The End.

110 5 0
                                    

"I can't life without him"

"...."

"Why he didn't understand how much i love him"

"...."

"I love him. And i gave all over me"

"Hey you please wake up!!! Wake up wake up!!" That sound like... umm.

"Don't disturbing me!! Leave me alone!!"

"wake up or not?!" Ugh.. Okay, i wake up now. Who is that?! SHIT!!

"Kamu mimpi apa? Kamu teriak teriak gak jelas, kamu juga pukul-pukul aku. Sakit tau!" Dia duduk disampingku yang masih terpaku dan berbaring lemas.

"You was leaving me, i'm dreaming" Aku menutup wajahku dengan talapak tangan yang masih sangat terasa dinginnya.

Untung mimpi, aku benar-benar akan hancur jika aku kehilangannya. Kehilangan sosok laki-laki yang ada saat pertama aku membuka mata dari mimpi buruk yang menerjangku habis-habisan dalam pagi hari ini.

"Aku masih di sini, Cher"

"Jangan tinggalin aku, Cher"

"Tidak akan pernah, Cher. Kecuali Tuhan yang mengendaki aku untuk pergi"

Jleb

"Don't said like that. I'm serious, Cher"

"Don't be afraid, Cher" dia mendaratkan ciuman singkat dikeningku dan beranjak menuju kamar mandi.

Aku menyiapkan sarapan seperti biasanya. His favorite menu for breakfast. Aku sangat bahagia dan benar-benar menjadi orang paling bahagia karena memilikinya. Sebagai pacar. Bagaimana tidak, aku mencintainya lebih dari apapun. Dan aku memberikan seluruh yang aku dapat berikan. Untuk kita.

Dia tidak pernah menuntutku untuk bersikap ini itu. Aku nyaman bersamanya. Aku harap dia juga seperti itu menganggapku. Dia memperlakukanku benar-benar sebagai wanita yang penuh kebahagiaan. He is perfect man who i can find in this world. Oh God. I realy enjoy every moment we togethee every moment we made.

Dia sudah rapi dengan kemeja dan siap untum berangkat kerja. Mataku tidak lepas memerhatikan setiap gerak-gerik yang ia lakukan. Aku menyukai perkerjaan ini. Memerhatikannya. Muka tirus dengan alis tebal yang mempesona. Mata coklat yang memancarkan titik-titik rasa yang tak pernah aku abaikan sedikitpun. Sarapan yang tersaji ini mungkin akan terasa hambar jika aku tidak memakabnya sembari memerhatikan tiap gerik lelaki di depanku ini.

Dia memeluku dan memberiku ciuman bibirku singkat.

"Good luck, Cher"

"Bye,Cher"

Dia masih memelukku, rasanya tidak ingin melepaskannya untuk berangkat ke kantor untum hari ini.

"Cher" aku merenggek saat dia melepaskan pelukannya.

"Don't leave me, Cher" aku masih memegang tangannya mengisyaratkan agar iya lebih lama bersamaku.

"Don't be afraid, Cher" dia memelukku kembali dan memberiku ciuman lebih dalam.

"Bye"

...

Aku masih sibuk dengan membolak-balikan halaman berkas yang tidak beraturan dan sangat banyak berjejer dan bertumpuk-tumpum di meja ruang tamu apartemen ini. Oh God!! Ini pekerjaan membosankan saat aku harus mengauditing seluruh laporan keuangan ini. But this is my passion. Aku memilih untuk menjadi akuntan semasa aku masih di sekolah menengah atas. Sekarang, aku harus melakoninya dengan seluruh koesekuensinya.

Aku bahkan kadang harus tidak tidur semalaman karena terlalur dalam pekerjaan yang menenggelamkanku. Namun, ia tetap ada di sampingku. Menemaniku, kadang hingga ketiduran.

Frad.

Benar-benar membuatku luluh untuk setiap detiknya aku bersamanya. Setiap saat ingat bahwa aku memilikinya.

He knows everything make me smile. He knows every steps make me forger about all of my job. My worksheet and all of data i must auditing. Just his smile.

Dia, bagaikan kupu-kupu yang mencintai seekor ulat yang bahkan tidak dapat berkembang menjadi kepompong hingga ia tidak akan pernah berubah menjadi kupu-kupu yang cantik sama sepertinya.

Drttttt Drtttt Drttt..

Konsentrasiku bercabang meninggalkan laptop yang terpaku sedari tadi di depanku.

"Cher."

Tumben jam segini nelpon. Mungkin ada berkas yang ketinggalan. Pikirku.

"Hallo? Dengan Ibu Cloiney?"

"Iya, saya sendiri."

"Maaf buk, saya menelepon ibu tanpa izin, hanya kontak ibu yang dapat saya hubungi. Bapak Fradian mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit Capital Hospital ibu"

Jleb

What next?

I can't imagine what happen next.
God...
Help me.

Kakiku bahkan tak mampu menopang tubuhku lebih lama lagi. Berusaha menyadarkan diri dari mimpi buruk ini.

Tidak! Aku tidak sedang bermimpi.

Cher....

Titik.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang