Setelah rapat kedua minggu lalu, belum ada lagi rapat yang dilakukan oleh pihak panitia pelaksana. Seolah semua sudah beres, hari Jum'at lalu, Farah baru saja meminta izin pada pihak sekolah untuk meminjam ruang aula untuk perisapan pentas drama yang kini hanya terhitung tinggal 3 minggu lagi.
Echa dan Kenan sudah mulai berinteraksi seperti kebanyakan panitia lainnya. Namun siapapun yang melihatnya, pasti sadar bahwa ada hal lain disini. Echa sendiri seolah tak menghindar saat Kenan dengan sengaja menggodanya dengan lelucon-lelucon yang ia buat.
"Cha, mending lo pikirin lagi deh tawaran Raja." Echa menghela napasnya dengan panjang. Ia meletakan gunting dan kertas origami kemudian menatap Farah dengan senyum tipisnya. Bahkan sudah hampir satu minggu, tetapi mereka tetap membahasnya.
"Bukannya gue udah bilang, Rah, gue nggak mau ikut main drama," jawab Echa dengan sopan. Farah menghela napas panjang kemudian datanglah beberapa anggota OSIS yang awalnya sibuk dengan kerjaan mendokarasi aula kini mulai menghampirinya.
"Menurut gue, tiga minggu itu bukan waktu yang lama, Cha. Kita mau dapat pemeran dramanya dimana." Reza membuka suaranya, membuat Echa lagi-lagi menghela napas panjang.
"Lagian, ya, apa susahnya sih lo ikut main drama. Lo fokus aja sama drama, anggota kita cukup banyak kok, kita bisa handle." Kedua alis Echa terangkat mendengar perkataan Juna yang Echa kenali sebagai wakil ketua OSIS.
Anggota kita cukup banyak kok. Echa menggeram pelan. Lalu apa fungsinya gabung menjadi panitia pelaksana. Kalau memang anggotanya sudah banyak, untuk apa mereka menggundang Echa untuk bergabung?
"Masih ada Kenan juga yang bisa mengatur kita," lanjut Farah membuat Echa kembali meraih gunting dan kertas origami kemudian mulai memainkan gunting tersebut menjadi sebuah bunga yang cantik.
"Mau ya, main drama sama Raja. Kan lo tahu, ekskul teater sekolah kita itu udah jago banget, Cha. Prestasi udah dimana-mana." Echa tak mengubris lagi perkataan teman-temannya, ia seolah tuli. Ia benar-benar tak mau bermain drama dengan Raja. Selain ia sendiri tak ingin mengganggu jalannya acara yang sudah ia atur bersama Kenan, ia juga tak memiliki keahlian dalam berakting.
"Serius, deh, kalau lo nggak jadi panitia, kita juga bisa ngatur jalannya acara ini tanpa lo."
"terus ngapain lo ajak gue gabung?" Echa menoleh sambil mendongkan gunting pada Reza yang baru saja berbciara dengan nada tinggu, membuat Echa benar-benar merasa kesal.
Dari jarak 3 meter, Kenan berlari mendekati Echa, menarik pelan gunting yang tertodong tepat ke wajah Reza, membuat Reza sontak memundurkan tubuhnya. "Cha," lirih Kenan kemudian mengusapa bahu Echa yang terlihat naik turun mengatur napasnya yang tak teratur.
"Sorry, Cha. Pensi tahun lalu kan sukses berkat bantuan lo, kita cuma pengen pensi tahun ini dengan anak-anak OSIS angkatan kita juga sukses dengan bantuan lo." Napas Echa masih terdengar tak beraturan, membuat Kenan menatap Farah, Reza, Seno, dan Juna secara bergantian. Anggotanya ini kenapa suka sekali berkehendak tanpa pemikiran, sih?
"Gue nggak akan mau main drama," ujar Echa lagi. Kenan terlihat mengangguk disisi Echa, memperintahkan keempat temannya untuk pergi, melanjutkan tugas sebelumnya.
"Minggir deh lo, mendingan, bikin orang naik darah aja." Kenan mendorong tubuh Juna, Seno, dan Reza secara bergantian. Membuat ketiga temannya mendesis namun mengikuti perintah sobat yang menjadi atasannya saat ada acara seperti ini.
Kenan melirik jam tangan yang melingkari pergelangan kanannya, kemudian menatap Echa yang tengah menunduk sambil mengatur napasnya. Tangannya bergerak memukul dadanya sendiri, menghilangkan kesesakan didadanya akibat kekesalannya yang memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You
Cerita Pendek[Inspired by Who Are You by Fifth Harmony] Seperti hidup dalam sebuah lingkaran, Echa terus saja tertiban masalah yang tak pernah ada habisnya. Setelah paksaan dari Raja untuk menerima tawarannya, Kenan yang tiba-tiba mengacuhkannya, dekorasi aula y...