Kill Or Be Killed 13 (end)

912 56 9
                                    

[Mine POV]

Setelah Ryoto menjelaskan semuanya, kini aku sanagt mengerti rencananya. Ternyata, Nie adalah seorang murid dari adik Master Akune-Master Yura. Pantas saja dia dapat memakai mata merah itu dengan baik dan lihai. Dan juga, ini semua rencana Nie untuk mengalahkan Master Akune.

Kata Ryoto, permintaan yang tiga itu :

1. Membuatku pulih kembali;

2. membuat seluruh pemain di dunia ini mati kecuali Dia, Ryoto dan Aku;

3. bertarung dengan kami untuk mengakiri permainan ini.

Lantas, di mana Nie? Sedaritadi batang hidungnya tak nampak, "Kau mencariku?" ucap seseorang yang sangat kuyakini bahaa itu Nie.

Aku mengalihkan pandanganku. Dia tersenyum menyeringai dan aku tidak peduli. "Paertarungan tadi lumayan membuatku senang." ucapnya dan aku hanya tidak menghiraukannya.

"Nah, sekarang peetarungan di mulai." Kami memandangnya, dia--Master Akune dengan alat pertarungannya. Seringai sangat jelas mengukir wajahnya mungin, dia merasa senang Dan Akhirnya pertempuran antara kami dan Master Akune di mulai.

"Astenoyonie!" seketika pedangku di lumuri dengan api yang membara tak lupa dengan kukombinasikan dengan mantra pencepat agar mata kami tidak saling memandang dengan lama. Alasannya, bila pandangan kami bertemu dan menandang cukup lama maka dia bisa mengambil kesempatan itu seperti saat kami memandangnya lama dan mata kami bertemu kemudian dia memikirkan kepa kami pecah maka hal itu akan terjadi, seperti nasib orang saat pertamakali masuk dalam dunia atau dalam definisi ku game ini.

Dengan lihai memainkan sebuah tari pedang terus berusaha melukai sang Master namun sayangnya tak terpengaruhinya. Baju tempurnya sungguh kuat, bahkan tak menampakkan goresan maupun lecetan pada baju tempurnya.

Ryoto dan Nie sedang melakukan penyerangan kombinasi namun naasnya di tangkis hanya dengan satu jari saja, sungguh tangguh. Pergerakan harus semakin cepat yang dikarenakan Master Akune memakai kedua senjatanya. Oke, biar aku disikripkan mode tempurnya. Pakeannya yang terbuat dari baja yang spesial namun sedikit err... terbuka, sebuah pistol raksasa di tangan kirinya dan sebuah pedang di tangan kanannya dan aku tak tahu terbuat dari apakah itu. Tak lupa juga, sepasang sayap yang sangat unik dan luar biasa, dapat mengeluarkan tempakan dengan kecepatan yang lumayan cepat.

Menurut perkiraanku, hanya sepuluh persen dapat memenangkan pertarungan ini, kh, sungguh nasib yang buruk. Napas kami terengah-engah, lelah karena semua kekuatan kami telah terkuras cukup banyak dan sepertinya kami akan kalah.

"Hanya samapai di sini kemampuan kalian? Ah... membosankan." sindir Master Akune. Aku yang tidak menerima ucapnnya seketika memaksakan menggerakkan tubuh untuk mencincangnya. Dan entah apakah itu sebuah ilham atau apa, sebuah ide yang brilian muncul tiba-tiba dalam pikiran.

Sebuah kode mata kukirimkan pada Ryoto dan Nie dan disambut dengan baik. Seluruh tenaga kami keluarkan untuk mengelabui Master Akune agar rencana kami akan berjalan dengan lancar. Dan saat ada kerusakan pada sayapnya, kami tak akan membuang waktu berguna ini. Segera, kami berkumpul dan saling menggenggam tangan dan membentuk posisi lingkaran. Namun sebelum itu, Ryoto telah membuka mantra pelindung yang akan hanya bertahan dua puluh detik saja.

Dan mengkombinasikan mantra akhirnya di mulai. sebuah lingkaran sihir muncul di bawah kami dan saat proses ada sebuah ikatan batin yang menghubung satu sama lain, dan anehnya penghubung ini membuat diriku nyaman.

Kami mengucapkan mantra perubahan kami masing-masing dan entah mengapa do bawah kami mengeluarkan cahaya putih dan hitam. Pertamanya, perkiraanku akan gagal namun ternyata berhasil.

Cahaya itu menghilang yang digantikan dengan baju tempur yang sangat menarik. Bahan Bajunya sama dengan bahan yang digunakan Master Akune. Dan yang lebih kagumnya lagi, sebuah senjata muncul seketika di hadapan kami. Bukan, bukan hanya itu juga, aku dan senjata yang sekarang berada di hadapanku sepertinya memiliki tali batin yang terhubung, serasa senjata itu rela digunakan olehku walaupun pada akhirnya dia akan rusak.

Aku tersenyum, bukan senyuman seringai. Namun, senyuman yang tulus kepada pedang itu. Ku genggam pedang itu dengan sambutan hangat.

"Tak akan ku biarkam kalian menang dalam pertarungan ini!" sebuah teriakan keras dan bergema dalam area ini yangbersumberkan dari Master Akune yang memancarkan ekspresi marah, tegang dan ekspresi tidak suka. Peluru meluncur dari senjatanya, membuat kami tersenyum menyeringai dengan adanya ini kami akan mengalahkannya.

Senjatanya sangat mudah dipakai, bahakan dapat membelah peluru kecil saat mengarah pada kami. Bahkan, bila hanya diayunkan saha mengeluarkan angin yang dapat menjatuhkan seluruh peluruh itu.

"Sekaran, giliran kami!" ucapku kemudian dengan gesit dan lihai menyerang Master Akune. Keadaan telah berbalik, kini sebuah cahaya kemenangan dapat kami lihat. Dengan tenaga yang kami punya terus menghancurkan pertahan Master Akune.

Karena keseriusan dan kekompakan kami, tak terduga baju tempur Master Akune mulai rusak, listrik-listrik yang menghubungkan kabel dalam baju tempurnya terlihat sangat jelas di mata kami.

"AKU TAK AKAN BERMAIN LAGI!" amarahnya meledak, saat ini sisa pedangnya lah senjatanya. Entah sejak kapan dia berada di belakangku dan hampir saja rbunuh jika tidak menjauh darinya dan yah... walaupun tangan kiriku menjadi korban. Kh, lumayan sakit.

Sementara menahan rasa sakit ini, kualihkan pandanganku pada Ryoto dan Nie.
.

.

.

.

Mereka tidak lagi menjadi mode sepertiku, melainkan mereka kembali menjadi semula. Ryoto telah pingsan sedangkan Nie mulai kehilangan kesadaran. Aku terkejut, sejak kapan mereka terkena serangan Master Akune? Mungkin semakin murkanya dia ingin menghabisi kami bertiga dengan cepat.

"MINE! PAKAI MATA MERAHMU!" Teriakan Nie membuatku sadar akan lamunanku. Terlihat dia tersenyum lembut kemudian tak sadarkan diri.

[Author POV]

Mine mulai merapatkan matanya mencoba mengaktifkan mata merahnya. Master Akune manatap sinis, 'Bodoh' pikir sang Master. Dengan gerakan cepat, Akune kemudian menyerangnya dari depan, serangan Akune tidak dapat menggapai Mine dan itu membuatnya gelisah plus bingung, seingatnya dia tak melihatnya memakai mantra saat berkonsentrasi.

Mata Mine terbuka lebar, memperlihatkan mataerah yang sungguh indah dan mensiratkan ingin membunuh, Akune bahkan sempat terkejut namun dengan cepat sadar kemudian menyerang sang pemeran tokoh utama kita.

Sebuah suara pedang beradu sangat hejelas dalam area itu. Akune semakin gelisah karena pedangnya kemungkinan akan patah.

Saat satu serangan yang diterima, pedang Akune kini telah patah tak dapat di perbaiki.

'Gawat, aku tidak membawa senjata cadangan.' pikirnya.

Selama dia berpikir disitulah kesempatan Mine mwnyerangnya. Segera dia berlari dan membuat goresan pada Akune.

Kini, tak ada ampun bagi Akune. Mine terus menyerangnya dengan sedikit bumbu mantra untuk pedangnya.

"Dan ini untuk serangan yang ke dua puluh dua. Anata wa shinde imasu [1] !" Dan serangan Mine berjalan dengan lancar. Kini akune telah kalah, hanya menyisakan kerangka tulangnya.

Sebuah cahaya mengelilingi tubuh Mine, Ah bukan, seluruh peserta dunia ini.

"Sekarang, kesan ke-3 ku adalah, dunia ini yang menyenangkan."

Dan semuanya telah pergi dari dunia itu, kembali ke tempat semestinya, Bumi.

[End]

[1] Anata wa shinde imasu! (artinya) :Matilah kau!

Kill Or Be KilledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang