Kill Or Be Killed 09

964 68 5
                                    

[Author P.O.V]

Hari ini dimana seluruh para murid akan melanjutkan survivalnya. Rasa takut terus menghantui para murid kecuali tiga murid yang sedang ditepi kolam air macur. Suasananya hening. Diantara mereka bertiga tak ada ataupun yang memulai pembicaraan. Bahkan, mereka hanya berfokus apa yang dikerjakan masing-masing. Sepertinya, mereka belum akrab satu sama lain.

Asap kabut tiba-tiba saja menyelimuti taman ini. Semua orang tidak terkejut akan fenomena ini karena mereka telah mengetahui bahwa itu merupakan pertanda master pembuat dunia ini telah datang. Seorang berambut pendek berwarna putih sedang melayang di langit-langit. Semua orang menatapnya termasuk tiga orang yang sibuk di tepi air mancur tadi.

Tatapan yang diberikan seluruh murid kepadanya adalah rasa benci, seakan-akan merrka ingin sang pembuat dunia itu tidak terlahir. Tapi, berbeda dengan dua gadis yang kita bicarakan. Dia mengembangkan senyuman yang tidak dapat diartikan oleh orang siapapun. Jika seluruh murid melihat mereka berdua pasti mereka akan berpendapat bahwa itu adalah hal pertanda buruk. Sang pencipta itu hanya cuek saja melihat seluruh respon dari para peserta pemainnya. Dia menghela nafas pendek kemudian tersenyum mengerikan. Semua yang melihatnya refleks ketakutan. Yah, kecuali tiga dan kalian pasti telah mengetahuinya.

Tawa sang pencipta itu tiba-tiba meledak. 'Aneh', 'gila', 'tidak waras', itu adalah kata-kata yang terpikir oleh semua murid. Coba kau bayangkan bila ada seseorang secara mendadak tertawa tak jelas. Pasti, kalian menganggap orang itu sudah tidak memiliki otak sehat lagi.

"Nah,nah,nah. Selamat datang ke surveval kembali. Karena kalian sudah mengetahui aturannya... jadi, aku hanya mrngucapkan selamat berjuan semoga yang lemah akan mati mengenaskan di dalam sana," ucapnya dengan seringai.

Yang merasa dirinya lemah seketika mendapatkan perasaan buruk akan terjadi pada dirinya. Sedangkan yang menganggap dirinya kuat akan mrnhabiskan si lemah dengan ganas. Yah, alasan sang pencipta berkata begitu dikarenakan dia menginginkan seluruh peserta game ini membangkitkan nafsu membunuhnya, agar game ini lebih mengasyikkan daripada permainan terdahulu.

Sang pencipta itu atau kita sebut saja master Akune sedang menyentuh gerbang Yang sangat besar tersebut dengan jemari-jemarinya yang kecil. Perlahan, gerbang tersebut terbuka sedikit drmi sedikit.

Dag, dig, dug!

Yah, seluruh jantung para murid berdenyut dengan cepat. Gerbang tersebut sudah terbuka lebear dimata mereka. Seulas senyuman terukir diwajah master.

"Game... Start!"

Dan seluruh murid berjalan memasukinya.

[Author P.O.V end]

[Mine P.O.V]

Langkahan kaki bergema ditiap-tipa detik. Sepertinya, semuanya panik akan permainan ini. Tapi, kenapa? Aku bahkan heran mengapa mereka tidak menikmati permainan ini? Padahal dunia ini lebih baik dibanding dengan dunia yang nyata. Yah, begitulah pendapatku.

Akan kuceritakan beberapa memori lagi kepada kalian kejadian yang sangat menyenangkan.

-flash back On-

"Apa kau tidak puas dengan semua ini?" ucapnya dengan nada tinggi.

Aku hanya menatapnya, orang didepanku, sahabtku. Tapi, itu dulu. Kuhapus darah yangtersisa di luar mulutku dengan jari jempol tangan kiriku. Pedih, sakit, itulah kurasakan. Bukan hanya pedih karena fisik, tapi, di dalam juga terasa pedih.

"Kau... kau... sudah mengambil semua milikku! Mulai dari rangking, kemudian perhatian dari orangtuaku, dan lagi perhatian dari orang yang telah kusukai! Apa kau tidak puas!" Bantaknya.

Aku terdiam dan terus menundukkan kepala sedangkan dia meneteskan air mata dengan deras. Saat ini, kami berada dibalkon sekolah. Terik mentari yang sangat panas menambah keheningan diantara kami. Isakannya terus terdengar ditempat ini.

Apa salahku? Aku tak pernah berniat melakukan hal sekeji itu. Kenapa kau menyalahkanku?! Aku mendapatkan rangking karena aku belajar giat! Dan perhatian? Salahkan kepada mereka!

"Hiks... Lihat saja Mine! Akan kebuat kau menderita dan akan menyesesali semua ini!" Ucapnya kemudian meninggalkan diriku yang masih terduduk dengan tatapan kosong. Sungguh teganya dia. Aku yang disalahkan. Dasar bodoh.

Kupalingkan pandanganku ke langit-langit yang begitu menenangkan. Entah mengapa, hatiku yang tadinya sangat dendam dengannya menjadi tenang. Para burung sedang bertebaran diangkasa dengan bebas ingin sekali aku seperti mereka.

Yah, aku ingin bebas. Setiap orang yang berteman denganku pasti kelamaan akan iri denganku. Dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas ini nasibku seperti ini. Hanya berputar. Yah, tidak mendapatkan nasib lain.

Sejak itu, sahabatku mulai membullyku, memfitnahku, dan mengerjaiku ditiap waktu istirahat. Seluruh orang baik yang mengenalku atau tidak mulanya khawatir akan diriku. Tapi, entah mengapa sedikit demi sedikit mereka menjauh bahkan, tak menganggapku ada lagi. Sakit, bagaikan buah jarum terus menusuk jantungku. Sesat, seperti tak bisa bernapas.

Mulai saat itu, aku diturunkan dari kelas A menjadi ya... kau tahulah dimana. Bahakan, para guru yang mengenaliku melupakanku begitu saja.

*******

Cahaya jingga menembus cermin ditiap koridor yang membuat koridor yang telah kulewati lebih berwarna. Sampai aku melewati kelas A, kelas lamaku. Suara tawa 'dia' terdengar ditelingaku. Suaranya bergema tak lupa juga disertai dengan tawa para temannya.

"Kau, tahu. Teman-Ah, bukan, orang yang bernama Mine sangat terpukul akan perbuatanku. Hahaha," ucap sahabat 'dulu' ku.

Dengan gerakan cepat, aku bersandar di samping pintu yang memiliki cela yang kecil dan menguping pembicaraannya.

"Ah, ya. Aku tadi melihatnya loh. Hahaha semua orang tidak ada lagi yang mempedulikannya." ucap salah satu temannya.

"Dan kalian tahu? Sebenarnya aku tidak pernah berniat berteman dengannya. Aku hanya memanfaatkannya. Hahahaha! Dasar gadis bodoh."

Aku mengepalkan kedua tanganku. Jantungku berdenyut dengan cepat dan entah mengapa cairan bening keluar dengan begitu saja dari kedua mataku. Dengan langkahan berat nan cepat, aku menjauh dari ruangan itu. Dan inilah aku membuat pertamakali mottoku yaitu aku tidak ingin membuat tenaga dan waktuku yang tidak berguna.

Mulai hari itu, aku tak lagi bertemu dengannya.

-Flash Back And-

Tak terasa, kami telah sampai di tempat terakhir kami bermain. Tiba-tiba saja sebuah papan muncul begitu saja. Bagian kiri papan itu tertara angka 427 sedangka bagian kanannya tertara angka 0.

Suara permainan dimulai menggema dalam gedung itu. Semuanya beraksi dengan taktik sendiri. Sedangkan aku hanya mengibaskan pedang dengan santai. Karena tidak fokus akan sekirtar, tiba-tiba saja ada yang tidak sengaja menabrakku.

Keseimbanganku mulai tidak terjaga tapi dengan susah payah berusaha menyeimbangkan tubuhku. Dan disaat itu. Dia, sahabatku, hanya satu meter berada didepanku, mata kami bertemu.

Sungguh, pertemuan yang mengejutkan.

#ToBeContinue#

Akune: akhirnya selesai~~

Yura: ngangguk setuju

Mine: apa ada pembunuhan tragis dichapter selanjutnya? *ngelirik Yura & Akune dengan seringai*

Akune: pasti ada *menyeringai*

Akune & Mine: *tertawa Psikopat*

Yura: *ngeluarin keringat dingin* gawat mode psikopat mereka pada on O_o s-sebaiknya d-daku harus pergi se-

Akune & Mine: *ngejar Yura disertia dengan pedang masing*

Yura: HEEEEELP MEEEE!!!

Kill Or Be KilledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang