11| Ada Rasa

99 8 12
                                    

Langsung aja ya cuy, ga usah basah-basi (eh) langsung aku post cerita selanjutnya, karna emng udah lama sih aku buatnya tapi buat buka laptop dan nge-post cerita itu bikin mager aja bawaannya, kaya pengantin baru dah mager bawaanya (apa sih?) wkwkwk *Cium *CUPANG -HAPPY READING-

******

"Kenapa sih aku jemputnya di sini? Ga di depan rumah kamu aja? ksian kamu harus jalan jauh, kan?" ucap Gilang ketika Diadel sudah masuk ke dalam mobil.

"iya kak, soalnya aku barusan belajara kelompok sama temen aku, ini bukunya"

Diadel jelas berbohong, ia sengaja meminta Gilang untuk menjemputnya tidak di rumah, melainkan di gang masuk rumahnya yang lumayan jauh, alasanya tentu kalian tahu.

Ia sadar hubungannya dengan mamahnya sedang kacau, aneh rasanya kalau harus di jemput di rumah.

"memangnya belajar apa?"

"Em, belajar kimia kak.."

Namun buku yang ia bawa adalah buku bahasa Indonesia, Sekali lagi ia berbohong.

"By the way, kita mau kemana kak?" Diadel mulai penasaran.

"emmm.. liat aja nanti ya"

Diadel hanya mengangguk.

Sepanjang perjalanan Diadel hanya berdiam diri, hidupnya semakin rumit belakangan ini.

apa lagi saat dia tau apa itu rasa berdebar yang muncul kala melihat lawan jenis yang menarik hati.

Sepanjang jalan Diadel hanya melamun.

"kita sudah sampai!"

Diadel kaget, dan mulai sadar bahwa ia telah sampai di suatu tempat.

Karena sibuk melamun ia jadi tidak memperhatikan jalan.

"ini di mana kak?" Diadel bingung.

Diadel kira ia akan di bawa ke mall atau nonton film romantis berdurasi seratus delapan puluh menit atau lebih, namun keadaanya seratus delapan puluh drajat berbeda.

"ayo! keluar dulu geh!"

Diadel mulai keluar dari mobil, dan menyusul Gilang yang sudah lebih dulu keluar dari mobil.

Diperhatikan dengan amat sekeliling tempat itu.

Bukan seperti hutan, tapi banyak pepohonan.

Banya sekali pohon tinggi dan menjulang, dengan lumut lembab yang menjalar di batangnya.

Dedaunan kecoklatan menghiasi lantai pijakannya sekarang.

Suara burung dan seranga khas hutan menjadi backsoundnya.

"ayo sini" Gilang memanggil Diadel yang sudah sedikt tertinggal oleh langkahnya.

Ia menyusuri jalan smepit dari tanah yang tidak ditutupi dedaunan.

Sungguh suasananya sangat syahdu.

Banyak rumput liar yang tlihat rapih berjajar.

Hingga di ujung jalan, pepohonana mulai berkurang.

Tak jauh dari sana ia melihat dermaga kayu yang menjorok jauh ke dalam danau.

Yah, ada sebuha danau di sana.

Danaunya berwarna hijau gelap dengan pepohonan di sekelilingnya.

Entah mengapa cuaca pada saat itu sangat mendukung tidak terlalu gelap atau terang.

Mereka berjalan menuju ujung dermaga kayu itu, dengan langkah yang terdengar saat sepatu mereka mengetuk-ngetuk kayu dari dermaga itu.

"Bagus kan tempatnya?" Gilang menanyakan pendapat Diadel.

DIADELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang