5| Terjerat Pesonanya

166 15 2
                                    

"Kamu lagi ngeliatin apa" langsung saja Gilang mengusik lamunan Diadel dari arah belakang, Diadel sedang terduduk manis di bangku taman di sekitaran sekolahnya.

"eh-em, kak... kak Gilang!" Jawab Diadel terbata-bata sambil menoleh ke arah kirinya, melihat ke arah wajah Gilang yang sekarang berada sangat dekat dengan pandangannya.

Dalam hati Diadel jujur mengakuinya, bahwa ia masih merasa canggung, bukan, bukan canggung, tapi lebih tepatnya 'malu' atas kejadian dua hari kemarin.

"boleh duduk" pinta gilang pada Diadel dengan menatapnya hangat, dan sedikit.

'Menggoda'

Lantas langsung saja Gilang duduk di bangku panjang yang Diadel duduki yang masih menyisakan ruang kosong untuk satu orang, pas sekali.

"what? Ngapain loe duduk di samping gue? Loe buat gue ga nyaman tau ga!" ingin sekali mulutnya berkata, tapi entah mengapa lidahnya terasa terlipat, dan mulutnya terkunci, sehinnga hanya hati yang dapat artikan semua

"kok diem aja?" tanya Gilang dengan pandangan yang masih sama, tapi entah mengapa , getaran suranya sekarang membuat hati Diadel juga merasa ikut bergetar, bahkan yang lain pun ikut bergetar disana.

"ga suka ya aku ada di sini?" dengan menunjukan wajah yang seolah-olah kecewa ia berkata.

"oh enggak kok kak, ga papa" ucap diadel dengan cengiran yang khas di wajahnya.

Lalu suasana menjadi hening kembali, walaupun mereka berdekatan tetapi sperti ada jurang yang memisahkan mereka, jurang itu bernama 'kecanggungan'

Sambil bersandar di sandaran kursi Gilang mendongakan kepalnya ke atas.

menerawang langit-langit jauh, cuaca yang sejuk menyertai hari itu, semilir angin yang tak sengaja melintas di bawah pepohonan yang berbaris rapih di atas mereka membuat suasana menjadi sakral, lalu Gilang memejamkan matanya dangan senyum sempurna yang teruikir di bibir manisnya.

Diadel merasa jengah dangan keadaan ini, lalu ia memberanikan diri untuk berucap "kak?"

Tak ada jawaban, hanya deruan nafas panjang yang terdengar.

Dengan berani Diadel menengok ke arah gilang yang tepat berada di sampingnya.

"Oh, my, god! Mahluk apa yang kau sandingkan dengan ku ini gusti!" batin diadel berucap.

Dalam diam Diadel memperhatikan gilang yang tak menyadarinya.

Wajahnya...

Wajahnya terlihat amat..

Manis..

Wajahnya begitu damai dalam kedamaian, matanya yang biasanya menghujam hatinya kali ini sedang terperjam, tetap indah dan menawan, malah memberi sensai tersendiri.

Hidungnya yang indah di hadapkan ke atas, seperti menunjukan kuasanya, yah kuasa yang dapat menarik hatinya.

Belum lagi bibirny, kumisnya, rahangnya yang kokoh dan ....

"oh mama!!"

Jakunya yang menonjol keluar di tengah lehernya, naik turun karna sedang menelan sesuatu entah apalah itu, posisinya yang mendengak ke atas semakin menegaskan pesonanya, dan itu terlihat 'seksi'

Dan hey lihat, rambutnya yang sengaja disisr menjambul kedepan, semakin meningkatkan sisi maskulinnya.

"bolehkah aku mengelus pipimu yang hangat itu? Merasakan tiap garis-garis dari keras rahang sempurna milikmu itu? Oh tuhan, apa yang aku pikirkan!" secepatnya diadel sadar.

Sadar dari jerat maut penuh pesona yang Gilang suguhkan.

Tapi terlambat.

Sekarang ia sudah sadar atas tatapan Diadel.

"kenapa? Ngeliatinya gitu banget? ilfil ya sama aku? yang tiba-tiba sok asik sama kamu?" pertanyaan bertubi-tubi yang datang dari bibir Gilang.

Diadel mantap menjawab dengan satu kata "enggak"

"engak kok kak" diiringi dengan gelengan.

"oh iya, kamu lagi ngapain di sini?" jelas ini adalah pertanyaan basa-basi yang di lontarkan gilang untuk mengalihkan rasa canggung di antara mereka.

"ga lagi ngapa-ngapain kok kak, Cuma lagi bosen aja di kelas, jadi aku kesini" jawab Diadel menanggapi pertanyaan tidak penting ini.

"nanti kamu pulang bareng sapa?" sekali lagi Gilang mengajukan pertnyaan dengan mata berbinar.

"em.. sendiri sih"

"Sih?" Gilang bingung

"iya soalnya aku biasanya pulang bareng Putri, tapi ga tau hari ini kak" jelas Diadel

"kalo gitu, pulang bareng aku aja ya"

'Jeng-jeng' ini dia yang di nanti-natikan.

"Gimana ya kak?" tentu saja Diadel tidak ingin terlihat murahan dan 'ngarep' di hadapan Gilang.

"Udah pulang bareng aku aja, nanti aku tunggu, oke?" pinta Gilang dengan penuh harap.

Dan Diadel hanya mengangguk seperti iya seperti tidak, ingat 'ia tidak ingin terlihat murahan'

"Oke nanti aku tunggu di depan gerbang" janji Gilang terhadap Diadel.

"Aku duluan ya" pamit Gilang seraya meninggalkan Diadel yang masih terduduk di tempatnya.

sungguh momen pulang kali ini akan sangat dinantikan Diadel sepanjang hari.

Sangking senangnya, ia masih saja terpaku dalam kondisinya sekrang, seakan tidak ingin pergi dari tempat duduknya itu.

Wajahnya merona, tapi masih tanpa ekspresi, seperti melamun, melamunkan wajah menarik milik idolanya, rohnya seperti ingin melompat keluar dari jiwanya, sungguh asik sekali.

*********

"heh ngapain sih lu senyum-senyum sendirian" Tegur Putri yang sedang duduk di samping Diadel, suasana kelas itu sedang ramai sehingga tak ada yang memperhatikan celoteh Putri yang amat keras.

"ih ngeri banget, kesambet setan jangan-jangan lu ini ya!" kesal Putri terhadap Diadel karena omonganya tak di gubris.

"Oh, gue tau jangan-jangan lu kesambet sama stean yang ada di taman blakang, kebanyakan nglamun sih lu"

"Hah? Lu liat gue di taman blakang?" tanya Diadel kaget.

"Yaiyalah, sendirian kaya orang bego!" jawab Putri ngotot.

"Oh, syukur dia tidak melihatku bersama Gilang" walau Diadel tidak terlalu mementingkan arti sahabat atau pertemannan, tapi maubagaimana ia tetap tidak ingin menyakiti perasaan orang lain.

"oh.." respon yang diberikan Diadel.

"Kok oh sih, ga jelas banget lu ini" umpat Putri kesal seraya mengeluarkan buku plajaranya karena guru mereka telah datang.

Diadel hanya bisa tertawa melihat respon teman sebangkunya ini.

Jam pelajaran telah usai, bertanda bahwa waktunya untuk pulang, dan dalam hal ini Diadel sangat bersemagat.

Langkahnya semakin cepat menuju gerbang sekolah, seperti ingin menagih sesuatu.

Dan yang ia nantikan pun muncul.

Pria itu berdiri di samping motor besar, yang memiliki cc di atas rata-rata.

Ia lalu bertriak ke arah Diadel sehingga mengundang perhatian orang banyak.

"Diadel!"

To Be Continue

Di sini Author udah keliatan gilanya ya wkwkwkwk, dari awal malah udah kaya orang sinting. ok ke bawah kayanya ceritanya akan makin berat guys, but don't worry, komedinya juga akan semakin intens kok khawan-kahwan. :*

Terimakasih atas waktu yang anda habiskan untuk membaca cerita ini, Don't forget to comment and vote, thanks before.

DIADELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang