"Hy" suara itu tiba-tiba membuyarkan pikiranlu tentang gugusa-gugusan deadline yang menantiku. Menantiku untuk merampungkannya malam ini.
"Hy" sahutku. Dia tersenyum padaku, direktur perusahaan yang aku handle ini. Muda, tampan, berkarisma, berprestasi, Oh God. Perfect.
"Nunggu hujan juga?" Dia memulai kembali percakapan diantara kami yang saling berdiam diri di depan kantor perusahaan dagang yang sudah berdiri puluhan tahun.
Aku hanya mengiyakan pertanyaannya. Aku bahkan kelu untuk mengucapkan topik-topik yang biasanya keluar begitu saja saat alu berbicara.
"Ngopi yuk di caffe bawah. Belum tahu kan kalau perusahaan ini punya tempat nongkrong bagi pegawai-pegawainya?"
"Oh ya, boleh" aku baru saja mendapatkan jiwaku untuk berbicara dengan sosok perfect boy yang bersamaku.
Kegiatan tersebut rutin terjadi, saat jam istirahat kantor atau pulang kantor bahkan saat ada jam luang. Aku rasa aku mendapatkan jiwaku di sosok laki-laki ini. Dia tidak hanya mempesona, ia sangat baik, berhati mulia.
Dari ngopi-ngopi bareng, hujan-hujanan bareng, nongkrong-nongkrong bareng atau bahkan hanya melepas penat seusai jam kantor yang begitu mencekik, aku merasa sangat nyaman dengan zona ini. Zona dimana kita merasa saling membutuhkan satu sam lain di luar urusan kantor yang resmi sebagai seorang akuntan yang bekerja menghandle perusahaan yang dipimpinnya.
***
"could you go tp dinner with me, Clo?" Suaranya tiba-tiba menyeruak diseluruh lapisan yang ada di ruang kerjaku, merusak konsentrasiku dari tumpukan berkas yang aku hampir selesaikan.
" What's wrong with you, Frad?" Aku dibuat kebingungan olehnya. Biasanya juga kita nangkring bareng untum mencari makan malam tanpa direncanakan sebelumnya.
"Just ask you, wanna?" Dia sudab duduk di mursi depan meja kerjaku tanpa aku silahkan sebelumnya.
"Okay, Frad. I didn't know. What's wrobg with ylu. Till u ask me something we usualy do it"
"I have something special tonight" dia tersenyum bangga akan pernyataan yang menggantung segera pergi meninggalkan ruang kerjaku tanpa memberiku kesempatan untuk bermata sedikitpun.
Malam hari tiba saat dia sudah menantiku di ruang tamh ditemani papa. Aku memoles bedak dan sedikit lipstin. Can i look beautiful tonight? Oh God. Maybe this is dating? Hm.
"You look beautiful" awwww... he make me melt. Am i beautiful?
"Thanks" Dia berpamitan dengan papa dan segera memacu mobilnya ditengah kepadatan kota yang membuat kita lebih lama di jalan meskipin hanya berjalan beberapa kilometer.
Kita hanya terdiam. Terdiam diantara lagu-lagu yang terputar sayu-sayu. Seolah-olah dia mengerti akan keadaan si sana.
"Clo..?" Dia masih tetap dalam setirnya.
"Frad..?"
Dia tidak lagi melanjutkan ucapannya. Aku hanya bisa diam dan kembali fokus pada jalanan yang gelap. Tetesan demi tetesan hujan hujan membasahi luar mobil. Hingga akhirnya mobil ini masuk ke parkir basement "Dept-capitol City Restaurant and Resort".
Dia memarkir dan kami menyusuri lorong menuju lift. Dia menggenggam tanganku dan aku dapat merasakan betapa dingin tangannya. Aku ingin menanyamannya namun, aku tidak dapat memberanikan diri. Dia selalu menggenggam tanganku dengan santai dan dengan keadaannya yang sama. Dingin.
"Wish you like this dinner, Cher" sea?? Bahasa apa itu? Aku bahkan tidak mengerti apa yang ia katakan. Namun, aku rasa itu adalah bahasa pranciss, aku pernah memiliki nasabah yang istrinya orang prancis. Dari aksennya aku rasa itu adalah bahasa Prancis.
"Clo?" Dia menyadarkanku dari lamunanku.
"Are you okay?" Dia menatapku tajam saat lift berdenting menandakan kita sudah sampai di lantai 32. Sangat tinggi.
"Hm yea, i'm okay. Yes me too" aku dengan sangat kelabakan menjawab pertanyaannya yang dengan samar aku dengar tadi. Kami duduk di salah satu meja di balkon. Pemandangan kota di malam hari sangatlah bagus. Memesan beberapa makanan, ya ini restoran kelas atas. Aku beberapa kali ke sini untuk meeting dengan client ku, beberapa perusahaan asing dan perusahaan dalam negeri.
"Je t'aime..."
Aku tidak tahu apa artinya. Namun, dia mengucapkan dengan serius. Memegang sebelah tanganku. Aku dibuat jatuh, jatuh cinta lebih dalam dan dalam."Would you be mine?"
Dingin. Oh God!
Whatt???
Its so sweet.
Aku tidak bermimpi kan?
Walaupun aku bermimpi tolong jangan bangunkan aku.
Jangan bangunkan aku karena mimpi ini sangat indah
With 12 red rose and 12 white rose. Perfect boy. Bagaimana bisa aku menolak ini. Kamu terlalu sempurna bagiku yang hanya.. oh my God! Seriously. I dont know. What i would say now.
"Yea" aku menjawab tanpa ragu. Mungkin, saag ini aku memerah benar-benar memerah. Tidak mengangka jika ini akan terjadi.
***
Ngarep sekali aku di so sweet in kayak gitu.
Peka ne e peka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik.
RomanceTitik. Mengawali berbagai macam goresan. Lembut, tegas, kasar dan halus. Goresan yang mengandung berbagai makna. Goresan yang mengisahkan berbagai cerita. Goresan yang meluapkan isi hati penciptanya. Goresan yang menguak berbagai bilur yang menerpa...