. Kuarahkan pandanganku ke tempatnya berdiri beberapa saat lalu. Ia sudah tak berada disitu. Kuamati satu persatu bangku yang ada di kafetaria itu. Nihil, tidak ada Jongin. Mungkin tadi aku cuma berkhayal. Tidak mungkin juga Jongin ke tempat ini. Pasti aku salah lihat.
.
karena mendapat votes itu sangat susah, dan gua sadar gua jg masi pemula di dunia penulisan ini (?) jadi gua mau ngepost part ini sebelum votenya sampe 20. karena apa ya, udah dijelasin tadi di awal.
Terima kasih authornim.
Ya.
Sama-sama sayang. Much love for you para readers bala<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Ignorance [KaiHun Fanfic]
Fanfiction"I love you Kim JongIn" Rentetan kata itu berhasil membuat Kai bingung. Bukankah ia baru saja bertemunya setelah sekian lama? Lagipula dia ini straight, ia masih doyan dengan wanita.