Kill Or Be Killed 11

747 69 9
                                    

[Mine Pov]

"TIDAAAAAAAK!"

   Teriakan mereka sangat keras membuatku ingin cepat mrngukumnya. Dengan jentikan jari, isolasi berada di dalam genggamanku. Ku berjalan mendeka mereka yang sedang terikat tak berdaya, untuk apa? pastinya, ingin mengunci mulut mereka.

"Jawab pertanyaanku, kenapa kalian melakukan ini?" Tanyaku.

"Hmphmphnhppmh! (Artinya: Bagaimana kita bisa berbicara dengan mulut tertutup bodoh!) " jawab Ryoto.

  Apa tang dia katakan? apakah dia bego atau bodoh, aku tidak mengerti ucapannya.

"Kau ingin main-main?" ucapku dengan senyuman yang mengerikan plus pedangku dalam genggaman.

.

.

.

.

"Ah maaf, aku lupa membuka isolasinya." ucapku yang kini sudah sadar akan kebodohanku. Astaga... Aku sangat bodoh.

   Kutarik isolasi itu dengan paksa membuat mulut mereka berwarna merah, ringisan terdengar pada mereka, hah! rasakan itu.

"Jadi, jawab pertanyaanku, kenapa kalian melakukan ini?" ucapku poin to poin.

"Aku ingin membalas perbuatanmu."

   Aku pacepalm atas jawabannya, satu mantra pendek kuucapkan untuk membuatnya--

Bruk

--Pingsan.

  Sekarang, kupalingkan tatapanku ke Nie, dia tersenyum dan itu sangat aneh plus mencurigakan dan entah mengapa itu pertanda hal yang buruk.

"Sekarang, kau yang ja--"

"Sayangnya itu rahasia. Tak akan kuucapkan."

  Jika cara lembut tidak terpengaruh padanya, maka tak ada jalan lain kecuali memakai kekerasan. Pedang yang ada di genggamanku sangat siap untuk membelahnya. Namun, rencanaku tertunda yang dikarenakan sebuah surat jatuh yang pastinya dari master, aku penasaran dengan isi surat itu.

   Dia sudah membacanya, kemudian merobek kertas itu menjadi potongan kecil dan membakarnya.

"Kenapa kau melenyapkan surat itu?" ucapku dengan nada yang tinggi.

"Karna itu tertulis dalam surat. Ah ya, master Akune mengetahui rencanamu tadi, walaupun aku juga mengetahuinya karena gerak gerikmu yang cukup mencolok. Dalam surat itu, kamu dan aku harus bertanding untuk mendapatkan rekaman suaramu itu. Peraturan dalam pertandingan ini, bila sudah menyerah katakan saja, hanya maksimal memakai tiga sihir dan yang paling penting jangan sampai membuat lawanmu mati." ucapnya panjang lebar. Entah mengapa seringai kembali datang di wajahku.

"Sayangnya, besok baru diadakan pertarungan itu." lanjutnya kemudian keluar melewati jendela.

  Aku sangat yakin, saat dia terikat, sangat mudah baginya untuk lepas dari itu. Dia sangat misterius, beberpa hari yang lalu, dia tak pernah kembali ke rumah. Bukannya aku menghawatirkannya, tapi, ada yang dia sembunyikan dari ku--ah bukan, dari semua pemain di sini. Daripada memikirkan hal itu, lebih baik aku masuk ke kamar.

*********

   Pagi yang cerah, sinar mentari menyirani dunia permainan ini membuat semangatku meluap-luap, hari ini pertarungan akan dilaksanakan. Tapi, di mana yah?

   Sebuah sepucuk surat berada di meja membuatku cukup penasaran tulisan yang tertara. Dengan santai, kuambil surat tersebut kemudian membukanya dan membacanya.

For Mine

   Pertandingan dimulai di Alfredethur pada pukul sepuluh. Bila tak datang,  pertanda buruk akan mendatangimu.

Akune.

Siapa kata aku tidak akan datang? dengan,senang hati kuhadir dan mengikuti pertarungan ini. Ayolah, hanya bertarung yang membuatku bersemangat. Ini masih pukul sembilan, lebih baik aku turun untuk sarapan, mungkin ada Nie di sana.

********

   Master Akune terbang dengan seseorang yang entahlah siapa itu. Terlihat, mereka tersenyum tapi bukan artian senyuman tulus namun senyuman yang biasa dikeluarkan, senyuman seringai.

"Selamat datang di Alfredeithur, sesuai isi surat yang aku kirimkan, srbuah pertarungan akan di mulai." ucapnya dengan nada gembira.

"di sebelah kiri kami, seorang pemain pedang ahli, sebut saja Mine," ucap orang di samping master Akune.

   Semuanya bersorai, sedangkan aku hanya diam dan memasang wajah datar. Aku tak butuh dukungan, dengan kekuatanku, akan kukalahkan Nie dengan mutlak. Ah ya, sekarang pertarungannya akan di mulai, perkiraanku hanya pertarungan biasa tak ada yang menontonnya, namun nyatanya banyak yang menonton pertarungan kami atau bisa di katakan seluruh penghuni dunia ini.

"Di samping Kanan saya, seorang ahli sabit malaikat maut, sebut saja Nie." lanjut orang di samping master Akune itu.

"Oke, Pertarungan... Dimulai!" ucap master Akune.

  Pertama, Aku dan Nie saling bertatapan, seringai terukir di wajahnya san akupun juga. Namun, raut wajahku berubah seketika. Terkejut akan penglihatanku, ataukah ini hanya ilusi?

   Apakah, mata Nie berubah menjadi merah?

#To Be Continue#

Yura: Pendek ya? ^^'

Mine: Banget.

Akune: Hmm... Yah, kan gini aja kemampuan daku ^^'

Yura: Ah ya, bila ada yang heran kenapa Mine itu baru menyadari mata Nie dapat berubah menjadi merah, karna saat mata Mine menjado merah, dia melupakan apa yang dilakukannya. Atau, bisa dikatakan dia mengalami amnesia setelah memakai mata merahnya.

Akune: Ditunggu episode spesial keluar ya~~

Nie: Hm... kalau bisa jangan lupa tinggalkan jejak ye~~~
Yah... Aku kasian aja ama authornya...

Kill Or Be KilledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang