Saat langit senja, kami berbaring di bukit dekat gereja
Dia selalu mengajakku kemari, memintaku menemaninya
mendengar lonceng gerejaDi bukit hanya ada aku, dia, dan langit senja
Dia memeluk layangan buatanku, sedang aku... aku memeluk angin senja
Aku bisa melihat betapa senangnya ia hari itu,
tersenyum melihat sisa semburat mentari
Ia mengenakan gaun putih dengan pita kecil jingga
Ia memakai bandana ungu di rambutnyaSesekali aku menatapnya tuk pastikan ia tetap berada di dekatku
Aku takut bila mentari membawaku pergi darinya
Semoga saja tanganku masih sanggup memeluk angin senja
Semoga ia terus memeluk layangan tanpa tahu waktu ku tlah usai
Bila mentari tenggelam aku juga tenggelam
Saat itulah senja bulan Desember menghantarku pergiLalu dia... dia akan melepas layangan layanganku,
lalu duduk kembali dan berbaring hingga ia sadar senja
bulan Desember telah merenggutku-FAN-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Puisi
PoesiaBayangan itu unik, dengan segala kegelapannya, segala kebisuannya, ia hadir. Satu yang tak bisa dipungkiri-kenyataannya ia dekat denganmu