5. FRIDAY

1.9K 168 6
                                    

Setelah memarkirkan motornya dengan sempurna, Kenan segera menggerakan kakinya untuk melangkah menuju kelas Echa. Sambil kakinya mengayun, tangannya sibuk memainkan kunci motornya. Ia kembali mengingat perlakuannya pada Echa kemarin, ia harus meminta maaf sebelumnya.

"Gue nemu ini kemarin pas beberes," ujar Dita membuat Kenan memelankan langkah kakinya memasuki kelas Echa. Kelas Echa masih sangat sepi, hanya diisi oleh Echa dan Dita dari kelas sebelah.

"Nan," sapa Dita dan dijawab dengan anggukan Kenan. Kenan mendekati keduanya, menatap Echa yang kini terasa malu untuk menatap Kenan.

"Nemu apa, Dit?" Dita mengangkat sepucuk kertas berukuran sekitar 5x7cm kehadapan wajah Kenan. Kenan meraihnya kemudian membacanya sambil kedua alisnya terangkat.

Sorry, ya. Ini kerjaan gue. Bujuk Echa dong, biar mau main peran sama gue. Gue kepengen banget nih.

Raja.

Kenan tertawa sinis kemudian mengembalikan kertas tersebut pada Dita. Ditatapnya Echa yang masih menundukan kepalanya. Sepertinya keputusan Echa kemarin, memang keputusan yang paling tepat.

"Cha," Echa menggelengkan kepalanya tanpa menoleh ke Kenan.

"Nggak papa, Nan, gue bakal terima tawaran Raja. Tapi maaf kalau kalian ngambil alih tugas gue di panitia. Gue nggak akan fokus kalau ngejalanin keduanya."

"Cha, kalau lo keberatan kita bisa cari pilihan lain." Echa menggelengkan kepalanya, menolak tawaran yang diberikan oleh Dita. Bagaimanapun juga ini satu-satunya pilihan.

"Selama pelajaran, lo bersikap seakan-akan lo nggak tau ya, Cha. Jangan ajak Raja bicara." Echa mengangguk, mengiyakan perkataan Kenan.

"Kabarin gue kalau ada jam kosong." Echa mengangguk lagi. Kelas Echa sudah berubah menjadi lebih ramai, Raja pun sudah datang. Akhirnya Kenan dan Dita berpamitan untuk kembali ke kelas masing-masing.

Setelah bel masuk berbunyi, Echa hanya diam di tempatnya. Sesuai perkataan Kenan, ia tak akan membahas ini terlebih dahulu dengan Raja. Echa harus menunggu Kenan untuk membicarakannya. Namun, sesekali matanya melirik Raja yang sepertinya juga tak tertarik padanya.

"Guys, Pak Seno nggak masuk, tapi dikasih tugas." Setelah Juno menuliskan tugasnya dipapan tulis, Echa membacanya sekilas kemudian kembali melengos. Tugas yang tak seharusnya dikerjakan perempuan.

Yang benar saja, perempuan disuruh membuat kerangka mesin air rancangan sendiri? Emang perempuan mau jadi tukang mesin? Echa terkikik sendiri dengan pemikiranya. Ia segera meraih ponselnya, mengencangkan volume musiknya, suara merdu namun serak milik Selena Gomez benar-benar membuat Echa sangat nyaman.

Kenan

Nan, gue jam kosong nih. Lo jam kosong

Nggak? Mumpung Raja lagi bengong.

Gue otw.

Echa kembali mendengarkan alunan musiknya, melupakan sejenak masalahnya dengan Raja, karena setelah Kenan datang, sudah dipastikan ia akan kembali berdebat dengan Raja perihal pentas drama.

"Cha, ada Kenan." Echa mengangguk saat Raya menyenggol bahunya. Echa mengangguk, menyantolkan headsetnya di bahu dan segera berjalan ke depan kelas.

"Mau di dalam atau di luar ngomongnya?"

Kenan terdiam beberapa saat, memikirkan apa resikonya jika ia berbicara di dalam kelas ataupun di luar kelas. "Ajak ke perpustakaan aja deh," jawab Kenan dengan cepat. Echa mengangguk cepat dan kembali siap berbalik badan untuk memanggil Raja, namun tangan Kenan menahan pergerakan tubuhnya.

Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang