Ali menggenggam tangan Prilly dan menariknya agar memeluk pinggangnya. Hujan belum kunjung reda. Prilly menyandarkan kepalanya di dada Ali mencari kehangatan. Ali mengusap pundak Prilly. Ali takut terjadi apa apa dengan Prilly. Bibirnya sudah terlihat pucat sejak tadi.
* * *
"Lo lagi, lo lagi! Kenapa gue ketemu sama makhluk kaya lo sih" Teresa menatap Aldo sebal saat mereka tiba di resto yang dijanjikan Ali dan Prilly akan mentraktir mereka berdua. Aldo hanya memasang wajah tak pedulinya.
"Jodoh kali!" ucap Aldo asal membuat Teresa geram.
"Jodoh pala lo peang! Lagian Ali sama Prilly kemana dulu sih? Ditelponin juga gak aktif" ucap Teresa dengan raut wajah kekhawatiran.
* * *
"Li, i..ini sumpah, keren banget. Kamu kok bisa kepikiran sih bawa aku kesini?" ucap Prilly dengan mata hazelnya yang berbinar menatap Ali.
Mereka tengah berada di suatu tempat alam terbuka, tak banyak orang yang ada disini. Tampak bunga bunga yang sangat indah di sekeliling mereka. Ditambah lagi dengan kenampakan alam yang indah.
"Ini buat kamu" ucap Ali membuat Prilly tersenyum.
"Eh, tapi kita kesana yuk" ajak Ali.
"Mau kemana?" Ali langsung menggandeng tangan Prilly ke kebun strawberry yang sedang panen. Ali membawa prilly menghampiri wanita setengah baya yang sedang memetik buah strawberry yang sudah matang.
"Bik lilah" panggil Ali. Wanita setengah baya itu menoleh mendapati ali yang tersenyum padanya.
"Ehhh... Den ali!" pekiknya. Ali mencium tangan wanita yang dipanggil bik lilah itu. Bik lilah tersenyum dan menolah ke gadis cantik yang tak lain adalah prilly. Mata bik lilah membulat.
"Va..vanessa?" Ali merangkul Prilly, ia tak tau harus membicarakan dari mana kepada bik lilah.
Bik lilah dulu adalah pembantu dirumah Ali. Tapi Ali sudah menganggap bik lilah adalah ibunya sendiri. Karna kondisi bik lilah yang sudah sakit sakitan, bik lilah pun berhenti bekerja dan menetap dikampung halamannya. Bik lilah dengan Ali memang sudah sangat dekat sekali. Bik lilah menganggap Ali anaknya, karna bik lilah tak mempunyai anak. Dulu ali kecil lah yang selalu bermain dengan bik lilah.
"Hem.. Bik, ini Prilly pacar Ali. Pril, ini bik lilah orang yang ngerawat aku dari kecil" jelas Ali. Prilly mencium tangan bik lilah.
"Saya Prilly Karnesia Syarina" ucap Prilly ramah. Bik lilah menatap Ali penuh pertanyaan.
"Kamu bukan vanessa nak?" tanya bik Lilah lembut pada Prilly.
"Bukan bu. Saya prilly, bukan Vanessa" jawab Prilly tersenyum. Sebenarnya ia pun merasa risih karna setiap kali bertemu dengan orang terdekat Ali, Prilly selalu dikira Vanessa.
"Kenapa wajah kalian sama?" tanya Bik lilah lagi. Prilly menggenggam tangan Ali, ia tak tau harus menjawab apa karna prillypun bingung dengan semua ini.
"Emm.. Bik lilah gimana kalo bik lilah ajari aku bagaimana caranya memetik buah strawberry yang segar" ucap Ali mengalihkan pembicaraan. Bik lilah tersenyum dan mengangguk.
* * *
Prilly duduk sebuah gubuk di belakang kebun strawberry milik bik lilah. Tiba tiba bik lilah datang membuat Prilly menoleh.
"Eh bi?" Bik lilah duduk disamping Prilly dan mengelus rambut Prilly seperti anaknya sendiri.
"Kamu tahu ali yang dulu nak?" tanya Bik lilah dengan senyum di bibirnya. Prilly menggeleng. Bik lilah menatap Ali yang sedang bermain bersama beberapa anak yatim ataupun piantu di desa ini di sebuah tanah lapang. Wajahnya tampak memancarkan kebahagiaan. Juga dengan Prilly yang mengikuti arah pandang bik lilah.
"Ali itu, dulu anak yang sangat menggemaskan. Kebiasaannya setiap pagi adalah minta dibuatkan pancake strawberry. Jika nyonya Alisa sedang ada waktu senggang, Ali selalu meminta dibuatkan brownise. Ali dulu anak yang sangat pintar dan ramah, dia selalu menolong orang yang sedang membutuhkan. Suatu hari, sebelum suami bibik meninggal, suami bibik sedang sakit berat. Dan bibik tidak mampu membeli obat. Bibik juga tidak enak meminjam uang dengan nyonya Alisa... Saat itu Ali yang baru berumur 14 tahun bersikeras untuk membantu bibik dengan uang tabungannya walaupun bibik sendiri sudah melarangnya" cerita bik lilah.
Prilly mengangguk paham. Ternyata dibalik Ali yang terlihat sangat sombong, ada sisi baiknya.
"Kamu sudah berapa lama, berpacaran sama ali?" tanya Bik lilah menoleh ke Prilly. Prilly tersenyum tipis.
"Baru sekitar tiga minggu kok bi" jawab Prilly.
"Ohh.. Bibik lihat, kebahagiaan Ali ada di kamu nak. Kamu sangat cocok dengan Ali" ucap Bik lilah. Prilly tersenyum, tersenyum malu tepatnya.
"Bik, apa bibik tahu tentang wanita yang bernama vanessa itu?" tanya Prilly.
"Vanessa dulu adalah kekasih Ali, dia adalah penyemangat Ali saat itu. Mereka selalu bersama sama, tapi terkadang cobaan berat menimpa mereka. Vanessa mengalami kangker, dan tak lama dia meninggal. Ali sangat terpukul pada saat itu, seminggu Ali tak mau makan, dan kerjaannya hanya pergi ke diskotik dan meminum alkohol" ucap bik lilah.
Prilly menundukkan wajahnya. Apa seberartinya Vanessa dihidup Ali? Sampai Ali seperti itu?
"Tapi kamu jangan salah paham dulu nak Prilly. Ali mencintai kamu bukan karna wajahmu yang sangat mirip dengan Vanessa. Tapi, Ali mencintai kamu dari hati. Bibik bisa lihat dari matanya Ali, saat dia bersama kamu, Ali lebih terlihat sangat bahagia" lanjut Bik lilah sambil mengelus pundak Prilly.
Prilly melirik jam tangannya. Dia sampai lupa jika ada janji dengan Teresa dan Aldo.
"Eh iya bik, aku ke Ali dulu ya" pamit Prilly. Bik lilah tersenyum kemudian mengangguk.
Prilly berlari kecil menghampiri Ali yang tampak sedang bercanda dengan para anak kecil itu.
"Li!" panggil Prilly. Semua pun menoleh pada Prilly. Prilly hanya tersenyum kecil.
"Ya? Kenapa?"
"Ini loh li, kita sampe lupa hari ini kita ada janji sama Aldo dan Teresa" ucap Prilly. Ali melirik jam tangannya. Benar apa yang dikatakan Prilly, hari ini mereka ada janji di resto.
"Bang Ali, kaka cantik ini siapa?" tanya salah satu anak perempuan membuat Ali dan Prilly menoleh dan tersenyum.
"Ohya, kenalin ini Kakak Prilly namanya" ucap Ali. Prilly tersenyum menatap para anak kecil itu.
"Haloo kenalin, nama kakak Prilly"ucap Prilly sedikit berjongkok menyamakan tingginya dengan anak kecil itu.
"Ka plili?" ucap Salah satu anak kecil yang terlihat masih candel. Ali dan Prilly tertawa kecil. Prilly mengelus rambut anak itu. Ia pun sama dengan Ali, sama sama menyukai anak kecil.
"Kak Prilly sayang. Atau kalo kakak kesini lagi, kalian bisa panggil kakak ii" ucap Prilly pada segerombolan anak kecil itu. Anak kecil itu tersenyum sumringah dan mengangguk.
"Yaudah, bang Ali sama Kak Prilly mau pulang dulu yaa. Nanti kapan kapan kita kesini lagi. Oke? Tos dong" ucap Ali mengangkat tangannya si dada. Anak kecil itu dengan senang satu persatu bertos pada Ali.
# # #
Hayy. Author lagi baik nihh update cepet. Karna kan uas udah selesai, jadi bisa santai sambil ngetik. Aku baru aja baca ulang kesedihanku dari chapter pertama, dan aku cek vote dari kalian. Ternyata vote yang paling banyak tuh pas chapter yang lagi bapernya . Kayaknya author jagonya bikin baper dehhh. Abis baca jangan langsung kaboorrr, Vote and Comment dulu sayanggg .