Lima

301 31 2
                                    

; Rafa's POV ;

"Udah siap semua kan?"

"..."

"Sip. Jangan kemana-mana gue otw."

Call end

"Are you ready? Ah kok gue deg-degan,"

"Lo udah ganteng kok Raf. Dia pasti nerima lo,"

"Ah jangan pede dulu. Siapa tau.."

"No. tarik nafas-buang-tarik nafas-buang,"

"Let's do this."

"Gila dasar,"

"Woi. Suruh siapa lo kesini? Tunggu di bawah aja kali,"

"Abis lama. Gue udah laper, Raf. Lo malah asik-asikan ngomong sama kaca, cepet."

Itu Leo. Dia emang da best brotha. Temen nongkrong, temen curhat, suka bantu gue. Contohnya kaya hari ini, dia yang bantu gue nyiapin semuanya. Dan semoga ini semua berjalan sesuai harapan gue.

; Amanda's POV ;

Duh, rame banget koridor gak kaya biasanya.

"Ada apaan sih?"Tanya Vanya. Aku menaikkan bahuku. Tidak tau.

"Yuk,"Vanya menarik tanganku.

Aku ingin menahannya. Perasaanku sangat tidak enak.

"Van kayanya-"tapi usahaku untuk menahan gagal.

Sampai sekarang aku sudah berada di barisan paling depan.

Paling depan dan melihat itu semua.

Melihatnya.

Melihat mereka.

"Would you be mine?"

Suara itu.

Kata-kata itu.

Gitar.

Bunga.

Hiasan bertuliskan "Happy Birthday Bella".

Semua ini membuat dadaku sesak. Sangat sesak. Seperti aku lupa cara bernafas. Ingin rasanya aku berlari keluar dari sini. Tapi kakiku sangat lemas. Tidak. Seluruh badanku lemas.

Kau kuat Amanda. Kau kuat.

"Yes"

Yes. Satu kata yang membuatku sangat terpukul.

Di tambah melihat Rafa memeluknya.

Pisau itu sangat menusuk dadaku yang paling dalam. Rasanya dunia ini seperti mengucilkanku.

"Am,"bisik Vanya menyadarkanku dari rutukan di hatiku.

"I'm okay,"lied.

Vanya pasti tau kalau aku berbohong. Ia makin mengeratkan genggamanya.

Semua orang yang ada disitu bertepuk tangan. Meneriakkan nama mereka berdua. Sampai satu persatu orang berlalu,

"Gue harus ke Rafa,"kataku dengan senyum percaya diri.

"Yakin?"Tanya Vanya. Aku mengangguk.

Saat mendekati mereka, seperti ingin melewati jalanan yang dipenuhi duri tajam. Tetapi kakiku tetap melangkah.

"Amandaaaa!!"dia memanggilku duluan. Senyum mengembang di wajahnya.

"H-Hai,"

"Congrats ya. Raf, Bel."kataku menampilkan senyumanku, tapi air mata itu tiba-tiba jatuh.

Aku tidak bisa menahannya.

"Amanda!"

"Amanda!"

"Amanda!"

Aku lari sekencang mungkin. Tidak ingin ada yang mengikuti.

Aku ingin pulang.

Aku ingin di kamar.

Aku ingin menangis.

Tapi,

Untuk apa menangis di depan mereka yang sedang berbahagia.

Untuk apa menangis di depan orang yang sama sekali tidak tau perasaanmu.

Ini hari yang paling aku takuti.

Suatu hari dimana seseorang yang kau cintai menyatakan cinta kepada orang lain. Bukan kau.

Suatu hari dimana seseorang yang kau cintai akan merubah semua hal yang terjadi antara kau dengannya.

Kenapa aku harus memiliki rasa ini?

Kenapa kau terlalu berlebihan?

Dia hanya menganggapmu teman sejak kecil.

Dan tidak akan lebih sampai kalian dewasa.

Kau bodoh.

Kau bodoh karna memiliki rasa ini.

"Am..."

Itu Vanya. Dia tau saat ini aku sangat membutuhkannya.

"V-Va-Van.."

Dia langsung memelukku.

Kami saling diam. Hening.

Dia membiarkanku menangis dalam pelukannya.

Menangis; meluapkan semua yang aku rasakan saat ini.

###

Hi.
Yey udah sampe chapter 5.
Greget gak?
Kira-kira Amanda bakal ngelakuin apa ya abis ini? Hmm
Tunggu di chapter selanjutnya ya!
And janlup vote and comments kalian gais, karna it means so much for me mwa!

All the love, A.

Secret Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang