One

7K 454 0
                                    

Hari ini berita David akan menikah sudah tersiar ke seluruh negeri. Dan ngerinya lagi, ponsel serta telepon rumah David tak kunjung berhenti berdering. Hal itu sungguh membuatnya pusing.

Dan yang paling membuat pusing adalah ketika Ibunya memintanya untuk pulang dan tinggal bersama dengan mereka.

"Tidak bisa Okasan! Aku harus tinggal di sini, karena aku bisa telat ke lokasi syuting jika aku pulang ke rumah dulu..."

"Tidak ada bantahan. Datanglah, dan jelaskan siapa perempuan itu! Oh, bawa perempuan itu sekalian ke rumah!"

David menutup ponselnya. Sejak media massa itu mengumumkan tentang beritanya akan menikah, dia semakin pusing. Bahkan, manajernya sendiri mengomelinya karena dia tidak memberitahu apa-apa pada manajernya itu.

Begitu pula Kris, yang baru kembali dari Jepang, untuk perjalanan bisnisnya. Leo, Tatsuya dan Carlos pun juga ikutan kaget karena mereka merasa di khianati, tidak diberitahu langsung oleh David.

David melihat kartu nama Tyas yang terletak di atas nakasnya. Kehidupan sebagai lajang, dengan rumah yang di dominasi dengan warna serba putih, sesuai dengan warna favoritnya adalah hal yang sangat menyenangkan. Tapi semuanya berubah semenjak berita tentang dirinya akan menikah.

Sepertinya, tidak ada salahnya bagi David untuk mencobanya. Terlepas dari status Tyas sebagai pramugari.

Masih dengan keadaan yang baru bangun tidur, memakai kaos putih, dan celana putih pendeknya, serta keadaan rambut yang berantakan, David meraih ponselnya lalu dia mulai mengetik beberapa nomor yang merupakan nomor ponsel dari Tyas.

"Halo?"

"Oh hai, hello. This is me, David. Can we meet?"

-----

Berakhirlah David kini berada di Fons. Dan Kris berada di hadapannya seperti biasa.

"Hei, sebenarnya kau melakukan ini untuk apa sih?"

"Balas dendam," jawab David. "Semua karena Indah! Gadis menyebalkan yang sudah membuatku seperti ini!" Seru David, lalu dia menyedot dengan kesal jus sirsak tanpa gulanya itu dengan cepat.

"Hei, hei! Pelan-pelan Vid!" Seru Kris, "Lalu, siapa sebenarnya perempuan ini yang membuatmu tidak meminum tequila maupun vodka untuk menemuinya? Apa gadis ini benar-benar sempurna bagimu?"

"Mungkin bagiku, tidak untuk Ibuku."

"Itu pertanda yang buruk berarti," sahut Kris. "David, apa kau yakin kalau Ibumu akan menjodohkanmu dengan salah satu perempuan dari kampungnya jika kau gagal menikah kali ini?"

David menghela napas panjang. "Sejak kapan Ibuku bercanda soal hal yang dia ingin lakukan kepadaku?"

"Betul juga ya."

Kriiing!!!

Sosok perempuan tinggi dan ramping yang sempat bertemu dengan David beberapa hari lalu itupun masuk ke dalam Fons, dan ia pun duduk di sudut Fons. Sepertinya. Dia tidak menyadari kehadiran David yang ada di meja bar.

David meninggalkan Kris, lalu mendekati Tyas.

"Mm... halo. Ingat denganku?"

Tyas menoleh kepadanya, dan tersenyum. "Tentu."

"Maaf sudah membuatmu menunggu," kata David.

"Tidak. Aku baru sampai beberapa menit yang lalu," kata Tyas. "Jadi... apa yang ingin kau bicarakan padaku?"

David tidak terlihat gugup lagi. Seketika, dia ingin melihat apa mungkin gadis di depannya ini merupakan gadis yang pernah dikenalinya dulu. Jadi, David akan berusaha.

Mr. Laugh and The Airplane GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang