Ten

4.4K 350 5
                                    

Harus dipahami bahwa jatuh cinta akan membuat siapapun lupa diri akan orang-orang disekitarnya. Tapi, kau harus lebih memahami kalau patah hati, putus cinta akan jauh lebih menyiksa orang-orang disekitarnya yang berhubungan dekat dengan orang yang bersangkutan. Kau tahu, pada kasus ini adalah David Kajima.

Beruntung, karena semua kontraknya sudah habis, sehingga dia tidak perlu bertemu dengan orang-orang yang malah akan membuat hidupnya lebih ruwet. Di rumah, menyendiri, sendirian. Itulah yang dilakukannya selama tiga bulan terakhir.

Tevin sendiri tak sanggup meladeni setiap kelakuan bodoh yang dilakukan oleh David.

Saat David memasang berita di TV, yang muncul adalah berita bahwa Indah dengan--siapapun nama--calon suaminya itu sedang mencari cincin pernikahan yang akan mereka pakai. "Cih! Dasar Nenek Sihir!"

"Sudahlah, Vid! Kau mau sampai kapan seperti orang tidak punya kerjaan seperti ini?" tanya Kris, menyadarkan David untuk kesekian kalinya. "Apa kau tidak kasihan kepada Alex, Tatsuya, Carlos dan Leo yang harus rela-relaan untuk begadang, menemanimu disini? Meninggalkan istri dan anak mereka hanya untukmu?"

David mendengus, lalu melihat empat pasang mata yang menatapnya dengan kasihan, kesal dan... sulit untuk di artikan. "Aku tidak meminta mereka untuk datang. Hanya kau yang aku minta, kan, Kris?"

"Apa kau pikir kami bisa membiarkan Kris menderita sendirian karena ulah yang kau buat sendiri?" Tanya Alex. "Setidaknya, berhentilah membuat orang-orang disekitarmu pusing memikirkanmu yang seperti bocah ini!"

"Oh, ayolah... ini bukan hal yang menyenangkan sama sekali untuk di bahas kau tahu?"

"Kau yang memutuskan hubunganmu sendiri dengan Tyaskan, beberapa bulan lalu?" Tanya Carlos, "Aku masih ingat saat kau memukul tembok dan merintih kesakitan di esok harinya karena kau emosi. Siapa suruh kau malah meninggalkan Tyas?"

"Kau ini selalu memiliki hal yang lebih dibandingkan kita semua, Vid," Tatsuya mengakuinya, "Karier yang bagus sebelum kami lulus kuliah. Rumah yang bagus, sebelum kami mulai bekerja. Tapi, kenapa kau memiliki sifat jelek seperti ini, sih?"

"Kau bahkan menasehatiku untuk meminta maaf pada Ayahku saat aku bersikap kurang ajar kepada Ayahku," jelas Leo, "Kau melakukan hal yang sama pula kepada Carlos saat dia tidak mau mengoperasi ayahnya yang sudah terkena serangan jantung. Tapi, lihatlah dirimu sekarang, Vid. Kenapa kau malah menjadi orang yang sepertinya selama ini menggunakan topeng?"

Mendengarkan kejujuran itu adalah satu hal yang paling tidak disukai oleh siapapun. Walaupun setelahnya, kau akan merasa lega, tapi tetap saja kau akan merasa tidak enak.

"Kau itu seorang komedian," tambah Kris, "Kau pandai membuat orang-orang disekitarmu tertawa dan tersenyum senang karena senyummu, dan perkataanmu semua. Tapi, dibalik layar, kau malah menjadi kacau."

"Itu karena Tyas. Karena Caca. Aku bisa tersenyum, tertawa, dan membuat orang lain senang karena aku selalu mengingatnya."

Pengakuan itupun bergulir begitu saja.

Rahasia yang selama ini disimpan oleh David pun terbongkar. Alasan yang membuatnya tersenyum, alasan yang membuatnya ingin melihat orang lain senang, dan menghapus segala kesedihan yang muncul dari orang lain adalah karena gadis kecil yang selalu melekat dibenaknya, yaitu Tyas, yang dikenalinya sebagai Caca semasa kecil dulu.

David pertama kali bertemu Caca di Pangandaran, sewaktu usianya dua belas tahun. Saat itu, David baru pindah dari Jepang, dan menetap di Pangandaran karena bisnis ayahnya selama setahun.

Gadis itu menangis. Katanya, dia baru saja kehilangan ibunya. David pun menghibur gadis kecil yang baru berusia enam tahun itu. Mengantar gadis itu pulang, sekaligus menemui ayahnya.

"Alasan Caca menangis bukan karena ibunya yang pergi, tapi karena ayahnya akan menikah lagi dengan orang lain," jelas David.

Tapi setelah bertemu David, dan berhasil membuatnya tersenyum lagi, David pun bertekad akan selalu melakukan itu pada Caca setiap hari. Sepanjang hidupnya.

"Dan kau meninggalkannya?" Tanya Alex. "Kau menemuinya lagi di Pub waktu itu, bersamaku. Dan kau melihatnya menangis bukan?"

"Karena Si Brengsek itu dia menangis! Dia membuat Cacaku menangis lagi seperti dulu!"

"Apa bedanya denganmu sekarang?" Tanya Leo skeptis sambil membuka kaleng bir. "Kau juga membuatnya menangis tiga bulan yang lalu setelah kau mendeklarasikan kalau kau ingin putus dengan perempuan lemah yang tak punya daya juang sepertinyakan?"

David membulatkan matanya. "Apa benar aku mengatakan semua hal kejam itu padanya?"

Carlos memutar bola matanya lalu mengangguk. "Tepatnya, jauh lebih kasar lagi dari itu. Kau bahkan menghina profesinya sebagai pramugari, mengatakan kalau dia perempuan murahan yang bekerja menjadi pramugari, bahkan kau berani untuk menanyakan, 'sudah berapa lelaki yang kau layani? Ah, apa mungkin kau pernah mengaborsi anak hasil kehidupan bebasmu?'"

David menjambak rambutnya sendiri, tak percaya dengan apa yang dia katakan pada Tyas begitu kejam.

"Lalu, mengapa kau bisa tahu dia menangis?"

Leo meletakkan bir kalengnya di atas meja lalu menjawab. "Dia menabrakku saat keluar dari Fons dengan keadaan wajah yang basah, mata yang bengkak. Jadi, aku membawanya ke rumahku."

"Bohong!"

"Dia mencintaimu, Vid," kata Leo untuk menyudahinya. "Dia pergi ke Spanyol karena ada urusan tertentu yang harus diurusnya. Setelah kembali, kalian bisa menikah."

"Lalu mengapa dia bilang harus berpisah untuk sementara?"

"Itu sih..." Leo menggantungkan ucapannya.

Semuanya mulai mengulum senyum.

"Hei!! Katakanlah!!" Seru David gusar.

"Kau tanya saja sendiri pada Tyasmu," goda Tatsuya sambil tertawa. "Seperti yang kau tahu, kau memiliki rahasia tentang pertemuan masa kecil kalian. Begitu pula dengan Tyas yang punya rahasianya sendiri."

"Astaga, Tatsuya! Kau juga tahu?"

"Kami semua tahu, Vid. Hanya kau yang tidak," ralat Alex.

Kris pun menutup mulutnya. "Tidak. Aku tidak akan mengatakannya Tuan Pemaksa."

David menundukkan kepalanya. "Aku saja tidak tahu dia dimana sekarang..."

"Hmm...." Carlos mengeluarkan selembar tiket pesawat tujuan Madrid.

"Anggap ini sebagai tiket untuk pre-honeymoon kalian. Jelajahilah Madrid," gumam Tatsuya.

David melirik dengan pasti tiket itu.

MOSCA AIR
Depart : 03.20 p.m. Bandara Soekarno Hatta
Arrive : 09.40 a.m. Aeropuerto Adolfo Suárez Madrid-Barajas

David meraihnya. "Tapi visa dan passportku sudah habis masa berlakunya. Bahkan aku belum pernah ke Spanyol--"

"Kau harus berterima kasih pada Tevin juga yang mati-matian mau merepotkan dirinya bolak-balik ke Kedutaan Spanyol hanya untuk meminta visa demi kau," jelas Alex. "Kami saja tidak mau."

David tersenyum senang.

"Tevin sendiri juga uring-uringan karena kau tidak mau kerja dan mengurung dirimu di rumah sepanjang siang dan malam," tambah Kris.

David memeluk Kris, Tatsuya, Alex, Carlos dan Leo secara bergantian. "Aaaaa!!! Kalian semua memang hebaaat!"

"Hei, hentikan Vid! Ini mengerikan!!" Balas mereka berlima.

Mr. Laugh and The Airplane GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang